Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jalu W. Wirajati

Seseorang yang awalnya mengaku paham sepak bola, tetapi kemudian merasa kerdil ketika sudah menjadi wartawan bal-balan per April 2004. Seseorang yang suka olahraga, khususnya, sepak bola, tetapi menikmatinya dari tepi lapangan.

Drama (William) Shakespeare di Leicester City

Kompas.com - 20/03/2017, 07:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Ranieri pun demikian. Apabila Richard III dikenal sebagai diktator dan kata yang diucapkannya sebagai hukum negara, Ranieri cenderung bersifat ramah dan lucu. Sejumlah wartawan bahkan menjulukinya badut.

"Claudio itu lucu dan bisa menghadirkan tawa. Di bawah dia, Leicester akan menjadi klub olahraga paling hebat yang pernah dikisahkan," kata Ian Stringer, koresponden BBC Leicester pada Maret 2016.

Sejumlah anggapan "nakal" pun muncul. Mungkinkah Raja Richard III akan bisa memenangi Pertempuran Bosworth apabila memiliki karisma dan kepemimpinan seperti Ranieri?

Ranieri pada akhirnya memang sukses mengantarkan Leicester menjadi juara Premier League. Namun, dari keberhasilan ini jualah, para "pembenci" dia lahir.

Julius Caesar

"Veni, Vidi, Vici!" merupakan semboyan yang tertulis di salah satu kereta kuda dalam parade kemenangan Julius Caesar. Frasa itu berarti, "Saya datang, saya melihat, saya telah menaklukkan."

Frasa latin itu pun cocok disematkan kepada Ranieri. Dia langsung mempersembahkan gelar juara pada musim pertamanya bersama Leicester. Tak heran, dia pun disebut-sebut mirip Julius Caesar.

"King Claudio," tulis media Italia, La Gazzetta dello Sport, menyoroti keberhasilan Claudio Ranieri mengantarkan Leicester menjadi juara Premier League. Dalam tajuk utama itu, lengkap pula wajah Ranieri dengan mahkota seperti yang dipakai Julius Caesar.

"Prestasi terbaik yang pernah dihadirkan pelatih Italia," tulis Il Corriere dello Sport.

Ranieri menjadi pelatih kedua asal Italia, setelah Carlo Ancelotti, yang berjaya di tanah Inggris.

Seperti halnya Caesar, Ranieri begitu luar biasa dalam memompa semangat anak asuhnya. Bahkan, traktiran piza saja sudah bisa membuat semangat pasukannya berlipat ganda untuk mengalahkan lawan.

Dibuai dengan segala kemewahan itu tampaknya telah membuat Ranieri berubah. Sejumlah "keanehan" terjadi pada musim keduanya di Leicester.

"Star syndrome" tampaknya menguasai Ranieri. Hubungan dia dengan sejumlah orang dekat berubah.

Diberitakan The Telegraph, mantan pelatih Chelsea itu sudah jarang lagi berbicara dengan asistennya, Craig Shakespeare. Padahal, Shakespeare merupakan figur paling populer di kamar ganti pemain karena sudah berada di bangku cadangan Leicester sejak 2011.

Paling mencolok dari sikap "aneh" Ranieri adalah ketika memecat Ken Way, psikolog olahraga tim, pada awal musim 2016-2017. Dia dianggap tidak dibutuhkan lagi oleh Ranieri.

Padahal, Way punya peran penting dalam keberhasilan Leicester menjadi juara Premier League. Statusnya sebagai performance psychologist tak hanya membantu dari sisi teknis, pun sebagai penjaga motivasi bertanding Jamie Vardy dkk.

"Ada dua psikolog di klub ini, saya dan Claudio. Ucapan dia kepada tim sama seperti yang diceritakannya kepada media," tutur Way kepada BBC, Mei 2016.

"Intinya, dia meminta kami fokus pada proses, bukan pada hasil akhir. Kata-kata yang dia gunakan telah membuat saya terkagum-kagum," ucapnya lagi.

Akan tetapi, kekaguman sang asisten tak mendapat respons positif dari Ranieri. Dia tampaknya tak mau perannya sebagai motivator tim tersubstitusi oleh kehadiran Kay.

Ranieri lantas mengeliminiasi Way, seperti halnya Macbeth membunuh Banquo dalam kisah Macbeth karya Shakespeare.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com