JAKARTA, RABU - Asisten pelatih PSIR Rembang, Suwandi HS berharap agar PSSI dapat meninjau kembali hukuman skorsing seumur hidup yang dijatuhkan Komisi Disiplin PSSI kepada tiga orang pemain PSIR.
"Jangan seumur hiduplah. Itu sama juga dengan mematikan. Kami mengimbau agar hukuman terberat itu ditinjau kembali," ujar Suwandi HS yang berada di Jakarta, Selasa (18/11), untuk dimintai keterangannya oleh Komisi Disiplin PSSI di Kantor PSSI, Senayan.
Skorsing itu dijatuhkan terkait dengan kasus pemukulan yang dilakukan ketiga pemain itu saat pertandingan melawan Persibom Bolaang Mongondow (Bolmong) di ajang Divisi Utama Liga Indonesia di Kotamubagu, Bolmong pekan lalu.
Suwandi (38) yang mantan pemain nasional menilai hukuman tersebut terlalu berat karena berarti benar-benar telah mematikan mata pencaharian mereka sebagai pemain sepakbola. Dikatakannya, kalau pun pemain benar-benar telah melakukan kesalahan dengan menganiaya wasit, seharusnya sebelum vonis dijatuhkan dilakukan penyelidikan terlebih dahulu.
"Sebaiknya jangan langsung memvonis. Begitu cepatnya vonis itu keluar sehingga ada kesan emosional dalam menjatuhkan keputusan. Seharusnya para pemain ditanyai dulu," ujar Suwandi yang pernah bermain di klub Petrokimia Putra, Perseden Denpasar dan Persib Bandung ini.
Suwandi memaparkan bahwa insiden itu bisa terjadi karena para pemain sudah merasa terakumulasi dengan kekecewaan terhadap wasit yang memimpin pertandingan. Menurutnya, para pemain PSIR Rembang sebagian besar hidup dari bermain sepakbola dan hanya sekitar empat-lima orang saja yang bekerja sebagai karyawan pemerintahan (Pemda).
"Pekerjaan mereka murni bermain sepakbola. Bahkan ketiga orang yang dijatuhi sanksi itu pekerjaannya hanya bermain sepakbola," jelas Suwandi yang menjadi asisten pelatih kepala Suroso sejak setahun lalu.
Suwandi menegaskan, sepengetahuannya sejak tahun 1989 ia bermain sepakbola, belum pernah PSSI menjatuhkan sanksi seberat itu kepada pemain sepakbola. Kalau pun ada sanksi skorsing paling hanya beberapa tahun, itupun sering mendapat remisi. Ia mengungkapkan, ketika insiden terjadi, dirinya sendiri telah berupaya untuk melerai dan meredam emosi para pemainnya.
"Melihat kepemimpinan wasit waktu itu saya diam saja. Saya tidak memprotes. Dan ketika para pemain sudah begitu memuncak emosinya, saya berusaha melerai dan meredam emosi mereka," ujar Suwandi.
Pemain yang turut memperkuat Timnas Piala Kemerdekaan 1993 dan Piala Tiger 2001 ini menambahkan, bahwa dia sendiri kenal baik dengan wasit Muzair Usman yang menjadi korban pengeroyokan.
"Dengan wasit dan asisten wasitnya pun saya kenal baik. Saya berharap agar insiden ini tak terjadi lagi di masa datang. Untuk sepakbola kita bisa maju memang masih banyak hal yang perlu dibenahi," ujar Suwandi yang pernah pula memperkuat PSM Makassar, Pupuk Kaltim dan Persita Tangerang. (ANT)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.