Dia mengatakan, turnamen olahraga yang melibatkan darah muda memang sulit ditebak dan menantang.
Thoriq Alkatiri menjadi satu dari enam wasit berlisensi FIFA yang ditugasi PSSI untuk memeriahkan PON XX Papua 2021.
Ada Dwi Purba dan Fariq Hitaba yang bertugas di pos wasit utama serta tiga asisten wasit, yakni Nurhadi, I Gede Selamet Raharja, dan Bangbang Syamsudar yang memegang lisensi FIFA.
Kehadiran keenam wasit berlisensi FIFA ini cukup mengundang perhatian mengingat ajang PON sejatinya diikuti pesepak bola level amatir.
Akan tetapi, dia mengakui justru senang bisa menjadi bagian dari PON, apalagi antusias suporter yang ditunjukkan tak kalah dengan laga profesional.
"Karena memang ditugasi oleh PSSI dan PB (Pengurus Besar) POM minta untuk menyukseskan PON Papua. Ya saya dengan senang hati menerima tugas ini," ujar wasit bernama lengkap Thoriq Munir Alkatiri ini kepada Kompas.com.
"Ini acara empat tahun sekali, menurut saya tidak masalah meskipun amatir. Saya juga sudah tiga kali tugas PON di Pekanbaru, PON Jabar, dan PON Papua," katanya,
Mengenai aturan dan peraturan, Thoriq Alkatiri tetap memberlakukan aturan standar FIFA. Dia tetap memberlakukan pertandingan PON XX seperti layaknya pertandingan profesional.
Namun, diakui, beberapa sisi pertandingan PON menyuguhkan tantangan yang tidak biasa dibanding pertandingan profesional.
Semangat muda dan ambisi menang menjadi kombinasi lengkap yang membuat laga berjalan agresif. Di satu sisi, dia harus berlaku tegas, tetapi disadari pemain muda yang dihadapi butuh diayomi.
Karena itu, saat pertandingan, dia memerankan peran ganda, sebagai pengadil di lapangan, juga sebagai mentor yang menyisipkan edukasi-edukasi situasional di dalam lapangan.
"Karena memang pemain muda lebih emosi dan fisiknya masih prima, jadi kami sebagai wasit harus berhati-hati," kata wasit kelahiran Purwakarta ini.
"Di samping memimpin pertandingan, kami juga mengedukasi para pemain. Contoh ketika ada satu pelanggaran, kami berbicara kepada pemain bahwa itu tidak benar. Ya sambil mengedukasi," katanya.
Meskipun sudah dipimpin wasit berlisensi FIFA kejadian kontroversial tetap terjadi, seperti pada pertandingan futsal Jatim vs Jabar yang viral pada awal Oktober ini.
Lalu, ada pertandingan sepak bola babak penyisihan grup C antara Aceh dan Kaltim 4 Oktober lalu yang terindikasi pengaturan skor. Bahkan, isu pengaturan skor itu sempat menjadi pemberitaan nasional.
Thoriq Alkatiri menanggapi hal itu dengan tenang. Baginya, kontroversi dalam pertandingan adalah hal yang lumrah. Namun, yang pasti semua pihak sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjauhkan diri dari hal-hal kontroversial.
“Ya namanya suatu permainan pasti ada pro dan kontra. Mudah-mudahan di sepak bola tidak ada dan hal seperti itu dan dijauhkan,” ujar wasit yang mengantongi lisensi FIFA sejak 2014 ini.
Wasit berusia 31 tahun tersebut berharap semua diberikan kelancaran, baik itu cabor sepakbola maupun PON XX Papua secara keseluruhan.
Dengan demikian, dari PON XX Papua ini nantinya banyak bibit-bibit baru yang menyemarakkan sepak bola Indonesia.
“Semoga semua pemain yang tampil di PON kali ini suatu saat bisa mengisi dan menjadi pemain timnas karena di zaman Andik Vermansah dan banyak pemain itu kan berangkat dari PON," katanya.
Selain itu, dia juga berharap kehadirannya dan wasit-wasit berlisensi FIFA bisa ikut menginspirasi rekan-rekan seprofesinya yang lain untuk bersama-sama memberikan yang terbaik.
https://bola.kompas.com/read/2021/10/10/15400038/ketika-wasit-lisensi-fifa-pimpin-laga-pon-xx-papua-2021-