Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Timnas Indonesia Kalah Lagi, Salah Siapa?

JAKARTA, KOMPAS.com - "Kapan ya Indonesia masuk Piala Dunia?"

Pecinta sepak bola yang sudah menikmati permainan si kulit bundar pada tahun 2002 mungkin masih ingat ucapan yang terlontar dari mulut presenter kondang Dik Doank itu.

Saat musim Piala Dunia 2002, Dik memang sempat menjadi bintang iklan salah satu produk minuman berenergi.

Dik tampil dalam tayangan iklan yang juga dibintangi pesepak bola andalan timnas Italia ketika itu, Alessandro Del Piero.

Selama belasan tahun, pertanyaan yang terlontar dari mulut Dik itu belum juga terwujud.

Pada tahun 2019 ini, mimpi pecinta sepak bola Tanah Air menyaksikan timnas Indonesia berlaga di Piala Dunia juga mungkin sudah nyaris pupus.

Memulai bertarung di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia sejak September lalu, skuad Garuda tak bisa berbicara banyak.

Tergabung di Grup G, timnas Indonesia remuk.

Skuad Garuda selalu kalah dari empat pertandingan yang sudah dilaksanakan.

Dengan tanpa pernah meraih poin, timnas Indonesia berada di posisi juru kunci klasemen Grup G dan juga menjadi lumbung gol bagi lawan-lawannya.

Total sudah 14 gol tim lawan yang bersarang ke gawang tim Garuda. Di sisi lain, timnas Indonesia hanya mampu menjebol gawang lawan sebanyak tiga kali.

Terakhir, timnas Indonesia kalah 1-3 dari Vietnam pada laga keempat yang berlangsung di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Giantar, Bali, Selasa (15/10/2019) malam.

Sebelumnya, timnas Indonesia sudah kalah 2-3 dari Malaysia, 0-3 dari Thailand, dan 0-5 dari Uni Emirat Arab.

Hasil buruk yang didapat timnas pelatih Simon McMenemy menjadi sasaran kecaman.

Desakan agar pelatih asal Skotlandia itu segera dipecat tak henti-hentinya dilancarkan.

Keluhan McMenemy

Sebelum dimulainya Kualifikasi Piala Dunia 2022, McMenemy sempat mengeluhkan kondisi pemainnya yang tidak dalam kondisi bugar.

Ada salah satu faktor yang tak henti-hentinya dilontarkan McMenemy, bahkan sampai dengan sebelum dan sesudah laga melawan Vietnam.

Mennurut McMenemy, kondisi fisik pemain timnas terkuras akibat jadwal kompetisi yang tidak ideal.

"Tanpa mengurangi rasa hormat buat klub Indonesia, kondisi fisik pemain yang datang dari liga tak terlalu bagus," ujar McMenemy sehari jelang lawan Vietnam, Senin (14/10/2019).

"Kita juga tahu bahwa penjadwalan pertandingan di Liga Indonesia masih bermasalah," ucap dia menambahkan.

Sebagai solusi, McMenemy pun harus melakukan rotasi pemain dalam 3 pertandingan terakhir yang sudah dijalani. Menurut dia, hal itu dilakukan karena ada sejumlah pemain yang kelelahan setelah menjalani pertandingan di liga.

"Di liga kita, setiap 3 hari sekali ada pertandingan, sehingga pemain kelelahan," ucap McMenemy.

"Ketika ada pemain yang lelah berlari, dan di bangku cadangan ada pemain yang lebih fresh, kenapa tak kami manfaatkan pemain itu?" kata dia.

McMenemy pun meminta kepada para pemegang kebijakan sepak bola nasional untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan tersebut. Pasalnya, McMenemy pun mengaku tak punya jawaban pasti terkait kondisi fisik jika semua pihak tak menuntaskannya secara bersama.

"Piala Dunia adalah kompetisi terbesar di dunia, jadi pemain hanya punya 60-70 persen kondisi fisik saat membela timnas di ajang itu," kata McMenemy.

"Saya rasa kami harus duduk bersama untuk mengevaluasi ini supaya tidak terjadi lagi," ujar McMenemy melanjutkan.

Bahkan, McMenemy tak ragu agar Indonesia mencontoh Vietnam dalam membina tim nasional mereka.

