Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Logika Kompetisi

Kompas.com - 01/12/2011, 03:02 WIB

Anton Sanjoyo

Kompetisi belia Liga Kompas-Gramedia U-14 hari Minggu lalu resmi kedatangan tiga anggota baru untuk musim 2012. Mereka adalah Sekolah Sepak Bola Mandiri Jaya Bogor, SSB Rajawali Putra, dan SSB Jakarta North City. Ketiga SSB ini akan bergabung dengan 13 SSB lain untuk kompetisi yang rencananya akan kembali berputar pada Januari 2012. Ketiga SSB itu baru saja menyelesaikan babak play off yang diikuti oleh 27 SSB dan berlangsung satu bulan terakhir.

Secara teknis, babak play off ini dimaksudkan sebagai bagian dari sistem degradasi-promosi yang merupakan salah satu pilar kompetisi. Memang tidak sempurna sebab babak play off berlangsung dengan pola turnamen dan tidak satu napas dengan kompetisi yang mempertemukan semua tim peserta. Namun, bagaimanapun, babak play off adalah cara darurat yang ditempuh komite Liga Kompas-Gramedia (LKG) untuk memenuhi kaidah dasar dan logika kompetisi: promosi-degradasi.

Diikuti 16 tim setiap musim, liga yang akan memasuki musim ketiga ini memang tidak mempunyai divisi di bawahnya. Jika ada divisi di bawahnya, sistem promosi-degradasi akan berjalan secara otomatis. Tiga tim terbawah ”divisi utama” akan turun, sementara tiga tim teratas divisi di bawahnya otomatis naik. Tanpa jenjang di bawahnya, LKG U-14 terpaksa menempuh play off demi, sekali lagi, memenuhi logika kompetisi.

Sepanjang belum mempunyai divisi di bawahnya, LKG U-14 akan konsisten menerapkan sistem ini untuk promosi-degradasi. Tepatnya, pada akhir musim, tiga tim terbawah akan ”turun” ke babak play off dan bersaing dengan sejumlah tim lain yang akan diundang untuk memperebutkan lagi tiga tempat di ”divisi utama”. Jumlah peserta yang ikut babak play off bisa berubah-ubah bergantung pada kondisi, terutama pada animo calon peserta dan diputuskan oleh komite LKG U-14.

Sebagai kompetisi bagi pembinaan usia muda, LKG U-14 memang berusaha bertambah baik setiap musim. Dibandingkan dengan liga sepak bola profesional, berkutat di wilayah pembinaan usia muda terasa lebih banyak kompleksitas masalah, terutama dalam menjaga nilai-nilai (values) dan semangat untuk ikut membentuk manusia Indonesia yang berwatak luhur.

Oleh karena itu, sistem promosi-degradasi, meski tidak sempurna melalui pola play off, sejauh ini dianggap cara terbaik untuk menjaga logika kompetisi. Dalam kaitan pembinaan usia muda, ini merupakan pembelajaran bagi calon-calon bintang sepak bola Indonesia bahwa setiap tujuan besar, semisal ikut kompetisi ”divisi utama” LKG U-14, harus direbut melalui perjuangan. Satu tempat di kompetisi ini bukanlah tiket gratis yang diberikan komite LKG U-14 karena sang pengurus SSB punya hubungan khusus dengan anggota komite.

Meski tidak sempurna, komite LKG U-14 juga punya ”landasan hukum” untuk menentukan SSB mana yang berhak ikut musim berikutnya.

Becermin pada fenomena promosi-degradasi di LKG U-14, tampaknya faktor inilah yang menjadi salah satu pemicu kekisruhan dan dualisme kompetisi profesional di lingkungan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Sebagai penanggung jawab tertinggi pembangunan sepak bola nasional, PSSI seharusnya paham benar kaidah dasar dan logika kompetisi ini.

Paling fenomenal adalah keputusan PSSI memberikan ”tiket gratis” kepada enam tim untuk masuk strata tertinggi kompetisi Pro 1. Mereka adalah PSM Makassar, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, PSMS Medan, Persebaya Surabaya, dan Bontang FC. Terutama kepada tiga tim yang disebut terakhir, keputusan PSSI benar-benar fatal karena mereka tidak berkompetisi pada strata tertinggi pada musim sebelumnya sehingga kaidah dasar dan logika kompetisi benar-benar jungkir balik.

PSSI sungguh tak punya ”landasan hukum” untuk memasukkan enam tim ini ke struktur kompetisi strata tertinggi. Alasan yang mereka lontarkan pun sangat absurd karena memakai pertimbangan subyektif, seperti nama besar, sejarah, dan yang paling konyol, permintaan sponsor.

