Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

El Clasico, dari Politik hingga Intrik Media di Laga Bola

Kompas.com - 26/10/2013, 12:25 WIB
Lariza Oky Adisty

Penulis


KOMPAS.com — Hampir dalam tiap ajang olahraga, selalu ada rivalitas menyertai. Di arena balap Formula 1, dunia pernah menyaksikan Niki Lauda-James Hunt, Ayrton Senna-Alain Prost, hingga Michael Schumacher-Mika Hakkinen adu salip menjadi juara dalam tiap grand prix.

Di ring tinju pun kita mengenal persaingan Muhammad Ali dan Joe Frazier. Sementara di lapangan hijau, rasanya persaingan antara Barcelona dan Real Madrid mewakili rivalitas yang setara dengan contoh-contoh itu.

Sejak pertemuan perdana kedua klub pada 1929 hingga terakhir pada 2 Maret 2013, rivalitas Barca dan Madrid telah mengalami transformasi. El Clasicobegitu sebutan pertandingan ini—semula adalah simbol perlawanan bangsa Catalan terhadap sentralisasi kekuasaan Jenderal Franco di ibu kota Madrid.

Perjalanan waktu menggeser laga kedua klub sebagai pertarungan memperebutkan klaim menjadi yang paling superior di negara Semenanjung Iberia itu. Beragam bumbu pun turut mewarnai adu sikut antara Blaugrana dan Los Blancos. Mulai dari rebutan pemain, transfer kontroversial, hingga persaingan manajer dan pemain terbaik.  

Embrio Franco

Membahas rivalitas Barca-Madrid, sulit untuk tidak memulainya dari Francisco Franco, eks diktator Spanyol yang berkuasa sejak 1939 hingga meninggal pada 1975. Seusai Perang Saudara di Spanyol, Barcelona menjadi salah satu sasaran manuver Franco dalam memulai sentralisasi kekuasaan.

Setelah mengeksekusi Presiden Barcelona Josep Sunyol pada 1936, Franco "mengacak-acak" internal klub Barcelona. Ia menempatkan salah satu tangan kanannya sebagai presiden klub, mengganti lambang klub Barcelona, menghapus simbol senyera, serta mengganti nama Barcelona dengan Barcelona Club de Futbol yang lebih bernuansa Spanyol.

Warga Catalan menjadikan Barcelona dan Stadion Les Corts sebagai bagian dari pernyataan politik melawan Franco. Bukunya El Clasico: Barcelona vs Real Madrid: Football's Greatest Rivalry, karya jurnalis Richard Fitzpatrick menggambarkannya.

Fitzpatrick mengutip pernyataan Joan Maria Pou, seorang penyiar radio Catalan, menuturkan bagaimana menjadi socio (anggota) klub Barca merupakan sikap politik bagi warga Catalan.

"Ayahku lahir pada 2 Januari 1945. Ketika ia lahir, kakekku langsung mendaftarkannya ke Les Corts. [...]. Di balik tindakan ini ada pesan terselip. Kakekku memang sangat menyukai Barcelona. Tapi lebih dari itu, ia adalah orang Catalan dan ia benci Franco. Ia menentang institusi pemerintahan resmi. Barca-lah satu-satunya institusi yang mewakili perasaannya."
[...]
"Zaman sekarang, Anda tak perlu menggunakan Barca untuk mendefinisikan diri Anda. Tapi masa itu beda."

Dalam buku tersebut, Fitzpatrick menyebut identitas penduduk Barcelona terbentuk dari sentimen anti-Madrid. Warga Catalan kerap membanggakan identitas mereka, terlihat dari cara mereka mempertahankan bahasa asli Catalan ketimbang bahasa Castilla yang lebih umum digunakan di Madrid.

Warga Catalan juga berupaya keras memperoleh otonomi daerah. Meski Franco sudah lama wafat dan era pemerintahan Spanyol telah berganti, tensi politik antara Catalan dan Madrid tetap terasa hingga kini.

Dua kuda pacu kaya
 
Selain faktor sejarah dan muatan politisnya, El Clasico dipanaskan pula dengan perebutan pengaruh kedua klub sebagai penguasa utama Liga Spanyol. Indikasi soal ini dapat terlihat sejak musim 2004/05.

Menurut statistik di situs Goal.com, tim yang mampu menang setidaknya dalam satu laga El Clasico punya kans lebih besar untuk menjuarai liga pada akhir musim. Sebutlah musim 2005/06 sebagai contoh pertama.

Dalam El Clasico di Santiago Bernabeu, Barca pulang dengan kemenangan 3-0. Lalu pada kunjungan balasan Madrid ke Camp Nou, kedua tim bermain imbang 1-1. Hasilnya, pada akhir musim, Barca-lah yang menjuarai liga.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Timnas Indonesia
Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Timnas Indonesia
STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

Timnas Indonesia
Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia
Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Timnas Indonesia
Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Timnas Indonesia
Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Reaksi Media Korsel: 'Magis Shin Tae-yong' dan 'Tragedi di Doha'

Reaksi Media Korsel: "Magis Shin Tae-yong" dan "Tragedi di Doha"

Timnas Indonesia
Timnas U23 Indonesia Menangi Adu Penalti, Ernando Ari Pun 'Menari'...

Timnas U23 Indonesia Menangi Adu Penalti, Ernando Ari Pun "Menari"...

Timnas Indonesia
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23: Mental Baja, Saatnya Mimpi Lebih Tinggi

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23: Mental Baja, Saatnya Mimpi Lebih Tinggi

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com