"Federasi Vietnam sudah memfokuskan pada tim nasional. Mungkin salah satunya memperbaiki penjadwalan liga," tutur McMenemy.

Kekhawatiran yang Jadi Nyata

Ucapan McMenemy bisa jadi bukan omong kosong belaka. Pasalnya, bukan dia sendiri yang mengeluhkan kondisi tersebut.

Sejak jauh-jauh hari, ada beberapa pelatih klub Liga 1 yang mengeluhkan kondisi yang sama. Salah satunya pelatih Madura United yang sudah mengundurkan diri, Dejan Antonic.

Usai laga Bhayangkara FC vs Madura United di Stadion Madya, Jakarta, 5 Agustus 2019, Antonic mengeluhkan seputar jadwal liga.

Antonic menyatakan kritiknya ini bukan hanya untuk mengeluhkan jadwal Madura United, melainkan juga semua tim yang ada di Liga 1.

Antonic menyoroti jeda antar-pertandingan yang biasanya hanya terpaut tiga hari. Ia menilai kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan. Pasalnya, kata dia, pemain tak memiliki cukup waktu untuk istirahat.

Dia menilai pemain tak akan bisa menunjukan kualitas terbaik jika dalam kondisi kelelahan.

"Kita tidak bisa bicara kualitas kalau tidak ada stamina. Lihat saja banyak pemain cedera, tidak ada recovering," ujar pria asal Serbia ini.

Antonic menilai, jika jadwal lebih tersusun dengan baik, tak cuma tim peserta saja yang diuntungkan, tetapi juga sepak bola Indonesia secara keseluruhan.

Ia yakin kualitas sepak bola Indonesia akan bagus jika pemain tampil dalam kondisi bugar.

"Menurut saya, kalau pemain semua sehat, kalau pemain semua kuat, level sepak bola Indonesia pasti naik," kata Antonic.

Tak Seperti Jadwal Liga Eropa

Tak elok memang jika membandingkan Liga 1 dengan liga-liga top Eropa dari segi taktik permainan.

Namun, tak ada salahnya jika kita melihat bagaimana cara penyelenggaraan pertandingan liga di benua biru tersebut.

Di liga-liga top Eropa, jadwal liga tersusun dengan sedemikian rapi.

Pekan pertandingan hampir selalu digelar hanya di akhir pekan hingga Senin.

Memang ada beberapa pekan pertandingan yang biasanya digelar di pertengahan pekan, namun intensitasnya sangat jarang. Tapi tidak demikian di Liga 1.

Selaku operator liga, PT Liga Indonesia Baru (LIB) pernah angkat bicara mengenai kondisi tersebut.

Manajer Kompetisi PT LIB, Asep Saputra, mengaku menyusun jadwal yang teratur jadi sulit, karena durasi waktu untuk berjalannya kompetisi yang tergolong mepet.

Menurut Asep, idealnya kompetisi berlangsung selama sembilan bulan, dimulai pada Maret.

Asep menyebut pihaknya sebenarnya juga punya penyusunan jadwal yang dinilai sudah ideal, yakni tiap pekan hanya digelar dari Jumat sampai Senin.

Namun, Liga 1 2019 tidak mendapatkan izin dari kepolisian untuk dimulai sebelum selesainya Pemilihan Umum yang digelar April lalu.

Di sisi lain, kompetisi sudah harus berakhir pada 22 Desember. Pada perkembangannya, Liga 1 2019 akhirnya baru dimulai pada bulan Mei.

Dengan demikian, PT LIB hanya punya waktu tujuh bulan untuk menyelesaikan seluruh pekan pertandingan yang mencapai 34 pekan, itu juga masih harus dipotong dengan libur Lebaran beberapa kali jeda internasional FIFA Match Day.

Digelarnya kompetisi dalam periode waktu yang tak ideal membuat jadwal pertandingan harus mepet antara pekan yang satu dengan yang lain.

"Kami sebenarnya sempat menawarkan agar selesainya liga dimundurkan ke Januari atau Febrauri (2020). Tapi semuanya tetap sepakat untuk selesai di 22 Desember," kata Asep saat ditemui di Kantor PT LIB, Jakarta, Senin (2/9/2019).

Dampak dari telatnya dimulai Liga 1 bisa dilihat pada Oktober ini.

Hampir semua liga-liga di Asia Tenggara sudah memasuki pekan-pekan terakhir, bahkan sudah ada yang menghasilkan juara.

