Bahkan, saat tidur, setiap bayi selalu ditemani bola kaki di samping kanan dan kirinya. Dalam salah satu upacara adat, saat bayi berusia tujuh bulan juga dikaitkan dengan sepak bola.
”Kaki bayi diolesi rumput lapangan bola yang ditaruh di mangkok atau baskom. Orangtua berharap anaknya menjadi pemain sepak bola saat dewasa,” tutur Rifai Lestaluhu (43).
Lutfi menuturkan, alam, lingkungan, dan masyarakat sekitar mendukung bakat anak-anak Tulehu. Perpaduan gunung dan laut menempa mereka menjadi pesepak bola yang tangguh. Untuk melatih fisik, selain memanfaatkan laut, para pelatih lokal menempa para calon pemain di perbukitan dan hutan yang ada di belakang rumah.
Tidaklah mengherankan jika anak usia lima atau enam tahun yang berasal dari Tulehu sudah bisa menggiring atau juggling bola dengan baik. Sepak bola sudah mendarah daging di diri mereka. ”Tetapi, sampai detik ini kami tidak pernah menerima satu bola pun dari PSSI,” ujar Lutfi yang prihatin dengan pengurus PSSI, yang abai dengan pengembangan sepak bola rakyat. (APA/MHD/ANG)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.