Dengan teknologi baru, jaket tersebut menopang kemaksimalan sang pemakai dalam mendaki.
Future Light, demikian nama inovasi teknologi yang ada di jaket The North Face mulai musim baru akhir Desember 2019.
Seorang pendaki gunung, Rikas Harsa, menyatakan bahwa teknologi itu mengoptimalkan aktivitasnya dalam pendakian di Gunung Abuji Holy, Yunnan, China, pada bulan lalu.
Jaket yang dignakan itu mampu menahan air dari luar tubuh sehingga badan tetap dalam keadaan kering.
"Anti-airnya sangat membantu, selain itu breathability-nya (kemampuan melepaskan uap badan) juga tinggi," kata Rikas di The North Face Pacific Place, Jakarta, Kamis (12/12/2019).
"Badan tetap hangat, meski mendaki sampai ketinggian 4.380 mdpl (meter di atas permukaan laut)," ujar dia.
Sementara itu, Brand Manager The North Face Indonesia Anita Hartanus menjelaskan, teknologi yang dikembangkan di AS ini telah diuji juga oleh 15 atlet selama 400 hari lamanya.
Menurutnya, teknologi ini akan menggantikan bahan Gore-Tex yang sekian lama jadi andalan The North Face untuk urusan waterproof dan breathability.
"Teknologi ini sangat cocok untuk segala cuaca. Di Indonesia yang tropis, Future Light bisa mendukung aktivitas olahraga mendaki yang lebih baik," kata Anita.
Merek The North Face sendiri telah menyokong sejumlah aktivitas atau ajang olahraga luar ruangan.
Salah satunya sokongan terhadap atlet panjat tebing Aries Susanti yang beberapa waktu lalu menyandang status juara dunia.
https://bola.kompas.com/read/2019/12/13/23300048/jaket-olahraga-mendaki-kini-dilengkapi-teknologi-future-light