Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Persib 1970, Terpuruk di Kompetisi, Berjaya di Turnamen

BANDUNG, KOMPAS.com - Persib Bandung adalah salah satu kesebelasan besar di Indonesia. Banyak catatan sejarah yang menggambarkan kebesaran dan keperkasaan klub berjulukan Maung Bandung itu dalam merajai panggung kompetisi sepak bola nasional.

Persib terbentuk pada 1933 ketika Indonesia masih dalam pengaruh kolonialisme Belanda. Pada masa awal kelahirannya, Persib merupakan salah satu alat perjuangan bangsa dalam menentang tindak-tanduk kolonialisme melalui sepak bola.

Persib juga memiliki peranan yang besar dalam pembentukan federasi sepak bola Indonesia, PSSI. Bersama enam kesebelasan lain seperti Persija Jakarta, PSIM Mataram Yogyakarta, Persebaya Surabaya, Persis Solo, PSM Madiun, hingga PPSM Magelang, Persib turut menginisiasi terbentuknya PSSI.

Selain itu, Maung Bandung juga tercatat sebagai salah satu klub paling berprestasi di Indonesia. Sejak terbentuk pada 1933, sebanyak tujuh gelar juara kompetisi nasional diraih Persib dengan rincian; lima gelar di kompetisi perserikatan dan dua gelar diraih pada era Liga Indonesia.

Melalui catatan tersebut, Persib pun berada di posisi ketiga tim Indonesia dengan koleksi trofi terbanyak di kompetisi. Persib hanya kalah dari Persija Jakarta yang berada di urutan pertama dengan 11 trofi juara, dan Persebaya Surabaya yang meraih delapan gelar juara kompetisi.

Selain prestasi dan gambaran nama besar tentang Persib, sejarah juga tidak luput mencatat sejumlah masa sulit yang pernah dilalui Maung Bandung dalam kiprahnya di kompetisi sepak bola Indonesia.

Pada era Liga Indonesia, klub berjulukan Maung Bandung itu pernah hampir dua kali terdegradasi divisi satu, yang merupakan kompetisi strata kedua kompetisi Indonesia karena performa inferior.

Kejadian memilukan tersebut terjadi pada Liga Indonesia musim 2003 dan 2005. Beruntung, nasib baik masih menaungi Persib.

Pada 2003 Maung Bandung lolos dari jerat degradasi setelah tampil apik dalam babak play-off degradasi. Adapun pada 2005, Persib lolos dari ancaman degradasi setelah PSSI memutuskan meniadakan degradasi lantaran terjadinya bencana gempa di Yogyakarta.

Jauh sebelum itu, Persib pernah merasakan masa kelam yang lebih menyedihkan. Bahkan kabarnya, anjloknya performa membuat Persib sampai "terdegradasi". Nestapa tersebut dirasakan Persib pada 1978.

Era 1970-an, memang digambarkan sebagai masa suram Persib. Dalam buku "Lintasan Sejarah Persib" mantan pemain sekaligus pelatih Persib, Risnandar Soendoro, menyebutkan bahwa era 1970-an menjadi masa surut Persib. "Sebagai sebuah tim, prestasi Persib tidaklah menggembirakan."

Bukan pernyataan yang berlebihan. Pada kenyataannya, pada era-1970-an, prestasi Persib memang cenderung menurun. Bahkan, Persib mengalami puasa gelar dalam kurun waktu yang cukup panjang, hampir 25 tahun lamanya.

Pasalnya, setelah meraih gelar juara Perserikatan musim 1961, Persib baru bisa kembali mengulang prestasi tersebut pada 1986. Persib memastikan gelar juara setelah mengalahkan Perseman Manokwari di laga final, melalui gol tunggal Djadjang Nurdjaman.

Menyoal puasa gelar di kompetisi, sejatinya itu bukan kali pertama bagi Persib. Sebab, Maung Bandung juga pernah mengalami kesusahan meraih gelar juara dalam kurun waktu yang panjang.

Terhitung sejak tahun 1937, ketika mereka menjuarai kompetisi Perserikatan untuk kali pertama. Setelah itu, Persib baru bisa kembali meraih gelar juara pada 1961. Artinya selama 24 tahun Persib mengarungi kompetisi tanpa meraih gelar juara.

Hanya saja, dalam rentang waktu 1937 hingga 1961 performa Persib masih stabil sebagai tim papan atas sehingga Persib tidak pernah memulai kompetisi musim baru dari babak pertama, tetapi langsung bermain pada tingkat nasional.

Bahkan, sejak PSSI menerapkan sistem babak semifinal pada kompetisi Perserikatan 1964, Persib selalu bisa menembus babak empat besar atau semifinal. Pada kompetisi musim 1965-1966 dan 1966-1967, Persib mampu mengakhiri kompetisi dengan predikat runner-up.

