Kesuksesannya pun tak lepas dari didikan sang ayah, Daniel Bahari. Pino dibentuk menjadi seorang atlet tinju yang tangguh dipengaruhi oleh didikan keras almarhum.
Ayahnya juga merupakan mantan atlet tinju nasional. Saat itu, ayahnya menjadi pelatih tinju. Oleh karena itu, Pino dibekali ilmu yang matang seperti pantang menyerah dan berani.
"Boleh dibilang sejak saya masih di kandungan ibu, ayah sudah bercita-cita mencetak saya sebagai juara," ungkap Pino.
Pria yang bernama lengkap Pino Jeffta Udayana Bahari ini sudah mulai berlatih fisik sejak kecil. Dia dilatih untuk berenang dan sering dibawa ke sasana tinju untuk melihat para petinju berlatih.
Saat menang pada tahun 1990, Pino bertanding pada kelas 75 Kg dan berhasil menjatuhkan petinju ulung dari Mongolia, Bandiin Altangerel.
Pino mengatakan pada saat melawan Bandiin, ia sempat mengalami cedera tangan. Sambil menahan sakit, ia tetap berusaha melakukan yang terbaik.
"Itu momen yang tidak bisa saya lupakan. Demi Merah Putih, saya harus berjuang habis-habisan," ungkap Pino seperti dikutip dari Harian Kompas (2/8/2018).
Saat ini Pino mendedikasikan dirinya menjadi pelatih, sama seperti ayahnya, setelah pensiun menjadi atlet. Dia gantung sarung tinju sejak 1996.
Sebagai pelatih, Pino pun mengharapkan dukungan dari pemerintah untuk turun tangan membantu atlet tinju nasional sehingga dapat merebut kembali kejayaan.
https://bola.kompas.com/read/2018/08/07/20020098/didikan-keras-ayah-membawa-pino-bahari-raih-juara