Salah kaprah yang terjadi karena buruknya kualitas kompetisi. Salah kaprah yang tercermin dari masih banyaknya pemain dan pelatih yang tidak digaji. Salah kaprah karena tidak ada upaya memberantas adanya praktik mafia serta membenahi buruknya kinerja perangkat pertandingan PSSI.
Padahal, jika program pembinaan kompetisi mampu menyinergikan perbaikan sejumlah masalah itu dengan fasilitas memadai, pendidikan karakter, dan visi ke depan untuk membenahi level tingkat umur, kebangkitan sepak bola bisa terus diraih. Kebangkitan sejatinya dapat dicapai dengan pembinaan panjang usia muda, bukan dari strategi para pengurus untuk mencari keuntungan pribadi semata.
Kini, anggap saja kesuksesan Evan Dimas dan kawan-kawan adalah jawaban Tuhan atas doa ratusan juta masyarakat Indonesia yang sudah sangat lama merindukan prestasi sepak bola. Anggap saja kesuksesan itu juga berasal dari keikhlasan seorang Indra Sjafri yang rela blusukan mencari bakat-bakat terpendam di seluruh pelosok negeri meski terkadang harus merogoh kocek sendiri.
Seluruh pengurus dan pemangku kepentingan sepak bola di negeri ini harus sadar betul, sudah lama sekali rakyat Indonesia tidak merasakan kenikmatan menyaksikan permainan cantik timnas di lapangan. Sudah lama sekali masyarakat tidak merasakan bulu kuduk berdiri melihat anak negeri menegakkan kepala sembari mengibarkan Merah Putih di podium kemenangan sepak bola.
Kerinduan itu memang sudah sedikit terobati dengan hasil peluh keringat generasi emas sepak bola Indonesia yang jatuh dari setiap tubuh para pemain skuad Garuda Jaya. Akan tetapi, semoga saja jerih payah 22 anak bangsa itu dapat dihargai dengan semestinya sehingga kilauan talenta emas mereka tidak kembali meredup di tengah gelap gulitanya kompetisi sepak bola Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.