Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/07/2012, 15:33 WIB

KOMPAS.com - Setelah meluncurkan buku berisi kisah perjalanannya menelusuri asal-usul rendang di Sumatera Barat, Rendang Traveler, Reno Andam Sari tidak berhenti memperkenalkan rendang sebagai salah satu hidangan khas Indonesia. Apalagi sejak rendang terpilih sebagai makanan terlezat di dunia berdasarkan jajak pendapat dari CNNgo.com beberapa waktu lalu, orang Indonesia sebenarnya semakin mengapresiasi hidangan khas Indonesia. Hal ini menjadi kesempatan baik untuk terus melestarikan khasanah kuliner Indonesia.

Saat tampil sebagai pembicara dalam acara bincang-bincang seputar rendang, pengusaha Rendang Uni Farah ini selalu mengangkat tema "How Rendang Are You?". Sebab, menurutnya pengetahuan kita mengenai rendang memang belum begitu banyak. Buku yang mengulas tentang rendang bisa dibilang tidak ada. Ketika bicara buku tentang rendang, pasti yang tersedia adalah buku resep. Padahal rendang bukan sekadar resep masakan, tetapi juga merupakan salah satu warisan budaya yang sarat makna sosial budaya.

Salah satu yang belum banyak diketahui orang, misalnya, bahwa rendang bukanlah nama masakan. "Ada seorang chef yang bilang bahwa rendang itu teknik mengawetkan. Tapi, jadi awet itu sebenarnya bonusnya. Rendang itu sebenarnya teknik memasak, seperti halnya tumis, atau oseng-oseng, itu kan sebenarnya cara memasak," papar Reno, saat bincang-bincang di Rumah Inspirasi Martha Stewart Living di Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Rendang adalah teknik memasak dengan cara mengaduk terus-menerus dalam waktu lama, sampai menjadi kering. Warnanya pun menjadi coklat kehitaman. "Tetapi bahwa sekarang rendang disebut sebagai nama makanan, itu sah saja," katanya lagi.

Proses merendang, menurut Reno bisa sampai dua hari. Bila adonan santan dan bumbu yang diaduk belum sampai kering, dan baru menghasilkan kuah kental yang kecoklatan, itu belum bisa disebut rendang, melainkan kalio. Kalio bisa disebut sebagai proses menuju rendang.

Saat memasak rendang, lulusan jurusan desain grafis Universitas Trisakti ini selalu memakai kayu bakar. Memasak menggunakan kompor membuat pembakaran hanya terjadi di sekitar lingkaran pembakarnya. Sedangkan jika menggunakan kayu bakar, api bisa diatur ke segala arah dengan memindahkan kayu bakarnya. Jika api kurang besar, kayu bisa ditambahkan lagi. Dengan demikian, tingkat kematangannya lebih merata.

Meskipun begitu, memasak dengan kompor tentu tidak dilarang. "Soal rasa itu masalah selera. Hanya saja, kalau dengan kayu bakar, aroma bakarannya lebih tercium," katanya.

Rendang, seperti juga hidangan khas Minang lainnya, mengandung kolesterol tinggi karena menggunakan santan yang kental. Apalagi, masakan Minang juga banyak menggunakan bahan-bahan seperti tunjang atau kikil. Oleh sebab itu, masakan Minang selalu disajikan dengan mentimun. Mentimun ini fungsinya untuk menurunkan kadar kolesterolnya. Maka, saat menikmati rendang, lahap juga mentimunnya! 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Timnas Indonesia
Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Timnas Indonesia
STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

Timnas Indonesia
Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia
Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Timnas Indonesia
Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Timnas Indonesia
Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Reaksi Media Korsel: 'Magis Shin Tae-yong' dan 'Tragedi di Doha'

Reaksi Media Korsel: "Magis Shin Tae-yong" dan "Tragedi di Doha"

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com