KOMPAS.com - Tim OG e-sport berhasil back to back menjadi juara The International 9 (TI9) di Mercedez Benz Arena, Shanghai China pada Minggu (25/8/2019).
Dilansir dari win.gg OG membawa Aegis Of Champion setelah berhasil mengalahkan Liquid dengan skor 3-1. Hasil ini sekaligus mengukuhkan mereka sebagai tim terbaik seri DOTA 2.
OG menerima hadiah terbesar dalam karier mereka, 15 juta dollar AS atau setara dengan Rp 200 miliar.
Kejutan Pick Meepo
Babak pertama menjadi keunggulan bagi Liquid, Kapten Kuro "KuroKy" Takhasomi membuat kejutan dengan draft pick Meepo untuk w33 dan memberikan hero Templar Assassin digunakan oleh Amer "Miracle-" Al-Barkawi.
Kapten OG Johan “N0tail” Sundstein tidak membiarkan game dikuasai Liquid, dia lantas mengambil hero Tiny yang dipakai oleh Topias "Topson" Taavitsainen untuk digunakan meratakan creep dan memberikan damage signifikan kepada hero musuh.
Sementara Anathan “Ana” Pham diplot menjadi carry dengan pemilihan hero Spectre.
Langkah tersebut berhasil pada awal pertandingan, OG menekan Liquid agar Spectre terlindungi mendapatkan item-itemnya.
Sayangnya, OG melakukan kebiasaan throw sehingga Liquid tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendominasi permainan.
Liquid yang diuntungkan dengan hero-hero yang dapat melakukan push cepat segera menyudahi game pertama.
Rampage Monkey King
Berkaca pada game pertama, pada babak kedua mereka menghalangi Liquid untuk mendapatkan Meepo kembali. OG lalu menempatkan Topson menggunakan Monkey King.
Sementara Liquid memilih hero-hero dengan condong memiliki disable. Mereka lantas memilih Enigma, Tidehunter, dan Shadow Shaman.
Pada babak kedua ini kedua tim menunjukkan permainan agresif, bahkan kedua tim sering melakukan clash sehingga menghasilkan banyak kill.
Pada menit-menit terakhir keuntungan dimiliki OG berkat dominasi skill dan item dari Monkey King yang berhasil membukukan rampage.
Ancient Liquid tak bisa lagi ditahan sehingga mereka mengetik GG, dan menyerah pada babak kedua.
Gagalkan Farming Liquid
OG Membuat kejutan dengan mengambil Pugna sebagai hero signature milik Topson. Tiny diambil untuk Jesse “Jerax’ Vainikka untuk menambah fleksibilitas rotasi pemain.
Sementara itu Liquid masih menggunakan drafting layaknya game pertama dan kedua dengan mengambil Templar Assassin dan Tidehunter. Bedaya Miracle- di tempatkan posisi lima menggunakan Juggernaut.
Sementara itu, OG yang unggul berkat rotasi awal dari Tiny serta burst Topson mampu mengambil kawasan midlane beserta top jungle Radiant milik Liquid untuk menghabisi neutral creep.
Dengan tekanan farming tersebut OG sukses membuat Liquid tak berdaya dengan kill 36 berbanding 11 untuk kemenangan OG di game ke-3.
Babak Penentuan
Pada babak penentuan kemenangan juara TI, Liquid mencoba meniru gaya permainan OG.
Liquid mengubah gaya drafting mereka dengan mengambil Bristleback untuk Miracle- dan hero support macam Omniknight dan Chen.
OG yang tampak familiar dengan drafting tersebut mencoba menangkalnya dengan Gyrocopter didukung item diffusal blade untuk menghabisi mana Bristleback agar skillnya tidak aktif.
Liquid berusaha mati-matian melindungi Bristleback, sementara OG berfokus mengincar obyektif dari Liquid selagi Topson melakukan spam kepada Bristleback.
Keunggulan strategi OG berujung kemenangan pada game keempat dan jadi penutup rangkaian The International 9 DOTA 2.
Hasil ini sekaligus mencetak sejarah baru bagi OG sebagai Tim yang dua kali memenangi TI secara beruntun pada gelaran TI8 dan TI9.
https://bola.kompas.com/read/2019/08/26/20201738/back-to-back-og-juara-the-international-9