Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah dan Awal Mula Kartu Merah dan Kuning di Sepak Bola...

KOMPAS.com – Sepak bola merupakan permainan yang dikenal luas dan dimainkan semua kalangan dari berbagai belahan dunia, baik tua maupun muda. Sebagai bukti, setiap empat tahun diadakan pertandingan sepak bola tingkat dunia yang melibatkan tim-tim terbaik.

Dalam memainkan si kulit bundar ini, terdapat berbagai peraturan yang harus ditaati oleh para pemain dari kedua belah pihak. Apabila dilanggar, maka sanksi sudah disediakan dengan wasit sebagai hakim pertandingan.

Wasit bekerja dengan berbekal sebuah peluit dan dua buah kartu sakti, merah dan kuning. Keduanya digunakan untuk mengganjar pemain yang melakukan pelanggaran saat berada di lapangan.

Kartu merah digunakan untuk pelanggaran yang sudah sangat fatal, sehingga pemain yang diberikan kartu merah harus meninggalkan timnya dan keluar lapangan.

Sementara, kartu kuning digunakan untuk memberikan peringatan serius kepada pemain agar tidak mengulanginya.

Dua kali kartu kuning yang diterima oleh seorang pemain, secara otomatis menjadi kartu merah yang berarti pemain yang bersangkutan harus menepi dan berhenti bermain.

Namun, tahukah Anda bagaimana awal cerita si kartu merah dan kuning berasal?

Dilansir dari situs FIFA yang merupakan federasi sepak bola dunia, kartu merah dan kartu kuning berasal dari ide seorang wasit asal Inggris Ken Aston, yang kebingungan saat memberikan hukuman kepada pemain yang menggunakan bahasa berbeda dari dirinya.

Pada Piala Dunia 1962 di Chili, terjadi keributan hebat pada pertandingan yang mempertemukan tim dari Chili dan Italia. Aston akan mengeluarkan pemain Italia, Giorgino Ferrini sebagai bentuk hukuman atas pelanggaran yang ia buat.

Akan tetapi, perintahnya yang disampaikan dalam bahasa Inggris tidak dipahami oleh Ferrini sehingga ia tetap berada di lapangan dan bermain dengan lebih arogan.

Hingga, akhirnya seorang polisi dilibatkan untuk mengeluarkan Ferrini dari lapangan hijau.

Seusai pertandingan tersebut, Aston kembali ke rumahnya. Di tengah perjalanan ia terinspirasi dengan warna yang dihasilkan dari lampu pengatur lalu lintas.

Hijau, kuning, dan merah yang ada di lampu tersebut, maknanya dipahami oleh semua orang bahkan dari berbagai bahasa. Warna lampu tersebut dapat menyampaikan pesan kepada pengguna jalan untuk berhenti, bersiap, atau jalan, tanpa menggunakan instruksi verbal.

Dari situlah Aston terpikir untuk membuat dua buah kartu sebagai penanda hukuman kepada pemain, dengan menggunakan warna kuning dan merah.

Kuning  pada lampu lalu lintas dipahami sebagai tanda peringatan, kendaraan diminta untuk berjalan pelan, dan bersiap-siap untuk berhenti. Di lapangan hijau, warna ini diasosiasikan sebagai tanda bagi pemain untuk berhati-hati dengan permainannya.

Sementara warna merah yang diartikan sebagai instruksi berhenti bagi kendaraan, kurang lebih memiliki makna yang sama di lapangan bola. Pemain yang mendapatkan acungan kartu merah dari wasit berarti harus keluar dari lapangan.

Kartu temuan Aston ini berhasil dimengerti oleh pemain-pemain bola yang berasal dari berbagai dunia dengan penggunaan bahasa yang berbeda, karena maknanya yang sudah dipahami secara universal.

Temuan Aston kali pertama diterapkan saat perhelatan Piala Dunia 1970, atau dua periode setelahnya, di Meksiko.

Sejak Piala Dunia 1970 yang dimenangkan Brazil hingga hari ini, dua kartu sakti ini masih digunakan oleh wasit sepak bola di seluruh dunia untuk menunjukkan hukuman atas pelanggaran yang dilakukan pemain.

https://bola.kompas.com/read/2018/11/13/14372978/sejarah-dan-awal-mula-kartu-merah-dan-kuning-di-sepak-bola

Terkini Lainnya

Piala Asia U23 2024: Magi STY Disorot Pelatih Irak, Indonesia Wajib Dihormati

Piala Asia U23 2024: Magi STY Disorot Pelatih Irak, Indonesia Wajib Dihormati

Timnas Indonesia
Al Nassr Vs Al Khaleej 3-1: Voli Ronaldo Sakti, Faris Najd Tembus Final

Al Nassr Vs Al Khaleej 3-1: Voli Ronaldo Sakti, Faris Najd Tembus Final

Liga Lain
Parma Promosi, Buffon dan Dino Baggio Beri Ucapan Menyentuh

Parma Promosi, Buffon dan Dino Baggio Beri Ucapan Menyentuh

Liga Italia
5 Poin Penting dari Jumpa Pers STY-Rio Fahmi Jelang Irak Vs Indonesia

5 Poin Penting dari Jumpa Pers STY-Rio Fahmi Jelang Irak Vs Indonesia

Timnas Indonesia
Jadon Sancho Jadi Bintang Dortmund: 12 Dribel Tuntas, Setara Messi

Jadon Sancho Jadi Bintang Dortmund: 12 Dribel Tuntas, Setara Messi

Liga Champions
Piala Asia U23 2024: Irak Mata-matai Timnas Indonesia, Waspada Pemain dari Eropa

Piala Asia U23 2024: Irak Mata-matai Timnas Indonesia, Waspada Pemain dari Eropa

Timnas Indonesia
Kemenangan Dortmund Kunci 5 Slot Bundesliga di Liga Champions Musim Depan

Kemenangan Dortmund Kunci 5 Slot Bundesliga di Liga Champions Musim Depan

Bundesliga
Hasil Dortmund Vs PSG 1-0: Gol Fullkrug Bawa BVB Menang

Hasil Dortmund Vs PSG 1-0: Gol Fullkrug Bawa BVB Menang

Liga Champions
Parma Kembali ke Serie A Sementara Jay Idzes Cetak 2 Gol bagi Venezia

Parma Kembali ke Serie A Sementara Jay Idzes Cetak 2 Gol bagi Venezia

Liga Italia
Borneo FC Singgung Wasit, Alarm Bahaya Jelang Babak Championship Series

Borneo FC Singgung Wasit, Alarm Bahaya Jelang Babak Championship Series

Liga Indonesia
Perbasi DKI Jakarta Terus Lakukan Perbaikan demi Prestasi

Perbasi DKI Jakarta Terus Lakukan Perbaikan demi Prestasi

Sports
Bali United Harap Jadwal Pasti Championship Series untuk Lawan Persib

Bali United Harap Jadwal Pasti Championship Series untuk Lawan Persib

Liga Indonesia
Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23 2024

Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Eksklusif UFC 301: Drakkar Klose Siap Vs Joaquim Silva, Bertarung demi Keluarga

Eksklusif UFC 301: Drakkar Klose Siap Vs Joaquim Silva, Bertarung demi Keluarga

Sports
Hasil Piala Thomas 2024: Leo/Daniel Menang, Indonesia Jadi Juara Grup C

Hasil Piala Thomas 2024: Leo/Daniel Menang, Indonesia Jadi Juara Grup C

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke