Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aloysius Gonsaga AE
Soccer Assistant Editor

ASISTEN EDITOR BOLA

Leicester, Si Liliput Penyelamat Gengsi Premier League

Kompas.com - 25/03/2017, 11:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Sebenarnya, tersingkirnya klub-klub Inggris dari fase knock-out Liga Champions bukan hal yang mengejutkan. Sebab, mereka tak memiliki "tradisi" semenjak Liverpool terpuruk selama hampir satu dekade ini. Liverpool adalah klub Inggris dengan gelar juara terbanyak pada ajang ini yakni lima kali, disusul Manchester United (3), Nottingham Forest (2), serta Aston Villa (1) dan Chelsea (1).

Terakhir kali klub Inggris yang menjuarai Liga Champions adalah Chelsea, pada musim 2011-2012, setelah Manchester United melakukannya pada 2007-2008. Waktu itu The Blues mengalahkan Bayern Muenchen lewat adu penalti, setelah mereka bermain imbang 1-1 selama waktu normal plus perpanjangan 2x15 menit.

Wakil tunggal

Namun hadirnya Leicester sebagai wakil tunggal tentu terbilang fenomenal. Sebab, The Foxes tidak ada apa-apanya dibandingkan tiga "teman"nya yang tersingkir, baik dari segi prestasi, apalagi bila ukurannya adalah uang.

Mau bukti? Transfermarkt memberikan hitung-hitungannya sebagai berikut.
Total nilai pasar Leicester "hanya" sebesar 205,3 juta euro (sekitar Rp 2,957 triliun), sedangkan tiga raksasa tersebut dua kali lipatnya, bahkan lebih. Arsenal memiliki nilai pasar 492 juta euro (sekitar Rp 7,088 triliun), Man City 525,25 juta euro (sekitar Rp 7,567 triliun) dan Tottenham 429 juta euro (sekitar Rp 6,180 triliun).

Tambahan lagi, Leicester lolos dengan kondisi tim yang sedang limbung akibat performa buruk di kompetisi domestik. Ini membuat mereka terancam degradasi.
Jadi, keberhasilan menembus babak perempat final dengan status debutan sekaligus satu-satunya andalan Premier League, sudah menjadi prestasi terbesar dalam sejarahnya di Liga Champions. Mereka akan bertemu wakil Spanyol, Atletico Madrid.

Pemecatan Ranieri merupakan keputusan terbaik?

Ranieri mengakhiri kutukan dirinya sebagai "Mr Runner-up" bersama Leicester. Sebelumnya, pria 65 tahun asal Italia ini hanya selalu nyaris menjadi juara bersama Chelsea (2003-2004), Juventus (2008-2009), AS Roma (2009-2010) dan AS Monaco (2013-2014).

Awal kiprahnya bersama Leicester pada musim 2014-2015 sempat dipandang sebelah mata oleh banyak pengamat. Apalagi, klub besutannya nyaris terdegradasi pada musim tersebut.

Namun semua terbelalak ketika Ranieri mengubah Leicester menjadi monster pada musim lalu. Sepanjang perjalanan musim tersebut, mereka hanya kalah tiga kali dan meraup 23 kemenangan dari total 38 laga, sehingga berhak mengangkat supremasi tertinggi sepak bola di tanah Inggris.

Ironisnya, Leicester langsung tenggelam pada musim ini, membuat Ranieri hanya memasang target lolos degradasi. Riak-riak di ruang ganti klub ikut memanaskan situasi, sehingga manajemen mengambil keputusan sangat mengejutkan pada 23 Februari 2017 ketika memecat The Tinkerman. Sejumlah pemain senior ditengarai turut andil dalam keputusan tersebut.

AFP/OLI SCARFF Manajer Leicester City, Craig Shakespeare, memberi instruksi kepada anak-anak asuhnya dari tepi lapangan pada pertandingan Liga Champions di Stadion King Power, Selasa (14/3/2017).

Craig Shakespeare

Craig Shakespeare ditunjuk menjadi caretaker dan Leicester pun langsung on-fire. Vardy dkk, yang ketika Ranieri dipecat dalam posisi hanya unggul satu poin atas tim penghuni zona degradasi, membukukan dua kemenangan dengan skor identik 3-1 atas Liverpool dan Hull City, sehingga menjauh dari wilayah merah.

Hasil positif berlanjut ke ajang Liga Champions yang membuat mereka lolos ke perempat final.

Sihir Shakespeare membuat orang dengan cepat melupakan tragedi pemecatan Ranieri. Manajer West Ham United, Slaven Bilic, menyebut Leicester sudah membuat langkah yang tepat.

