Panitia melakukan sinkronisasi data penjualan dari enam loket penjualan supaya diketahui posisi terakhir, yaitu tersisa 5.000-6.000 lembar tiket kelas I. ”Jika penjualan terus dilakukan tanpa diketahui sisa tiket yang tersedia, bisa terjadi kelebihan kuota dan keributan besar berpotensi terjadi pada hari pertandingan,” tutur Joko.
Ia tidak mau kejadian pada laga-laga sebelumnya terulang, di mana panitia mengembalikan uang pembelian tiket kelas VVIP dan VIP yang telanjur dipesan. Joko juga menyayangkan adanya pejabat pemerintah yang menonton laga dengan membawa rombongan di luar daftar. Rombongan Presiden, misalnya, dari hasil rapat protokoler hanya ada 225 personel. ”Namun, 225 itu teorinya, kenyataannya lebih banyak,” kata Joko.
Penentuan jumlah rombongan Presiden itu baru diputuskan sehari menjelang laga. Padahal, panitia sudah menjual tiket selama empat hari dan hampir terjual habis. Akibatnya, panitia harus mengatur ulang distribusi tiket supaya tidak terjadi kekacauan.
Panitia lokal yang berjaga di gerbang VVIP dan VIP juga mengeluhkan adanya praktik memasukkan kolega-kolega dari sejumlah oknum aparat keamanan ke dalam stadion tanpa tiket. Akibatnya, di dalam stadion banyak yang tidak memperoleh tempat duduk.
Edhi menambahkan, sebenarnya panitia sudah membagikan 5.000 tiket gratis bagi PSSI, AFF, Asosiasi Sepak Bola Filipina, termasuk 225 kursi rombongan Presiden. Sayangnya, banyak yang membawa koleganya masuk ke stadion tanpa tiket sehingga mengganggu kenyamanan penonton yang memegang tiket.
”Saya tahunya keluarga Cikeas membeli 106 tiket di VIP Barat pada laga pertama, yang lain saya tidak tahu,” ujar Edhi.
Pada
Sementara itu, asisten pelatih Indonesia Wolfgang Pikal mengimbau agar pendukung tim Merah Putih tidak membawa petasan atau kembang api ke stadion. Pada sejumlah laga, banyak suporter menyalakan kembang api yang sebenarnya terlarang.
”Kami berharap fans tidak bawa roket (kembang api) karena kita bisa terkena sanksi dari AFF. Kita tentu ingin tetap main di Gelora Bung Karno jika masuk final,” ujar Pikal.
Mengenai kondisi para pemain, Pikal menjelaskan, masih ada pekerjaan bagi fisioterapis untuk memulihkan kondisi fisik Firman Utina dan Irfan Bachdim. Kedua pemain utama tim nasional Indonesia itu memiliki waktu 30 jam sebelum didaftarkan sebagai
”Fisioterapis kami bekerja keras untuk menyembuhkan kedua pemain itu. Kami berharap mereka bisa pulih karena kami ingin bermain dengan formasi yang sama,” ujar Pikal.