KOMPAS.com - Legenda Manchester United, Peter Schmeichel, cerita bagaimana seorang figur inspiratif bisa mengangkat peruntungan negaranya hingga menembus Piala Eropa dan Piala Dunia.
Hal tersebut diungkapkan Peter Schmeichel ketika ditanya apa yang diperlukan bagi negara besar seperti Indonesia untuk bisa mewujudkan potensi sepak bola terpendamnya dan berbicara di level sesungguhnya.
Eks kiper timnas Denmark tersebut mengaku kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi, ia memberikan perspektif menarik dari negaranya sendiri.
"Selama 15 tahun terakhir saya mengarungi region ini dan kerap ditanya pertanyaan tersebut,' ujar Schmeichel dalam sesi roundtable interview di acara #SchmeichelKeVidio bersama beberapa media terpilih Tanah Air, termasuk Kompas.com, di Jakarta pada Sabtu (5/8/2023) siang WIB.
"Pasti ada alasan kenapa ada kekurangan pesepak bola kelas top Asia di liga-liga seperti Premier League."
"Saya tak tahu kenapa persisnya, apakah mereka mempriotaskan hal lain di luar sepak bola atau kurangnya kesempatan."
Pria berusia 59 tahun ini pun mencontohkan apa yang terjadi ke negaranya Denmark pada medio 1970-an di mana liga dan timnas mereka ketika itu masih kurang bisa bersaing.
Namun, Denmark perlahan membenahi sepak bola mereka yang sempat berstatus semi amatir dan menunjuk seorang pelatih asal Jerman, Sepp Piontek, pada 1979.
"Kami ketika itu juga tak berhasil lolos ke turnamen apapun," tuturnya. "Yang kami lakukan adalah mempekerjakan seorang pelatih asal Jerman penuh disipliner dengan metoda-metodanya sendiri."
"Pendekatannya tanpa kompromoi, semua mengikuti cara dia," ujarnya. Bagi warga Denmark, penunjukkan itu sukses karena mereka akhirnya lolos ke Piala Eropa 1984.
Ketika itu, kelolosan ke turnamen besar terhitung sulit karena hanya ada delapan negara yang berpartisipasi di putaran final. Sementara, Denmark tidak lolos ke turnamen apapun sejak 1960-an.
"Ketika kami lolos, semua tahu segala hal menjadi mungkin. Saat kecil saya melihat mereka bermain dan menyadari bahwa semua hal itu (meraih mimpi) adalah sangat memungkinkan," tutur pemenang lima gelar Liga Inggris bersama Man United tersebut.
"Angkatan saya bisa melihat pemain-pemain dari negara sendiri sebagai inspirasi. Sebelumnya, kami harus melihat sosok dari Liga Inggris, karena itu satu-satunya liga yang ditayangkan."
Ia mengaku dalam sekejap, pemain-pemain Denmark angkatan awal 1980an itu menjadi inspirasinya. Schmeichel ketika kecil tahu bahwa perjuangannya akan bisa berbuah sukses seperti para senior.
Namun, ia mengakui bahwa pergeseran gaya manajemen sangat memungkinkan terjadi dan di saat itu, federasi perlu pintar dalam melakukan pendekatan berbeda.
"Kami beruntung karena transisinya mulus. Kami berada di sini karena beberapa hal tadi," ujarnya.
"Pertama, seseorang yang paham untuk menunjukkan jalan, kedua ada orang seperti saya yang ingin belajar ke arah sana, dan kemudian saya harap bisa menjadi figur bagi generasi berikutnya."
Schmeichel tidak mengatakan bahwa apa yang ia ungkapkan adalah resep manjur. Tetapi, menurutnya menemukan sosok inspiratif selalu hal bagus.
Ia bahkan mencontohkan apa yang tengah dilakukan PSSI sekarang di bawah kepemimpinan Erick Thohir.
"Saya tahu ketua federasi Anda baru datang dan ia berhasil melakukan perubahan-perubahan baik," ujarnya.
"Mungkin semua bermula dari dia. Mungkin dia bisa menunjukkan apa yang diperlukan dan semua mengikutinya. Sayang, saya tak punya jawaban sempurna untuk pertanyaan ini."
https://bola.kompas.com/read/2023/08/05/17153538/ditanya-sepak-bola-indonesia-peter-schmeichel-cerita-kisah-inspirasi