”Saya sangat terharu, bahkan hampir menangis. Sebelumnya, kami menonton Piala Dunia di televisi dan hari ini kami menjadi partisipan,” kata pelatih Tahiti Eddy Etaeta.
Dia mengatakan, semua warga Tahiti tidak melewatkan siaran langsung pertandingan ini. ”Presiden kami juga mengirim pesan dan sengaja menunda rapat kabinet demi laga ini,” ujar Etaeta.
Tahiti bergabung di Grup B bersama Nigeria, Spanyol, dan Uruguay. Menurut Etaeta, laga berikut kontra juara dunia Spanyol akan menjadi mimpi.
”Bukan hasil akhir yang kami bicarakan, melainkan pengalaman gila yang jarang-jarang dapat kami alami berada di lapangan dengan juara dunia,” ujarnya.
Etaeta mengatakan, para pemainnya bahkan sudah melupakan kekalahan 1-6 dari Nigeria. Mereka kini lebih antusias menyiapkan diri untuk berada satu lapangan dengan pemain-pemain ”La Furia Roja” Spanyol.
Marama Vahirua, satu-satunya pemain profesional di skuad Tahiti, mengaku sangat tersentuh dengan dukungan fans lokal. ”Kami ingin berterima kasih kepada fans Brasil atas dukungan mereka. Itu sangat membantu kami memainkan laga besar,” ujarnya.
Sejak awal, Tahiti memang diprediksi hanya sebagai tim pelengkap pada turnamen ini. Kualitas permainan mereka masih cukup jauh untuk mengimbangi kekuatan juara Afrika, Nigeria.
Padahal, Nigeria sendiri tidak dalam kondisi ideal menghadapi laga ini. Nigeria datang ke Brasil hanya 36 jam sebelum tanding melawan Tahiti. Juara Afrika ini juga punya persoalan keterlambatan pembayaran bonus.