Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah 11 Tahun Dadang Hidayat bersama Persib, Lepas dari Bayang-bayang Degradasi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dadang Hidayat, namanya dikenal sebagai salah satu legenda Persib Bandung. Dia adalah bagian dari skuad Persib yang menjuarai Liga Indonesia I musim 1994-1995.

Selain itu, hal lain yang membuat kiprah Dadang Hidayat layak diapresiasi adalah kesetiaannya kepada Persib.

Dahi, sapaan akrab Dadang Hidayat, memiliki gelar one man one club. Sebab, sejak tahun 1994 hingga 2005, hanya Persib klub yang dibela dalam karier profesionalnya sebagai pesepak bola. Kepada Kompas.com, Dahi pun bercerita tentang perjalanan kariernya bersama Persib.

Perjalanan Dahi dalam menapaki karier sebagai pesepak bola dimulai pada 1986. Ketika itu, Dahi yang masih remaja memutuskan untuk lebih serius dalam menggeluti karier sepak bola. Kiprahnya dimulai dengan memperkuat tim anggota internal Persib, Nusa Raya Sports (NRS).

Lima tahun menimba ilmu sepak bola di klub NRS, Dahi berkesempatan membela Persib U21 pada 1991. Dia sempat bermain di Piala Menpora.

Namun, kesempatan untuk masuk ke tim senior Persib belum didapatkannya. Dahi memutuskan kembali bermain di kompetisi internal Persib bersama PS Pikiran Rakyat.

Sejak bermain di PS Pikiran Rakyat, peluangnya bergabung bersama Persib senior mulai terbuka. Perlahan, dia mulai kembali mendapatkan tempat di Persib U21, hingga akhirnya bergabung bersama Persib B. Pada awal musim 1994, Dahi akhirnya masuk dalam skuad senior Persib melalui jalur seleksi.

Potensinya saat itu ditemukan oleh pelatih legendaris Persib, Indra M Thohir, yang pada saat itu sukses membawa Persib meraih gelar juara Liga Indonesia I 1994-1995.

Kendati demikian, Dahi yang pada saat itu masih terbilang muda, belum mendapatkan kesempatan bermain di skuad utama tim senior Persib. Maklum, barisan belakang Maung Bandung saat itu memang dihuni pemain-pemain bintang, seperti Robby Darwis, Asep Kustiana, hingga Mulyana.

"Pada saat itu, untuk bisa dapat menit bermain di tim utama, itu susahnya bukan main. Sebab, persaingannya itu dengan pemain-pemain bintang lokal Persib yang secara kualitas memang luar biasa," kata Dahi.

"Seperti ada Kang Robby di sana. Jadi, saya juga sebenarnya terinspirasi dengan Kang Robby. Ya, kalau saya hanya bisa masuk ke line up saja. Kalau main susah," katanya, saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Di Persib, ada semacam kecenderungan atau tradisi yang biasa dilakukan oleh para pemain mudanya agar bisa mendapatkan tempat di tim utama, yakni pindah dulu ke tim lain untuk mencari pengalaman, dan ketika sudah matang, kembali ke Persib untuk mendapatkan tempat di tim utama.

Akan tetapi, Dahi memilih untuk tidak melakukan hal tersebut. Dia memutuskan tetap bertahan di Persib, meski jarang mendapatkan kesempatan main. Selama lima musim kiprah awalnya bersama Persib, Dahi lebih sering menjadi penghias bangku cadangan.

Dahi tidak masalah dengan hal tersebut, dia mencoba bersabar, sambil terus mengembangkan kemampuannya dengan belajar kepada para seniornya di Persib. Selain Robby Darwis, Dahi banyak belajar dengan Sutiono Lamso, yang merupakan seorang penyerang.

"Paling intens memang belajar dengan Mas Suti (Sutiono Lamso) karena kalau penyerang dia lebih tahu kelemahan pemain belakang. Namun, pemain lain seperti Kang Roy Darwis, Dede Iskandar juga sering kasih masukan. Kalau saya, siapa pun yang memberi masukan, pasti saya terima," kata Dahi.

