KOMPAS.com - Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri, mengungkapkan bahwa star syndrome dapat menjadi penghambat perkembangan sepak bola Indonesia.
Berbicara mengenai perkembangan sepak bola Indonesia, PSSI telah merumuskan Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia) yang dituangkan dalam buku Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia.
Dilansir dari laman resmi PSSI, Filanesia telah menjadi salah satu perhatian khusus kepengurusan PSSI periode 2016-2020.
Langkah awal pembentukan filosofi ini dilakukan sejak awal 2017.
Filosofi ini akan memberikan panduan dalam hal lingkup sepak bola, seperti penjenjangan latihan berdasarkan usia, pengembangan teknik pemain dan ciri-ciri bermain di lapangan.
Namun, dalam misi mengembangkan sepak bola Indonesia tersebut, star syndrome dianggap sebagai salah satu masalah dan penghambat yang krusial.
Indra Sjafri mengatakan bahwa ekspos yang berlebihan dari media dapat membuat para pemain jatuh ke jurang star syndrome.
"Ekspos yang berlebihan yang saya lihat selama ini banyak membuat para pemain ke jurang star syndrome," ucapnya dalam konferensi pers pada Jumat (16/12/2022) sore WIB.
"Apalagi tidak hanya media yang dapat bisa mengakibatkan hal tersebut, tetapi juga media sosial. Oleh karena itu, persiapan mental mengenai hal-hal tersebut sangat dibutuhkan," tutur Direktur Teknik PSSI tersebut.
Dirinya menegaskan bahwa pentingnya memiliki karakter moral dan etika yang bagus guna menghindari masalah star syndrome tersebut.
Selain itu, Indra Sjafri juga menjelaskan bahwa salah satu tujuan utama Filanesia, yakni membina para pemain dan memperbaiki mental para pemain Indonesia.
"Karakter moral dan etika merupakan hal yang paling penting," ucap Indra Sjafri.
"Kami akan membina para pemain dan memperbaiki mental mereka. Hal ini harus dibangun sejak usia dini," tegasnya.
Direktur Teknik PSSI tersebut juga menjelaskan mengenai lima hal yang harus diperbaiki dalam sepak bola Indonesia untuk bisa lebih baik lagi ke depannya.
"Ada lima hal yang harus diperbaiki untuk bisa lebih baik. Pertama adalah infrastruktur. Infrastruktur itu tidak hanya stadion, tetapi lapangan-lapangan yang standar bisa dipakai untuk bermain sepak bola," sambung Indra Sjafri.
"Tidak butuh stadion yang megah untuk pengembangan sepak bola di Indonesia. Intinya bisa dipakai untuk bermain sepak bola," tegas Direktur Teknik PSSI itu.
"Kurikulum merupakan poin berikutnya. Kurikulum tidak bisa berdiri sendiri karena sebagus apapun itu kurikulum, tidak akan ada manfaatnya," lanjutnya.
"Setelah kurikulum selesai, penyebarannya pun harus kita kelola. Kurikulum akan disebar lewat kursus-kursus kepelatihan dari satu lisensi ke lisensi yang lainnya," ucapnya.
"Setelah kurikulum ini oke, maka kita akan bangun pengembangan pelatih. Lewat kursus kepelatihan ini kita bentuk pelatih-pelatih andal yang paham Filanesia."
"Oleh karena itu, program kita ke depannya adalah bagaimana kurikulum ini bisa tersebar di seluruh Indonesia kepada para pelatih."
Kemudian, lanjutnya, membangun pengembangan pelatih dan pengembangan pemain.
"Yang terakhir adalah kompetisi. Di setiap kelompok umur, harus memiliki pertandingan yang kompetitif. Ini program yang akan kita lakukan. Kompetisi akan berkualitas jika empat hal di atas bagus ditambah perangkat permainan yang baik juga," tutup Indra Sjafri.
https://bola.kompas.com/read/2022/12/16/19400048/filanesia-indra-sjafri-sebut-star-syndrome-sebagai-penghambat-perkembangan-sepak