KOMPAS.com - Sepak bola telah menjadi lahan basah bagi para investor kaya untuk menanamkan modalnya. Setelah Chelsea dan Manchester City ‘naik kasta’, sekarang tiba giliran Malaga, klub gurem asal Spanyol, yang ketiban durian runtuh dan diperkirakan akan menjadi "the next big thing in football".
Jumat, 11 Juni 2010, publik sepak bola Spanyol dikejutkan berita akuisisi klub Malaga FC oleh konglomerat asal Qatar, Sheikh Al Thani. Keheranan melanda benak banyak orang, sebab ini lah kali pertama sebuah klub sepak bola Spanyol dibeli pengusaha kaya dari Timur Tengah. Para Sheikh, biasanya lebih senang 'bermain' di Liga Inggris, yang banyak dikatakan orang sebagai liga paling keras dan komersil di dunia.
Al Thani, 44 tahun, memiliki kerajaan bisnis di Uni Emirat Arab yang mempekerjakan sekitar 3.000 orang dan beroperasi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia. Bisnisnya mencakup sederetan hotel, pusat perbelanjaan, perusahaan telepon selular dan jual beli mobil. Ia juga merupakan wakil presiden dan pemilik saham dari Doha Bank.
Seluruh kekayaan itu memungkinkannya untuk merogoh kocek sebesar 36 juta euro untuk memuluskan proses negosiasi pembelian klub yang berlangsung selama empat sampai lima bulan lamanya. Uang sebesar itu sudah cukup untuk sekaligus membayar utang klub yang berdiri sejak tahun 1948 tersebut.
"Tujuan kami adalah membantu Malaga mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkukuh kehadirannya di La Liga dan untuk mempertebal harapan serta kegembiraan para pendukung klub," tutur Al-Thani.
Malaga, klub yang selama 30 tahun terakhir acap kali naik-turun kasta, baru kembali ke divisi utama La Liga pada 2008 lalu. Pada musim 2009/2010, mereka bahkan nyaris terdegradasi sebelum akhirnya memastikan diri untuk tetap berlaga di divisi utama pada hari terakhir kompetisi. Saat itu, mereka berhasil duduk di posisi 17 dalam tangga klasemen akhir La Liga. Pelatih Juan Ramon Lopez Muniz pun dianggap bertanggung jawab akan hal ini sehingga berujung pada pemecatan dirinya.
Jesualdo Ferreira, pelatih yang sukses membawa Porto menjuarai Liga Portugal selama tiga musim berturut-turut, direkrut sebagai penggantinya. Sayangnya setelah 10 pertandingan terlewati, ia hanya sukses membawa tim menuju dua kemenangan. Setengah musim terlewati dan Malaga masih terdampar di posisi 18 alias zona degradasi. Al-Thani kehilangan kesabarannya dan Ferreira pun dipecat.
Setelah itu, kursi pelatih beralih ke mantan pelatih Real Madrid, Manuel Pellegrini. Pria asal Chili itu bergerak cepat dengan mendatangkan Enzo Maresca, Martin Demichelis serta Julio Baptista. Malaga pun secara perlahan merangkak ke posisi atas dan berhasil mengakhiri musim di posisi 11.
Sejak bursa transfer kembali dibuka, Malaga dengan gencar mengincar pemain-pemain bintang untuk hijrah ke La Rosaleda, markas klub tersebut. Sampai saat ini sudah hadir enam pemain bertaraf internasional yang diharapkan dapat membantu tim mencapai targetnya masuk zona Liga Champion musim depan, target yang bukan mustahil bisa tercapai. Pemain-pemain tersebut adalah Ruud Van Nistelrooy, Joris Mathijsen, Isco, Monreal, Jeremy Toulalan serta Joaquin Sanchez.
Malaga, bahkan hadir sebagai pesaing serius Manchester United untuk mendapatkan Wesley Sneijder dari Inter Milan. Uang sebesar 35 juta poundsterling dirasa bukan masalah besar untuk mendatangkan playmaker asal Belanda tersebut. Sayangnya, Sneijder dengan tegas menolak minat Malaga dan lebih tertarik untuk mendengarkan tawaran dari MU.
Kehadiran Malaga sebagai penantang serius dalam perebutan titel juara diyakini banyak orang akan berdampak positif bagi eksistensi La Liga dan pamornya di mata dunia. Dominasi Real Madrid dan Barcelona yang selama ini seakan tak tersentuh tim-tim lainnya diyakini akan segera berakhir dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini senada dengan optimisme Apono, gelandang tengah Malaga, menjelang dimulainya musim mendatang
"Kami tahu kami adalah tim yang tengah disorot sekarang. Siapa yang menyangka?" katanya kepada EFE.
"Malaga, Barcelona, dan Real Madrid adalah poin referensi baru di sepak bola Spanyol. Memenangkan La Liga nyaris mustahil, tapi bermain demi tempat di Liga Champions adalah opsi realistis. Kami harus fokus melalui pertandingan satu demi satu," pungkas pemain berusia 27 tahun itu.
Tidak hanya di sektor pemain, Malaga juga menguatkan barisan staff manajemennya dengan merekrut Fernando Hierro, legenda Real Madrid dan Spanyol, sebagai general manager-nya. "Ini adalah proyek yang sangat ambisius, mengagumkan dan menggairahkan dan aku beruntung bisa ada di dalamnya. Ini sangat menggairahkan untuk Malaga, dan aku akan mencoba untuk menolong dan berkolaborasi sehingga proyek ini dapat terus berkembang," imbuh Hierro.
Sederetan aksi Malaga tersebut bisa menjadi bukti keseriusan mereka untuk bersaing di papan atas La Liga, Eropa, bahkan dunia. Bila begini, jangan terkejut bila suatu saat nanti Jose Mourinho diresmikan menjadi pelatih tim asal Andalusia itu. Siapa tahu? (Fourfourtwo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.