KOMPAS.com - Tek-tek-tek, kira-kira begitulah bunyi suara dua bola padat lato-lato yang saling beradu apabila diterjemahkan ke dalam tulisan.
Lato-lato merupakan permainan dua buah bola berat diikat tali yang dimainkan dengan mengendalikan cincin di bagian atasnya sehingga kedua bola beradu dan menimbulkan suara nyaring nan khas.
Permainan lato-lato kini tengah populer di masyarakat Tanah Air. Bahkan, demam permainan adu ketangkasan ini juga sampai menjangkit kalangan pesepakbola tanah air.
Sejumlah pemain sepak bola Indonesia berbagi cerita kepada Kompas.com.
Salah satu diantaranya adalah bek senior Leonard Tupamahu. Akhir Desember lalu saat putaran kedua Liga 1 2022-2023 berlangsung, ia dan sejumlah pemain Bali United tampak sering mengunggah ketangkasan bermain lato-lato di akun media sosial pribadinya.
“Iya, awalnya kami lihat di Instagram lagi viral trus kebetulan aku sama Jajang Mulyana lagi makan di luar ada tempat mainan di sebelahnya ya sudah kami beli tuh lato-lato,” ujar pemain kelahiran Jakarta tersebut kepada Kompas.com.
“Waktu saya bawa main di bus tim, rupanya anak-anak juga pada bisa karena kata mereka ini mainan waktu kecil,” tambahnya.
Ia mengaku tidak asing dengan lato-lato karena sewaktu kecil pernah memainkannya. Tidak terasa permainan sederhana ini membuatnya bernostalgia kembali dengan masa kecil.
“Ingatnya dulu pernah punya waktu kecil. Kalau memainkannya tidak tangkas, sampai sekarang pun tangan sampai bengkak,” kenangnya.
Siapa sangka keisengan Leonard Tupamahu membeli lato-lato menular ke pemain Bali United lain.
Bahkan, ia mengungkapkan bersama rekan-rekannya membuat challenge adu ketangkasan main lato-lato.
“Iya, kemarin sempat sama Gunawan (Dwi Cahyo) dan Jajang taruhan. Habis libur siapa yang paling jago main lato-lato nanti pas balik latihan lagi. Yang kalah traktir makan,” bebernya.
Sementara, Jajang Mulyana mengungkapkan bermain lato-lato juga karena permainan ini sedang populer.
Selain itu, ada rasa penasaran untuk bisa menaklukkan permainan yang digadang-gadang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu saja.
“Kalo buat saya sih cuma buat seru-seruan doang,” ujarnya.
Demam lato-lato juga terjadi kepada pemain Arema FC, Andik Rendika Rama. Ia ikut bermain lato-lato karena sangat populer dimainkan anak-anak di daerah sekitar rumahnya, tidak terkecuali anaknya.
Ia pun tertarik memainkan kembali permainan masa kecilnya itu.
“Pas di depan rumah ramai main, ya jadi ikut bermain karena anak di rumah main lato-lato jadiwes belajar dan main sama anak,” tutur pemain bernomor punggung 24 itu.
“Dulu pas SD udah main namanya tek ketek sekarang namanya lato-lato yang lagi viral,” tambahnya.
Siapa sangka permainan masa kecilnya tersebut juga menjadi sarana untuk menghabiskan quality time bersama dengan sang anak.
Senada dengan Andik Rendika Rama, Evan Dimas Darmono juga mengikuti trend. Ia pertama kali tahu lato-lato dari sang adik yang setiap hari memainkannya.
Ia pun kemudian tertarik untuk bisa membuat pendulum lato-lato berbenturan atas dan bawah secara terus menerus.
Sayangnya dari beberapa percobaan masih gagal. Dari situ, ia kemudian terus penasaran untuk bisa menaklukkan lato-lato.
“Saya lihat adek terus ternyata banyak yang main jadi pengen nyoba, akhirnya keterusan tapi tidak bisa bisa. Akhirnya pinjem punya adek ya tetep ga bisa-bisa juga,” ujarnya sembari tertawa.
Lato-lato berasal dari bahasa suku Bugis. Berasal dari kata kajao-kajao, artinya nenek-nenek yang berubah pengucapan menjadi kato-kato dan kemudian lato-lato.
Sebagian masyarakat menganggap demam lato-lato ini memberikan dampak positif bagi anak-anak agar tidak terpaku memegang ponsel.
Mainan ini juga dipercaya dapat melatih konsentrasi dan fokus.
Tidak sedikit orang yang terganggu dengan suara nyaring yang keluar ketika dua bala lato-lato saling beradu.
Selain itu, ada pula yang mengalami memar di punggung telapak tangan atau benjol di dahi karena terkena lato-lato bahkan baru-baru ini beredar sampai menjerat leher.
https://bola.kompas.com/read/2023/01/08/12000098/demam-lato-lato-menjangkiti-pesepak-bola-indonesia