"Terasing" dari jajaran elite

Akan tetapi, kemerosotan prestasi kemudian ditunjukkan Persib ketika memasuki era 1970-an. Persib kerap terlempar dari kelompok elite PSSI.

Hal tersebut, membuat Maung Bandung tak pernah diikutsertakan dalam turnamen Piala Soeharto, yang kerap mempertemukan tim empat besar kompetisi Perserikatan. Hal tersebut yang memunculkan kesan bahwa Persib "diasingkan" dari jajaran kesebelasan elite Indonesia saat itu.

Kendati mengalami penurunan prestasi di kompetisi, pada era tersebut, Persib cukup berjaya di turnamen tingkat nasional, seperti meraih gelar juara di Piala Jusuf 1976 dan 1978.

Sebelumnya, Maung Bandung juga sukses menjuarai turnamen Bank Bumi daya 1973, hingga Piala Surya 1978.

Degradasi atau tidak?

Mengenai kiprah Persib pada era 1970-an, tentunya menarik untuk melihat perjalanan Maung Bandung di kompetisi 1978. Disebut-sebut, itu adalah perjalanan paling kelam yang dilalui Persib.

Kemerosotan prestasi, di kompetisi nasional mencapai nadir. Pada musim tersebut, Persib disebut-sebut terdegradasi.

Penyebabnya, karena Persib gagal masuk ke babak lima besar kompetisi Perserikatan. Dalam perebutan tiket lolos ke babak lima besar, Persib takluk 1-2 dari Persiraja Banda Aceh.

Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan sebutan "Jumat Kelabu di Stadion Utama Senayan". Pasalnya, kekalahan yang diderita Persib dari Persiraja terjadi pada hari Jumat, 27 Januari 1978, di Stadion Utama Senayan, Jakarta.

Akibat kekalahan dari Persiraja, Persib gagal melaju ke kompetisi Perserikatan tingkat nasional. Mau tidak mau, Persib harus memulai perjuangannya pada kompetisi musim berikutnya dari tingkat paling bawah.

Asumsi Persib mengalami degradasi pada kompetisi Perserikatan musim 1978-1979 disebabkan, pada saat itu, kabarnya PSSI sudah mulai membagi kompetisi dalam beberapa divisi, dengan divisi utama sebagai strata tertinggi. Melalui divisi-divisi tersebut, sistem promosi dan degradasi pun mulai diterapkan.

Kala itu PSSI memberlakukan aturan bahwa divisi utama Perserikatan hanya dihuni lima tim. Karena kalah dari Persiraja, Persib pun terlempar dari persaingan menuju lima besar atau divisi utama. Kala itu, tim yang lolos ke babak lima besar adalah Persiraja, Persija, Persebaya, PSM Ujungpandang, dan PSMS Medan.

Meski begitu, ada narasi menarik terkait kisah terdegradasinya Persib pada musim 1978 yang diungkapkan dalam buku Persib dan Kisah Kompetisi Perserikatan 1978.

Melalui penelusurannya, Novan Herfiyana, selaku penulis buku tersebut justru berasumsi bahwa sejatinya pada kompetisi musim 1978 Persib tidaklah mengalami degradasi atau turun divisi.

Sebab, tidak ada pemberitaan pada saat itu yang menyebut secara gamblang bahwa Persib turun divisi setelah kalah dari Persiraja. Selain itu, mengacu pada sistem kompetisi sebelumnya, Perserikatan 1975, Persib yang gagal menembus babak delapan besar pada kompetisi musim tersebut pun harus memulai perjuangannya di kompetisi musim 1978 dari tingkat bawah, tepatnya tingkat wilayah II.

Bermain dari tingkat bawah atau wilayah II juga dialami oleh Persija dan PSMS sebagai juara bertahan kompetisi 1975. Sebagaimana diketahui, pada Perserikatan 1975, Persija dan PSMS didapuk sebagai juara bersama.

"Hal itu menunjukkan bahwa dalam kompetisi-kompetisi periode sebelumnya, setiap tim termasuk juara bertahan, harus memulai perjuangannya dari tingkat bawah. Minimal tingkat wilayah," tulis Novan dalam bukunya Persib dan Kisah Kompetisi Perserikatan 1978.

Anggapan soal Persib mengalami turun divisi atau terdegradasi di kompetisi 1978 mungkin saja masih bisa diperdebatkan. Masih banyak fakta yang bisa diungkapkan.

Hanya yang pasti, pada era 1970-an, Persib memang tengah mengalami yang namanya surut prestasi.

Akan tetapi, Persib akhirnya mampu keluar dari masa sulit. Diawali dengan pembenahan sistem pembinaan pesepak bola, yang dilakukan oleh Marek Janota pada awal tahun 1980. Pelatih asal Polandia itu rela blusukan dari kampung ke kampung untuk mencari bibit pesepak bola potensial yang bisa menjadi tulang punggung klub Persib.

