Mancio mungkin memang angkuh dan sombong. Namun, ia memiliki karakter dan konsep kuat dalam mengelola sebuah tim. Ia datang ke Manchester pada Desember 2009 menggantikan Mark Hughes, pelatih QPR yang ditundukkan City untuk meraih juara Liga Inggris musim ini.
Salah satu konsep dalam kepelatihannya adalah mendefinisikan peran seorang pemain penghubung lini tengah dan lini depan. Konsep itu ia tuliskan dalam sebuah pedoman kepelatihan berjudul Il Trequartista. Buku itu tersimpan di Coverciano, pusat kepelatihan milik Asosiasi Sepak Bola Italia, tidak jauh dari kota Florence.
Ia mengupas peran pemain nomor 10 yang menjadi penghubung lapangan tengah dengan penyerang. Peran yang sangat dia kuasai, di mana ia sangat lihai menjadi penyerang bayangan yang mematikan.
Di Manchester City, Mancini menjadikan David Silva sebagai pemain nomor 10. ”Trequartista kami yang fantastis,” ujar Mancini mendeskripsikan peran Silva.
Saat Mancini memimpin City di akhir 2009, gelar juara Liga Primer masih di awang-awang. Namun, Mancini memanfaatkan suntikan dana yang tak terbatas dari Sheikh Mansour untuk mendatangkan para pemain bintang. Keputusan yang membawa City juara sekaligus simalakama, karena musim depan mereka harus menjual banyak pemain mahal untuk memenuhi syarat keseimbangan keuangan klub dari UEFA.
Mancini belum memikirkan masalah itu. Saat ini ia sedang menikmati sukses besarnya membawa City juara Liga Primer. Kemenangan pertama yang menjadi batu loncatan untuk kesuksesan berikutnya.
Musim depan, Mancini mengincar juara Eropa bersama City. Perburuan yang berat bagi City meskipun Mancio dalam dekapan Dewi Fortuna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.