"Tak ada yang bisa mengatakan pemecatan itu merupakan keputusan yang salah karena tiga hasil sungguh brilian," ujar Bilic, usai Leicester mengukuhkan diri sebagai satu-satunya wakil Inggris yang lolos ke perempat final Liga Champions.

"Saya masih tidak mengerti dengan keputusan mereka mengganti manajer, tetapi jika anda berbicara tentang hasil dan performa, mereka mendapatkan apa yang diinginkan."

Benar kata Bilic. Shakespeare bisa mengubah penampilan Leicester menjadi tim yang begitu agresif dan lapar kemenangan setelah sempat nihil gol di liga selama 2017. Di bawah kendalinya, Leicester mengemas tujuh gol dalam tiga pertandingan, sehingga dia mendapat "hadiah" berupa kenaikan jabatan menjadi manajer hingga akhir musim.

Kini, menarik untuk melihat bagaimana kelanjutan kiprah Shakespeare pada sisa masa tugasnya. Apakah dongeng si liliput ini terus berlanjut? Patut dinantikan!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alasan Staf STY Pilih Nyanyi Indonesia Raya Saat Lawan Korea Selatan

Alasan Staf STY Pilih Nyanyi Indonesia Raya Saat Lawan Korea Selatan

Timnas Indonesia
Pelatih Uzbekistan Amati Indonesia, Garuda Tahu Cara Ladeni Tim Besar

Pelatih Uzbekistan Amati Indonesia, Garuda Tahu Cara Ladeni Tim Besar

Timnas Indonesia
Ernando Bersinar di Timnas U23 Indonesia, Kekaguman dari Pelatih Persebaya

Ernando Bersinar di Timnas U23 Indonesia, Kekaguman dari Pelatih Persebaya

Timnas Indonesia
Siaran Langsung dan Live Streaming Thomas & Uber Cup 2024, Aksi Indonesia Dimulai

Siaran Langsung dan Live Streaming Thomas & Uber Cup 2024, Aksi Indonesia Dimulai

Badminton
Liverpool Dapatkan Pengganti Klopp, Arne Slot Sang 'Gila Kontrol'

Liverpool Dapatkan Pengganti Klopp, Arne Slot Sang "Gila Kontrol"

Liga Inggris
KFA Minta Maaf Usai Korsel Kalah dari Indonesia dan Gagal ke Olimpiade

KFA Minta Maaf Usai Korsel Kalah dari Indonesia dan Gagal ke Olimpiade

Internasional
Timnas Indonesia 'Dikepung' Juara Piala Asia U23, STY Minta Garuda Percaya

Timnas Indonesia "Dikepung" Juara Piala Asia U23, STY Minta Garuda Percaya

Timnas Indonesia
Timnas U23 Indonesia Jadi Kabar Gembira, Energi untuk Semua Atlet

Timnas U23 Indonesia Jadi Kabar Gembira, Energi untuk Semua Atlet

Timnas Indonesia
Leicester Promosi ke Premier League, Kans Tutup Musim dengan 100 Poin

Leicester Promosi ke Premier League, Kans Tutup Musim dengan 100 Poin

Liga Inggris
Trofi Liga Champions ke Indonesia, Morientes dan Vidic Turut Serta

Trofi Liga Champions ke Indonesia, Morientes dan Vidic Turut Serta

Sports
Timnas U23 Indonesia dan Olimpiade 2024, Mimpi dari Selembar Karton Putih

Timnas U23 Indonesia dan Olimpiade 2024, Mimpi dari Selembar Karton Putih

Timnas Indonesia
Jadwal Thomas dan Uber Cup 2024: Tim Putra Indonesia Vs Inggris, Putri Lawan Hong Kong

Jadwal Thomas dan Uber Cup 2024: Tim Putra Indonesia Vs Inggris, Putri Lawan Hong Kong

Badminton
Timnas Indonesia Sudah Layak Bersaing di Level Asia

Timnas Indonesia Sudah Layak Bersaing di Level Asia

Timnas Indonesia
Daftar 4 Tim Lolos Semifinal Piala Asia U23 2024, Uzbekistan Lawan Indonesia

Daftar 4 Tim Lolos Semifinal Piala Asia U23 2024, Uzbekistan Lawan Indonesia

Internasional
Jadwal Indonesia Vs Uzbekistan pada Semifinal Piala Asia U23 2024

Jadwal Indonesia Vs Uzbekistan pada Semifinal Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com