Muncul saat prestasi Persib tengah menurun

Lima tahun bersabar, kesempatan main secara reguler di tim utama akhirnya didapatkan Dahi pada Liga Indonesia V 1998-1999. Saat itu, terjadi pergantian tampuk kepelatihan Persib dari Suryamin ke Indra Thohir. Saat itu, Persib juga harus merelakan hengkangnya Robby Darwis ke Persikab Kabupaten Bandung.

Indra Thohir yang tahu potensi Dahi pun tanpa berpikir dua kali langsung menunjuk Dahi untuk menggantikan posisi Robby. Tidak hanya itu, Indra Thohir juga memercayakan Dahi menjadi kapten kesebelasan.

Sayangnya, ketika nama Dahi mulai muncul ke permukaan, prestasi Persib tengah menurun. Dahi tidak menampik, salah satu penyebab mundurnya prestasi Persib selepas meraih gelar juara Liga Indonesia 1994-1995 dikarenakan proses regenerasi yang tidak berjalan mulus.

Di era Dahi, keterpurukan Persib mencapai titik nadir. Maung Bandung bahkan sampai nyaris terdegradasi. Kejadian kelam itu terjadi pada 2003, ketika Persib mulai membuka diri untuk menggunakan jasa pemain asing.

Saat itu Persib menunjuk pelatih asal Polandia, Marek Andrzej Sledzianowski, untuk menukangi tim. Marek pun datang dengan membawa tiga pemain asal Polandia; Mariusz Mucharski, Maciej Dolega, dan Piotr Orlinski.

Alih-alih mampu meningkatkan prestasi tim, kehadiran gerbong Polandia justru membuat Persib semakin terpuruk. 

Dahi mengenang kejadian tersebut sebagai momen yang tak pernah bisa dilupakan selama perjalanan kariernya bersama Persib. Diakui Dahi, saat itu dirinya merasa sangat tertekan. Bahkan untuk keluar rumah saja, Dahi tidak berani karena saking malunya.

"Jujur, musim itu menjadi musim paling berat yang pernah saya lalui bersama Persib. Selama satu musim itu saya benar-benar stres sampai malu untuk keluar rumah. Prestasi Persib saat itu sedang terpuruk, dari awal musim kita ada di peringkat paling bawah dan hampir degradasi," kata Dahi.

Dalam situasi tersebut, para pengurus Persib pun mengambil sikap dengan mendepak Marek plus para pemain Polandia bawaannya. Pada bursa transfer tengah musim, Persib pun menunjuk pelatih asal Cile Juan Antonio Paez untuk menggantikan posisi Marek.

Adapun Paez juga membawa tiga pemain asal Cile, seperti Alejandro Tobar, Claudio Lizama, dan Rodrigo Sanhueza. Setelah ditangani Paez, performa Persib mulai membaik. Perlahan namun pasti, Persib mulai merangkak meninggalkan posisi juru kunci. Sayangnya, Persib belum mampu keluar dari zona degradasi.

Pada akhir musim 2003, Persib duduk di posisi ke-16, yang merupakan zona play-off. Artinya, bila ingin bertahan di divisi utama pada musim depan, Persib harus berjuang di babak play-off. Akhirnya, Maung Bandung pun selamat dari zona degradasi setelah menunjukkan performa gemilang dalam babak play-off.

"Waktu ada play-off dan dengan perjuangan yang keras, kami bisa lolos dari degradasi. Kalau sampai degradasi, itu nama saya akan tercatat dalam sejarah, membawa Persib degradasi. Jadi bebannya memang berat sekali," kata Dahi.

Setelah melewati momen kelam tersebut, kiprah Dahi bersama Persib terus berlanjut hingga tahun 2005. Dahi mengakhiri pengabdian selama 11 tahunnya bersama Persib karena pada tahun tersebut dia memutuskan untuk pensiun.