Liga Malaysia bahkan sudah rampung pada pertengahan tahun.

Sementara itu, Liga 1 baru memasuki pekan ke-22 dari 34 pekan yang harus dilaksanakan, itupun masih menyisakkan sembilan laga tunda.

Ada tujuh laga tunda yang rencananya digelar saat FIFA Match Day yang berlangsung dari 11-19 November, tepatnya saat timnas Indonesia harus menjalani persiapan laga kelima melawan Malaysia.

Laga Malaysia vs Indonesia dijadwalkan berlangsung di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, 19 November.

Keanehan Jadwal Piala Presiden

Keputusan kepolisian tak memberikan izin Liga 1 2019 dimulai sebelum Pemilu bisa dibilang cukup aneh jika melihat perhelatan Piala Presiden 2019.

Kompetisi yang hanya berstatus turnamen pramusim itu diketahui digelar pada periode Maret sampai April, tepatnya dari 2 Maret hingga 12 April.

Perhelatan Piala Presiden 2019 sempat membuat perhelatan Piala Indonesia musim 2018-2019 terhenti sejenak.

Informasi yang diperoleh Kompas.com menyebut PSSI mendapat desakan agar tetap melaksanakan turnamen yang sudah rutin digelar sejak 2015 itu.

Sampai berita ini ditulis, Kompas.com masih berupaya mengkonfirmasi informasi tersebut ke pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab atas dihelatnya Piala Presiden.

Tantangan Selanjutnya Timnas Indonesia, Piala AFF 2020

Nasi sudah menjadi bubur. Peluang Indonesia melangkah jauh di Kualifikasi Piala Dunia 2022 hampir tertutup.

Bahkan, jalan Indonesia untuk berlaga di Piala Asia 2023 juga sangat terjal.

Sebagai informasi, hasil Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia juga digunakan untuk Kualifikasi Piala Asia 2023 di China.

Kini, masih ada satu turnamen yang sudah menunggu skuad Garuda di depan, yakni Piala AFF 2020.

Jika mengacu jadwal yang ada selama ini, turnamen dua tahunan itu biasanya dimulai pada November dan berakhir pada Desember.

Pada Piala AFF 2018, timnas Indonesia gagal lolos dari fase grup.

Timnas Indonesia hanya mampu menang dari Timor Leste, kalah dari Thailand dan Singapura, dan imbang melawan Filipina.

Pada Piala AFF 2018, Liga 1 2018 masih berlangsung dan sama sekali tak diliburkan.

PT LIB menargetkan Liga 1 2020 dimulai pada Maret dan berakhir pada November. Dengan demikian, timnas Indonesia punya persiapan menghadapi Piala AFF pada akhir tahun.
Untuk mensukseskan rencana tersebut, PT LIB sudah berkonsultasi dengan pihak kepolisian sejak jauh hari.

"Untuk tahun depan tantangan kita Pilkada Serentak dan PON. Tapi mudah-mudahan sudah jauh lebih ideal. Harapan kita tentu saja ingin startnya bisa dimulai tepat waktu pada bulan Maret," kata Asep.

Kesadaran Suporter

Demi kesuksesan timnas Indonesia di Piala AFF 2020, seluruh pecinta sepak bola tentu berharap Liga 1 2020 bisa berjalan dengan jadwal yang rapi dan teratur.

Namun hal tersebut tentu tak bisa terwujud tanpa kesadaran semua pihak, tak terkecuali suporter.

Pemain senior Bambang Pamungkas sempat mengeluhkan kekerasan oleh oknum suporter yang belum kunjung berhenti terjadi di blantika sepak bola Indonesia.

Hal itu disampaikan Bepe, sapaan Bambang, usai pelemparan bus pemain Persib Bandung usai laga melawan Tira Persikabo, di Bogor, 14 September lalu.

Menurut Bepe, kekerasan suporter bisa mengakibatkan perizinan pertandingan jadi sulit didapat.

Bepe menilai fanatisme suporter di Indonesia memang luar biasa. Ia menganggap hal tersebut sebagai aset yang sangat berharga bagi sepak bola kita.

Namun jika hal tersebut sudah malampaui batas dan berujung anarkis, ia menilai justru sepak bola Indonesia secara keseluruhan lah yang dirugikan.