Meski faktor di atas ini bukan satu-satunya penyebab, tampaknya keputusan-keputusan kontroversial dalam bidang kompetisi inilah yang menjadi faktor kunci timbul dualisme kompetisi, yakni Indonesian Premier League (IPL) yang ”direstui” PSSI dan Indonesian Super League (ISL) yang dianggap ilegal.

Bapak bangsa, Bung Karno, terkenal dengan istilahnya, ”Jas Merah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah! Pun demikian dengan penguasa PSSI sekarang. Diakui atau tidak, mereka bisa berkuasa dengan menggunakan ”kendaraan” Liga Primer Indonesia (LPI). Saat LPI digulirkan 8 Januari lalu, mereka ”dianiaya” oleh penguasa PSSI saat itu, rezim Nurdin Halid. Selain dianggap ilegal, para pemain, pelatih, dan wasit nasional yang terlibat diancam dimatikan kariernya.

Sekarang sejarah berulang, penggagas LPI yang dulu teraniaya kini menjadi penganiaya. Tanpa semangat rekonsiliasi, organisasi PSSI hanya dipakai sebagai ajang balas dendam. Kentara benar, tidak ada ketulusan membangun sepak bola.

Kini, ISL yang dianggap ilegal dan LPI, yang berubah wujud menjadi IPL, justru yang dianggap resmi. Seperti halnya era Nurdin Halid, dualisme kompetisi dengan lahirnya LPI terbukti tidak membawa kemajuan bagi persepakbolaan nasional. Demikian pula sekarang, dualisme ini hanya akan memperburuk iklim sepak bola nasional.

Sejarah yang baru seumur jagung dilupakan, juga logika-logika dasar kompetisi. Sepak bola Indonesia jalan di tempat, bahkan melangkah mundur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sorotan untuk Wasit Laga Timnas Indonesia di Piala AFF 2024

Sorotan untuk Wasit Laga Timnas Indonesia di Piala AFF 2024

Timnas Indonesia
Respons Shin Tae-yong soal Hasil Drawing ASEAN Cup 2024 Vs Vietnam

Respons Shin Tae-yong soal Hasil Drawing ASEAN Cup 2024 Vs Vietnam

Timnas Indonesia
Alasan Henderson dan Rashford Tak Masuk Skuad Inggris untuk Euro 2024

Alasan Henderson dan Rashford Tak Masuk Skuad Inggris untuk Euro 2024

Internasional
Akses Istimewa Passport Planet Persib Saat Nonton Laga Maung Bandung

Akses Istimewa Passport Planet Persib Saat Nonton Laga Maung Bandung

Liga Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024

Jadwal Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024

Timnas Indonesia
Fakta Bojan Hodak Empat Kali Final Beruntun, Peluang Juara di Persib

Fakta Bojan Hodak Empat Kali Final Beruntun, Peluang Juara di Persib

Liga Indonesia
Daftar Skuad Inggris untuk Euro 2024: Tanpa Rashford-Henderson, Ada Maguire

Daftar Skuad Inggris untuk Euro 2024: Tanpa Rashford-Henderson, Ada Maguire

Internasional
Toni Kroos Pensiun, Ruang Ganti Real Madrid Terguncang

Toni Kroos Pensiun, Ruang Ganti Real Madrid Terguncang

Liga Spanyol
Toni Kroos Gantung Sepatu Setelah Piala Eropa 2024

Toni Kroos Gantung Sepatu Setelah Piala Eropa 2024

Internasional
Hasil Lengkap Malaysia Masters 2024: Vito ke Babak Utama, Sabar/Reza Tersingkir

Hasil Lengkap Malaysia Masters 2024: Vito ke Babak Utama, Sabar/Reza Tersingkir

Badminton
Kata David Beckham Usai Klopp Pergi dari Liverpool: Luar Biasa...

Kata David Beckham Usai Klopp Pergi dari Liverpool: Luar Biasa...

Liga Inggris
Daftar 34 Pemain Timnas Putri Indonesia untuk Lawan Singapura

Daftar 34 Pemain Timnas Putri Indonesia untuk Lawan Singapura

Timnas Indonesia
Piala AFF 2024, Pelatih Vietnam Sebut Indonesia Kuat, Yakin Menang dan Juara

Piala AFF 2024, Pelatih Vietnam Sebut Indonesia Kuat, Yakin Menang dan Juara

Timnas Indonesia
Respons Media Vietnam Usai Segrup dengan Indonesia di Piala AFF 2024

Respons Media Vietnam Usai Segrup dengan Indonesia di Piala AFF 2024

Timnas Indonesia
Saat Shin Tae-yong Pilih Tak Hadir di Drawing Piala AFF 2024

Saat Shin Tae-yong Pilih Tak Hadir di Drawing Piala AFF 2024

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com