Dahi bercerita, sejatinya dia mendapatkan banyak tawaran dari klub lain. Bahkan, ketika sudah pensiun, masih ada saja klub yang meminatinya. Namun, Dahi sudah bertekad untuk menjadikan Persib sebagai klub pertama dan terakhir dalam karier profesionalnya.

"Dulu bahkan sempat negosiasi dan cocok secara harga. Namun, saya memutuskan untuk tidak jadi mengambil tawaran itu. Sebab, saya kan cita-cita dari kecil ingin main di Persib," kata Dahi.

"Jadi, saya ingin hanya Persib satu-satunya klub yang saya bela dari awal sampai akhir karier saya. Main di Persib itu untuk saya adalah kebanggaan. Saya main di Persib tidak semata-mata karena uang," kata dia.

https://bola.kompas.com/read/2020/12/21/19000058/kisah-11-tahun-dadang-hidayat-bersama-persib-lepas-dari-bayang-bayang-degradasi

Terkini Lainnya

Guinea dan Ilaix Moriba Diserbu Komentar Rasis, Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Guinea dan Ilaix Moriba Diserbu Komentar Rasis, Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Timnas Indonesia
Guinea Masuk Grup 'Neraka' Olimpiade 2024, Pelatih Reuni dengan Henry

Guinea Masuk Grup "Neraka" Olimpiade 2024, Pelatih Reuni dengan Henry

Timnas Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia Usai Garuda Muda Jalani Playoff Olimpiade 2024

Jadwal Timnas Indonesia Usai Garuda Muda Jalani Playoff Olimpiade 2024

Timnas Indonesia
Pelatih Guinea Tiga Kali Ucap 'Sulit' Usai Lawan Timnas U23 Indonesia

Pelatih Guinea Tiga Kali Ucap "Sulit" Usai Lawan Timnas U23 Indonesia

Timnas Indonesia
Bola Emas Diego Maradona di Piala Dunia 1986 Akan Dilelang

Bola Emas Diego Maradona di Piala Dunia 1986 Akan Dilelang

Internasional
Semifinal Championship Series Ingatkan Bos Persib ke Tahun 2014

Semifinal Championship Series Ingatkan Bos Persib ke Tahun 2014

Liga Indonesia
Guinea Kalahkan Indonesia dan Lolos Olimpiade, Ulangi Sejarah 56 Tahun

Guinea Kalahkan Indonesia dan Lolos Olimpiade, Ulangi Sejarah 56 Tahun

Internasional
Proliga 2024, Bandung bjb Tandamata Serukan Bangkit Usai Takluk

Proliga 2024, Bandung bjb Tandamata Serukan Bangkit Usai Takluk

Liga Indonesia
Bayer Leverkusen ke Final Liga Europa: 49 Laga Tak Terkalahkan, Rekor Baru di Eropa

Bayer Leverkusen ke Final Liga Europa: 49 Laga Tak Terkalahkan, Rekor Baru di Eropa

Liga Lain
Kepala Witan Sulaeman Dijahit Usai Lawan Guinea

Kepala Witan Sulaeman Dijahit Usai Lawan Guinea

Timnas Indonesia
Erick Thohir Bidik Indonesia Tampil di Olimpiade Los Angeles 2028

Erick Thohir Bidik Indonesia Tampil di Olimpiade Los Angeles 2028

Timnas Indonesia
Jangan Pernah Menangis, Coach Shin Tae-yong

Jangan Pernah Menangis, Coach Shin Tae-yong

Liga Indonesia
Jadwal MotoGP Perancis 2024, Tekad Sang Juara Dunia Taklukan Le Mans

Jadwal MotoGP Perancis 2024, Tekad Sang Juara Dunia Taklukan Le Mans

Motogp
Erick Thohir Apresiasi Perjuangan Indonesia, Skuad Garuda Punya Generasi Emas

Erick Thohir Apresiasi Perjuangan Indonesia, Skuad Garuda Punya Generasi Emas

Timnas Indonesia
Atmosfer Sendu Ruang Ganti Timnas U23 Indonesia Usai Urung ke Olimpiade

Atmosfer Sendu Ruang Ganti Timnas U23 Indonesia Usai Urung ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke