BANDUNG, KOMPAS.com - Persib Bandung melanjutkan performa positifnya saat bertemu PSS Sleman pada pekan ketiga Liga 1 2020.
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Minggu (15/3/2020), Persib meraih kemenangan dengan skor tipis 2-1 atas PSS.
Pelatih Persib Robert Rene Alberts tak menampik, dia senang dengan hasil laga tersebut. Pelatih asal Belanda itu juga puas dengan performa anak asuhnya di lapangan.
Meski begitu, ada kekecewaan juga yang dirasakan Robert dalam laga Persib vs PSS.
Pertama, Robert mengaku kecewa dengan kualitas lapangan di Stadion Si Jalak Harupat.
Menurut pelatih berusia 65 tahun itu, permukaan lapangan sangat menyulitkan para pemain Persib untuk mengembangkan permainan.
"Secara pribadi, saya kecewa dengan kualitas lapangan. Saya sulit memahami kenapa tim dengan standar seperti Persib bermain di lapangan yang standarnya seperti ini," keluh Robert.
"Ini menyulitkan bagi pemain dan tidak membantu mereka untuk memainkan sepak bola yang bagus. Sangat kecewa dengan kondisi lapangan," kata dia.
Kedua, kekecewaan Robert juga mengarah pada kepemimpinan wasit Yeni Kristanto.
Menurut dia, wasit asal Jakarta itu banyak melakukan keputusan yang kurang tepat, bahkan cenderung merugikan timnya.
Akan tetapi, dia mengapresiasi sikap para pemainnya yang tetap fokus pada pertandingan dan tidak terpengaruh dengan hal-hal di luar itu. Hingga akhirnya, kemenangan pun bisa diraih.
"Selain itu, saya juga kecewa dengan kepemimpinan wasit hari ini karena beberapa kali salah dalam mengambil keputusan seperti di dua menit awal karena itu bukan merupakan pelanggaran," ujar Robert.
"Namun, saya senang kepada pemain yang tetap bisa memelihara semangat untuk membalikkan memenangkan menjadi 2-1," tutur dia.
Dari kedua hal itu, yang paling membuat Robert kecewa adalah sikap segelintir bobotoh yang merusak kemenangan Persib dengan tindakan yang melanggar aturan, yaitu menyalakan flare saat pertandingan masih berlangsung untuk merayakan kemenangan.
Beberapa menit sebelum laga Persib vs PSS Sleman berakhir, sejumlah bobotoh memang menyalakan suar di beberapa sudut tribune penonton Stadion Si Jalak Harupat.
Akibatnya, asap pekat menyelubungi area dalam stadion saat laga usai.
Robert yang geram bahkan sempat mendatangi area tribune utara untuk menegur sejumlah bobotoh yang menyalakan suar atau flare.
Bukan tanpa alasan, Robert tidak ingin kemenangan Persib dirusak oleh hal-hal yang sifatnya melanggar aturan. Selain itu, dia juga tidak mau Persib kembali mendapatkan sanksi denda dari Komisi Disiplin PSSI akibat hal tersebut.
"Setelah laga kami masih melihat beberapa bobotoh masih melakukan itu. Saya jadi bertanya, apa alasan mereka melakukan itu?" ujarnya.
"Apakah mereka mendukung klub ini atau tidak. Jika kalian mendukung, jangan lakukan itu karena itu membuat klub didenda dan uang itu kami butuhkan," ucapnya.
Menyalakan suar (flare), kembang api, atau bom asap, ketiga benda tersebut dilarang keberadaannya dalam sepak bola. Persib pun sering mendapatkan sanksi karena hal tersebut.
Tidak hanya di sepak bola Indonesia, pelarangan penggunaan flare dalam sepak bola pun berlaku di sepak bola internasional.
Federasi sepak bola dunia, FIFA, mengatur pelarangan tersebut dalam regulasi Pasal 52 huruf c butir i FIFA Stadium Safety and Security Regulations.
"Ada peraturan soal petasan serta flare, jadi kami harus mengedukasi suporter soal itu," kata Robert.
https://bola.kompas.com/read/2020/03/16/06000048/tiga-kekecewaan-robert-alberts-dalam-kemenangan-persib-bandung-atas-pss