Hingga akhirnya, nama-nama seperti Adeng Hudaya, Iwan Sunarya, Bambang Sukowiyono, Dede Iskandar, Adjat Sudrajat, hingga Robby Darwis pun muncul ke permukaan. Kelak, para pemain didikan Janota inilah yang kemudian membawa Persib pada era keemasannya di periode 1980 hingga 1990-an awal.

Dalam kurun waktu tersebut, Persib berjaya dengan meraih empat gelar juara kompetisi nasional dengan rincian tiga gelar juara kompetisi Perserikatan musim 1986, 1989-1990, dan 1993-1994. Sementara satu gelar juara lainnya diraih dalam ajang Liga Indonesia I 1994-1995.

Selain itu, Persib juga sempat dua kali menjadi runner-up kompetisi Perserikatan 1983 dan 1985. Ambisi Persib meraih gelar juara saat itu dihadang oleh PSMS Medan. Dua kali masuk final, dua kali bertemu PSMS, dan dua kali pula pil pahit ditelan Maung Bandung di partai puncak.

https://bola.kompas.com/read/2021/02/04/08291198/kisah-persib-1970-terpuruk-di-kompetisi-berjaya-di-turnamen

Terkini Lainnya

3 Poin yang Harus Dilakukan Timnas U23 Jelang Lawan Uzbekistan

3 Poin yang Harus Dilakukan Timnas U23 Jelang Lawan Uzbekistan

Timnas Indonesia
Piala Asia U23 2024, Pengamat Soroti Mental Pemain Indonesia Saat Bekuk Korsel

Piala Asia U23 2024, Pengamat Soroti Mental Pemain Indonesia Saat Bekuk Korsel

Timnas Indonesia
Ernando Sukses Eksekusi Penalti di Piala Asia U23, Trik dari Pelatih

Ernando Sukses Eksekusi Penalti di Piala Asia U23, Trik dari Pelatih

Timnas Indonesia
Thomas Cup 2024, Fajar/Rian Enggan Terbebani Status sebagai Ujung Tombak

Thomas Cup 2024, Fajar/Rian Enggan Terbebani Status sebagai Ujung Tombak

Badminton
Pelatih Persik Dukung Timnas U23 Indonesia, Senang Lihat Jeam Kelly Sroyer

Pelatih Persik Dukung Timnas U23 Indonesia, Senang Lihat Jeam Kelly Sroyer

Liga Indonesia
Pensiun Usai Thomas Cup 2024, Momota Bakal Rindu Ginting-Axelsen

Pensiun Usai Thomas Cup 2024, Momota Bakal Rindu Ginting-Axelsen

Badminton
4 Fakta Persebaya Vs Persik, Bajul Ijo Tak Mau Lagi Disakiti Mantan

4 Fakta Persebaya Vs Persik, Bajul Ijo Tak Mau Lagi Disakiti Mantan

Liga Indonesia
Pengamat Malaysia Sebut Timnas U23 Indonesia Main Tanpa Rasa Takut

Pengamat Malaysia Sebut Timnas U23 Indonesia Main Tanpa Rasa Takut

Timnas Indonesia
Hasil New England Vs Inter Miami 1-4: Dikejutkan Gol 37 Detik, Messi Mengamuk

Hasil New England Vs Inter Miami 1-4: Dikejutkan Gol 37 Detik, Messi Mengamuk

Liga Lain
Aji Santoso Sebut Prestasi Timnas U23 Indonesia Bukan karena Keberuntungan

Aji Santoso Sebut Prestasi Timnas U23 Indonesia Bukan karena Keberuntungan

Timnas Indonesia
Berjaya di Eropa, Sayu Bella Raih Kemenangan Balap Sepeda untuk Kedua Kalinya

Berjaya di Eropa, Sayu Bella Raih Kemenangan Balap Sepeda untuk Kedua Kalinya

Sports
Mo Salah Ribut dengan Klopp: Akan Ada Api jika Saya Berbicara

Mo Salah Ribut dengan Klopp: Akan Ada Api jika Saya Berbicara

Liga Inggris
Ernando dan Karakter Adu Penalti

Ernando dan Karakter Adu Penalti

Timnas Indonesia
Jadwal MotoGP Spanyol 2024: Balapan Malam Ini, Marc Marquez Start Terdepan

Jadwal MotoGP Spanyol 2024: Balapan Malam Ini, Marc Marquez Start Terdepan

Motogp
Piala Thomas 2024: Jonatan Dikejutkan Lawan, Menang berkat Ubah Pendekatan

Piala Thomas 2024: Jonatan Dikejutkan Lawan, Menang berkat Ubah Pendekatan

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke