TURIN, KOMPAS.com - Peristiwa dramatis ”keajaiban di Istanbul” saat final Liga Champions 2005 terbayang di benak playmaker Juventus, Andrea Pirlo, menjelang laga timnya melawan Celtic FC pada putaran kedua babak 16 besar Liga Champions di Stadion Juventus, Rabu (6/3/2013).
Juventus sudah unggul 3-0 atas klub Skotlandia itu pada putaran pertama, 12 Februari. Dengan skor telak itu, Pirlo seharusnya bisa tenang dan rileks saat menjamu Celtic. Apalagi, ia dan rekan-rekannya akan tampil di kandang, di stadion baru berkapasitas 41.000 penonton, di bawah dukungan fans fanatik.
Namun, kemenangan besar itu justru membuat Pirlo merenung. ”Saya sudah cukup lama berkiprah di dunia sepak bola dan tahu berbagai keajaiban itu terjadi. Saya masih belum bisa melupakan final Liga Champions melawan Liverpool,” ujar pemain berusia 33 tahun itu kepada koran Skotlandia, Daily Record.
Pikirannya melayang ke Istanbul, Turki, sekitar delapan tahun silam. Saat itu, tampil bersama AC Milan, Pirlo sudah unggul 3-0 atas Liverpool pada babak pertama. Saat turun minum, di ruang ganti, pemain Milan bersorak-sorai merayakan kemenangan yang sudah terlihat di depan mata.
”Liverpool mencetak tiga gol hanya dalam satu babak,” ujar Pirlo. Di babak kedua, Liverpool menyamakan 3-3 dan setelah babak perpanjangan laga, klub Inggris itu menang adu penalti.
”Sementara Celtic masih memiliki satu pertandingan penuh. Hal yang berbahaya jika beranggapan laga sudah berakhir,” kata Pirlo, mengingatkan timnya.
Gelandang andalan timnas Italia itu sadar betul, timnya berlaga di Liga Champions. Ini ajang penuh kejutan dan juga keajaiban. Selain Milan, Bayern Muenchen juga pernah mengalami keajaiban itu, yaitu ketika kehilangan gelar juara Eropa pada menit-menit terakhir final 1999 melawan Manchester United.
Jangan beri Celtic angin
Kesadaran yang dialami Pirlo, belajar dari ”Keajaiban Istanbul” 2005 itu, telah menyebar ke seluruh tim Juventus. Mereka seperti mencium adanya ambisi besar Celtic mengulangi kejutan Liverpool atas Milan pada 2005.
Pelatih Antonio Conte pun telah menyiapkan taktik secara intensif. Sasarannya, memastikan Celtic tak bisa mencetak gol pada menit-menit awal. Sebab, jika itu terjadi, klub Skotlandia polesan Neil Lennon tersebut bakal mendapatkan momentum keajaiban.
”Belum ada yang kami kantongi. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan dan kami harus mendekati laga ini dengan kesadaran itu,” kata Giorgio Chiellini, bek Juventus.
Conte kemungkinan memberi kesempatan gelandang Kwadwo Asamoah. Pemain asal Ghana ini dalam kondisi segar bugar setelah absen saat Juventus bermain seri 1-1 di kandang Napoli, Jumat lalu. Pemain inti seperti Stephan Lichtsteiner, Claudio Marchisio, dan Arturo Vidal diistirahatkan. Bukan meremehkan Celtic, melainkan karena mereka mengantongi kartu kuning.
Media-media di Italia melaporkan, melalui formasi 3-5-2 kegemaran Conte, dua ujung tombak bakal ditempati striker Fabio Quagliarella dan Alessandro Matri. Mirko Vucinic dicadangkan.
Dalam sejarah Liga Champions, baru ada dua klub yang lolos setelah kalah di kandang, yakni Inter Milan pada 2010/2011 dan Ajax Amsterdam 1995/1996. Namun, kedua klub itu hanya tertinggal satu gol. Tidak seperti Celtic yang tertinggal tiga gol.
Berat bagi Celtic untuk menorehkan keajaiban, terlebih mereka datang tanpa sang kapten, Scott Brown, karena cedera paha dan bek Mikael Lustig (cedera otot).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.