Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Referee Assessor, Garda Depan yang Menekan Kontroversi Wasit di Liga 1

MALANG, KOMPAS.com - Referee assessor atau penilai wasit masih sangat asing di telinga penikmat sepak bola Indonesia.

Namun, tugas referee assessor sangat vital dalam kompetisi dan perkembangan kompetisi depannya.

Referee assessor adalah perpanjangan tangan dari PSSI yang menjadi garda depan dalam menjaga kualitas wasit dalam lapangan.

Biasanya, mereka diangkat dari wasit-wasit yang sudah pensiun dengan seleksi yang sangat ketat.

Mereka bertugas dan bertanggung jawab mengawasi serta memberikan penilaian terhadap performa wasit.

Tidak hanya wasit utama, asisten wasit, wasit cadangan dan wasit tambahan pun masuk dalam pengawasannya.

Salah satu referee assessor nasional di Indonesia adalah Jumadi Efendi, wasit asal Malang yang pernah kondang dalam memimpin pertandingan ISL era 2010 hingga Liga 1 2018.

Ia gantung peluit pada musim 2018, tetapi kemudian diberikan tugas sebagai referee asessor nasional pada musim 2020.

“Ya intinya kami memberikan motivasi, dukungan, supaya teman-teman perangkat pertandingan tetap bisa menjalankan tugas sesuai Law of the Game (LOTG). Referee assessor hanya bisa menilai kinerja teman-teman lalu melaporkannya kepada federasi,” ujar Jumadi Efendi kepada Kompas.com.

Dalam menjalankan tugas,referee assessor membuat penilaian tentang tiga kriteria utama. Pertama adalah bagaimana pemahaman dan penerapan LOTG dalam lapangan. Kedua adalah kelayakan fisik, sedangkan yang ketiga kecakapan dalam bekerja sama dengan asisten wasit dan perangkat lainnya.

Ketiga kriteria tersebut dinilai melalui tiga indikator, yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Jumadi Efendi melanjutkan, penilaian ini berpengaruh dalam penugasan seorang di laga selanjutnya.

“Asisten wasit dan wasit tambahan juga sama, tapi yang utama ke wasit utama. Bila salah satu dari mereka ada yang tidak menerapkan peraturan permainan nilainya akan berkurang,” tutur wasit yang sudah bertugas sebanyak 119 laga itu.

“Nilai yang paling rendah bila dalam pertandingan ada KIM (Key Insiden Match). Pemberian KIM yang salah, seperti keputusan tendangan penalti, offside yang dijadikan gol dan pengesahan gol yang salah,” imbuhnya.

Setelah selesai memberikan penilaian, referee assesor akan meneruskan data tersebut kepada pihak yang lebih tinggi.

“Laporannya melalui sistem aplikasi, batas waktu laporannya 24 jam, lebih dari itu otomatis close,” kata dia menjelaskan.

Namun, tugas referee assesssor tidak berhenti sampai di situ. Setelah laporan selesai, ia akan melakukan evaluasi dua arah kepada wasit-wasit yang diawasi.

Di sesi ini, Jumadi Efendi membuka diskusi dua arah jika menang ditemukan keputusan yang salah maupun kontroversial.

Oleh karena itu, para petugas lapangan ini pun bisa belajar dari kesalahan dan diharapkan meminimalkan kesalahan di penugasan selanjutnya.

“Assessor referee juga menganalisa dari rekaman ulang kejadian-kejadian yang kurang sesuai dengan LOTG (pemberian kartu, keputusan pelanggaran, penalti dll ). Untuk asisten wasit seperti masalah penempaan dan pengambilan keputusan offside/onside,” tutur pria yang sehari-hari bekerja di Rumah Sakit Umum dr Saiful Anwar Malang sejak 1992 itu.

“Sebelum meninggalkan stadion pun referee assessor dan perangkat pertandingan tetap berkomunikasi dan mengevaluasi kekurangan/kelebihan mereka,” kata Jumadi menambahkan.

https://bola.kompas.com/read/2022/04/18/06395638/mengenal-referee-assessor-garda-depan-yang-menekan-kontroversi-wasit-di-liga-1

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke