KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali mengutarakan peran Radja Nainggolan dan juga psikolog untuk membantu para pemain timnas U17 2023 menghadapi tekanan jelang laga kedua Piala Dunia U17 2023 kontra Panama pada Senin (13/11/2023).
Hal tersebut disampaikan Zainudin Amali dalam sesi jumpa pers di Media Information Center Piala Dunia U17 2023 di Surabaya pada Minggu (12/11/2023).
Debutan turnamen, Indonesia, berhasil menahan tim kuat Ekuador 1-1 pada laga pertama Piala Dunia U17 2023, Jumat (10/11/2023).
Garuda mencetak gol lebih dulu lewat tendangan Arkhan Kaka (22') sebelum Ekuador membalas melalui tandukan Allen Obando (28').
Hasil ini mendatangkan pujian besar kepada para pasukan Bima Sakti tetapi juga memberikan tekanan bagi Garuda Muda untuk mengalahkan Panama, yang di atas kertas merupakan tim terlemah di Grup A.
Amali pun mengutarakan bahwa di sela-sela kedua laga tersebut, pasukan timnas mendapat kunjungan dari Radja Nainggolan, eks gelandang timnas Belgia yang menjadi brand Ambassador Piala Dunia U17 2023, serta bekerja dengan psikolog senantiasa.
"Kemarin anak-anak dikunjungi Radja Nainggolan," ujar Amali. "Dia memberi semangat dan ada satu hal yang disampaikan. Bahwa di sepak bola, apa saja mungkin."
Ia mencontohkan beberapa kejutan yang terjadi di turnamen seperti ketika Brasil kalah 2-3 dari Iran dan Argentina tumbang 1-2 dari Senegal.
"Sehingga, ucapan Radja Nainggolan ke anak-anak dicap betul oleh mereka bahwa apapun bisa terjadi," lanjutnya.
"Termasuk, prediksi banyak orang kita kebobolan banyak gol kontra Ekuador ternyata tidak juga."
Tim pelatih dan staff timnas pun dikatakan sudah mempersiapkan mental para pemain sebaik mungkin agar mereka bisa fokus konsentrasi kepada tugas dari pelatih.
"Selain itu, ada juga psikolog. Ini anak-anak usia 17 tahun tentu akan berbeda dengan pemain usia 23 terutama senior, kita pantau perkembangan mereka secara fisik dan mental," tuturnya.
"Saya bertemu mereka sehabis makan siang (pada Minggu (12/11/2023), semua enjoy dan terlihat tanpa beban. Psikolog pun melihat ada kah yang cemas? Ternyata tidak, semua pada santai dan fokus."
Amali juga ditanya mengenai tekanan dari media sosial yang menghampiri para remaja ini selama turnamen.
Di sini, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut mengutarakan bahwa Iqbal Gwijangge dkk mengambil pelajaran dari Nainggolan.
"Mereka bertanya ke Radja bagimana mengatasi tekanan," ujarnya.
"Tipsnya yang mereka dapatkan adalah 'kalian hiraukan. Tidak usah baca yang kalian tidak suka'."
Kemudian, anak-anak bilang bahwa apa yang menimpa mereka di turnamen sebagia bagian dari proses pendewasaan.
"Itu jawaban mereka. Namanya juga sepak bola ada yang suka dan tidak suka. Kami memahami ekspektasi publik yang sangat besar," lanjutnya.
"Mereka juga terhibur dengan gol pertama yang dicetak timnas di Piala Dunia," lanjut pria asal Gorontalo tersebut.
Tim psikolog pun tetap bekerja untuk memantay perubahan sedikitpun dari perilaku para pemain dan senantiasa mengukur tingkat kecemasan setiap personel asuhan Bima Sakti.
"Hasil 1-1 menjadi penyemangat mereka karena perkiraan banyak orang mereka akan kalah," ujarnya.
"Hasil itu menjadi modal. Apalagi, kalau lihat peringkat kedua negara di level senior jauh sekali."
Timnas Ekuador memang menduduki posisi ke-36 di ranking FIFA. Sementara, Indonesia ada di peringkat ke-145.
https://bola.kompas.com/read/2023/11/12/16553888/kunjungan-radja-nainggolan-dan-peran-psikolog-untuk-timnas-u17-indonesia