"Coba bayangkan: Jika dikarenakan tindakan suporter tersebut membuat ijin keamanan, dan penyelenggaraan pertandingan sepak bola menjadi sulit didapat? Atau dikarenakan sepak bola sudah dianggap menjadi aktifitas yang membahayakan masyarakat, maka pemerintah mencabut rekomendasi liga, sehingga dengan sangat terpaksa liga harus dihentikan?" tulis Bepe lewat Instagram pribadinya.

"Jika amit-amit sampai begitu, siapa yang kemudian dirugikan? Pernahkah itu terpikir di benak kita? Secara prestasi sepak bola Indonesia ini belum memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Jadi jangan lagi ditambah dengan hal-hal yang sifatnya memperburuk citra sepak bola Indonesia," ujar legenda Persija Jakarta itu.

"Saya masih percaya jika kita semua adalah orang-orang beradab. Maka dari itu mari kita hentikan kebiasaan buruk ini. We are so much better than this," tutup pemain yang masih aktif bermain di usia 39 tahun ini.

https://bola.kompas.com/read/2019/10/16/06000008/timnas-indonesia-kalah-lagi-salah-siapa-

Terkini Lainnya

Reaksi Satoru Mochizuki Usai Timnas U17 Putri Indonesia Kalah dari Filipina

Reaksi Satoru Mochizuki Usai Timnas U17 Putri Indonesia Kalah dari Filipina

Timnas Indonesia
Kata Ricky Soebagdja soal Perjuangan dan Pencapaian Tim Thomas-Uber Indonesia

Kata Ricky Soebagdja soal Perjuangan dan Pencapaian Tim Thomas-Uber Indonesia

Badminton
Championship Series Bali United Vs Persib, Menggugah Tren Buruk Maung

Championship Series Bali United Vs Persib, Menggugah Tren Buruk Maung

Liga Indonesia
Indonesia Vs Guinea, STY Tanggapi Lapangan Latihan, Fokus Kondisi Pemain

Indonesia Vs Guinea, STY Tanggapi Lapangan Latihan, Fokus Kondisi Pemain

Timnas Indonesia
Rasa Syukur dan Bangga Jonatan Christie bersama Tim Piala Thomas 2024

Rasa Syukur dan Bangga Jonatan Christie bersama Tim Piala Thomas 2024

Badminton
Prediksi Skor PSG Vs Dortmund di Leg Kedua Semifinal Liga Champions

Prediksi Skor PSG Vs Dortmund di Leg Kedua Semifinal Liga Champions

Liga Champions
Championship Series Liga 1 2023, Pesut Etam Koreksi Penampilan Jelang Melawan Madura United

Championship Series Liga 1 2023, Pesut Etam Koreksi Penampilan Jelang Melawan Madura United

Liga Indonesia
Saat Ten Hag Cemburu dengan Mourinho...

Saat Ten Hag Cemburu dengan Mourinho...

Liga Inggris
STY Ungkap Kendala Timnas U23 Jelang Laga Playoff Lawan Guinea

STY Ungkap Kendala Timnas U23 Jelang Laga Playoff Lawan Guinea

Timnas Indonesia
Ten Hag Bela Casemiro Setelah Man United Digilas Crystal Palace

Ten Hag Bela Casemiro Setelah Man United Digilas Crystal Palace

Liga Inggris
Menpora Dito Bicara ke Dubes Jepang Minta Cerezo Osaka Izinkan Justin Hubner

Menpora Dito Bicara ke Dubes Jepang Minta Cerezo Osaka Izinkan Justin Hubner

Liga Indonesia
Jadwal Babak Playoff Indonesia Vs Guinea, Mulai 20.00 WIB

Jadwal Babak Playoff Indonesia Vs Guinea, Mulai 20.00 WIB

Timnas Indonesia
Hasil Liga Inggris dan Klasemen: Crystal Palace 4-0 Man United, Man City Masih di Puncak

Hasil Liga Inggris dan Klasemen: Crystal Palace 4-0 Man United, Man City Masih di Puncak

Liga Inggris
Rahasia di Balik Kesuksesan Bayer Leverkusen

Rahasia di Balik Kesuksesan Bayer Leverkusen

Liga Lain
Tim Uber Cup Indonesia Membanggakan Setelah Dulu Disepelekan

Tim Uber Cup Indonesia Membanggakan Setelah Dulu Disepelekan

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke