Bagi Indonesia, pencapaian Korea Utara adalah tamparan bolak-balik seperti Asterix menampar orang-orang Romawi dalam cerita karangan Rene Goscinny dan Albert Uderzo.
Korea Utara, yang kesulitan mengakses siaran Piala Dunia dan setengah mati meminta restu negara untuk mencari (dan mendapatkan) sponsor, mampu mencapai Afrika Selatan, dan mencetak gol ke gawang Brasil setelah tertinggal 0-2 dan menjelang masa injury time pula.
Indonesia, yang punya semuanya (kecuali mungkin semangat dan kejujuran), mulai dari sumber daya manusia, sponsorship, suporter, hingga akses informasi yang jauh lebih luas ketimbang Korut, malah berharap tampil di Piala Dunia dengan memenangi bidding tuan rumah. Ironisnya, untuk melewati jalan pintas seperti itu pun Indonesia juga gagal.
Korea Utara mungkin tak akan meraih poin lagi pada dua pertandingan sisa dan gagal melaju ke putaran kedua. Namun, mereka tetap berhak pulang dengan kepala tegak karena dengan segala keterbatasannya, mereka mampu menjebol gawang Julio Cesar, yang Lionel Messi pun gagal melakukannya.
Sementara nanti Ji Yun Nam bercerita kepada yunior-yuniornya, anak-cucunya, atau tetangga-tetangganya, bagaimana ia menjebol gawang Brasil, di ajang Piala Dunia, dan saat pertandingan cuma menyisakan satu menit, Indonesia mungkin masih cuma sibuk membuat proposal untuk mendatangkan Manchester United atau melobi FIFA untuk menjadikan Indonesia tuan rumah Piala Dunia.
Tentu, kita berharap Indonesia akan lebih baik dari itu. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.