Kompetisi belia Liga Kompas-Gramedia U-14 hari Minggu lalu resmi kedatangan tiga anggota baru untuk musim 2012. Mereka adalah Sekolah Sepak Bola Mandiri Jaya Bogor, SSB Rajawali Putra, dan SSB Jakarta North City. Ketiga SSB ini akan bergabung dengan 13 SSB lain untuk kompetisi yang rencananya akan kembali berputar pada Januari 2012. Ketiga SSB itu baru saja menyelesaikan babak play off
Secara teknis, babak play off ini dimaksudkan sebagai bagian dari sistem degradasi-promosi yang merupakan salah satu pilar kompetisi. Memang tidak sempurna sebab babak play off berlangsung dengan pola turnamen dan tidak satu napas dengan kompetisi yang mempertemukan semua tim peserta. Namun, bagaimanapun, babak play off adalah cara darurat yang ditempuh komite Liga Kompas-Gramedia (LKG) untuk memenuhi kaidah dasar dan logika kompetisi: promosi-degradasi.
Diikuti 16 tim setiap musim, liga yang akan memasuki musim ketiga ini memang tidak mempunyai divisi di bawahnya. Jika ada divisi di bawahnya, sistem promosi-degradasi akan berjalan secara otomatis. Tiga tim terbawah ”divisi utama” akan turun, sementara tiga tim teratas divisi di bawahnya otomatis naik. Tanpa jenjang di bawahnya, LKG U-14 terpaksa menempuh play off demi, sekali lagi, memenuhi logika kompetisi.
Sepanjang belum mempunyai divisi di bawahnya, LKG U-14 akan konsisten menerapkan sistem ini untuk promosi-degradasi. Tepatnya, pada akhir musim, tiga tim terbawah akan ”turun” ke babak play off dan bersaing dengan sejumlah tim lain yang akan diundang untuk memperebutkan lagi tiga tempat di ”divisi utama”. Jumlah peserta yang ikut babak play off bisa berubah-ubah bergantung pada kondisi, terutama pada animo calon peserta dan diputuskan oleh komite LKG U-14.
Sebagai kompetisi bagi pembinaan usia muda, LKG U-14 memang berusaha bertambah baik setiap musim. Dibandingkan dengan liga sepak bola profesional, berkutat di wilayah pembinaan usia muda terasa lebih banyak kompleksitas masalah, terutama dalam menjaga nilai-nilai (values) dan semangat untuk ikut membentuk manusia Indonesia yang berwatak luhur.
Oleh karena itu, sistem promosi-degradasi, meski tidak sempurna melalui pola play off, sejauh ini dianggap cara terbaik untuk menjaga logika kompetisi. Dalam kaitan pembinaan usia muda, ini merupakan pembelajaran bagi calon-calon bintang sepak bola Indonesia bahwa setiap tujuan besar, semisal ikut kompetisi ”divisi utama” LKG U-14, harus direbut melalui perjuangan. Satu tempat di kompetisi ini bukanlah tiket gratis yang diberikan komite LKG U-14 karena sang pengurus SSB punya hubungan khusus dengan anggota komite.
Meski tidak sempurna, komite LKG U-14 juga punya ”landasan hukum” untuk menentukan SSB mana yang berhak ikut musim berikutnya.
Becermin pada fenomena promosi-degradasi di LKG U-14, tampaknya faktor inilah yang menjadi salah satu pemicu kekisruhan dan dualisme kompetisi profesional di lingkungan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sebagai penanggung jawab tertinggi pembangunan sepak bola nasional, PSSI seharusnya paham benar kaidah dasar dan logika kompetisi ini.
Paling fenomenal adalah keputusan PSSI memberikan ”tiket gratis” kepada enam tim untuk masuk strata tertinggi kompetisi Pro 1. Mereka adalah PSM Makassar, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSMS Medan, Persebaya Surabaya, dan Bontang FC. Terutama kepada tiga tim yang disebut terakhir, keputusan PSSI benar-benar fatal karena mereka tidak berkompetisi pada strata tertinggi pada musim sebelumnya sehingga kaidah dasar dan logika kompetisi benar-benar jungkir balik.