Dalam setahun, bisa lima hingga enam kali Rahmad mengundang orang ke rumahnya. Maka, ketika acara kumpul-kumpul berlangsung, setiap ruang di rumah yang berdiri di atas tanah seluas 450 meter persegi tersebut dipastikan ramai, mulai dari ruang tengah, teras samping, garasi yang biasanya dipakai untuk menyuguhkan makanan, hingga teras belakang tempat keluarga dan teman Rahmad bernyanyi dengan musik hidup.
”Saya senang mengumpulkan saudara karena kita tidak boleh putus hubungan dengan mereka. Dengan sering berkumpul, saya jadi tahu keponakan yang tersebar ke mana-mana,” tutur Rahmad.
Dalam proses pembangunan rumahnya, Rahmad memperhatikan nuansa alam. Ia senang ketika halaman rumahnya rimbun oleh pepohonan. Di Karawaci, Rahmad beruntung ketika mendapatkan lahan yang posisinya berada di hoek sehingga dia bisa menanam pohon mangga di halaman depan dan samping rumahnya.
Rumah yang membuatnya nyaman ini membuat Rahmad selalu berusaha mencari kesamaan suasana ketika harus tinggal di kota lain. Hal ini dia lakukan di Palembang ketika melatih Sriwijaya FC pada tahun 2007-2009. Di ibu kota Sumatera Selatan itu, Rahmad tinggal di rumah sewaan yang bernuansa sama dengan tempat tinggalnya di Tangerang, yaitu bernuansa alam. Rumah ini diperoleh setelah Rahmad bersusah payah mencari hingga menjauh dari pusat kota, yaitu di sekitar bandara. Ia pernah kehilangan suasana rumah ketika melatih Persipura karena harus tinggal di hotel.
Rahmad memang punya memori tersendiri dengan nuansa alam sebuah tempat tinggal. Rumah masa kecilnya di Lampung berdiri di atas tanah yang dikelilingi pepohonan, terutama buah-buahan.
”Sekarang rumah itu jadi tempat istirahat keluarga, terutama kalau tiba waktunya panen duren. Jadi, rumah ini mewakili tempat tinggal saya waktu kecil,” ujarnya.