Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prediksi Liga Inggris: Van Gaal dan Mou Teringat Momen Buruk

Kompas.com - 28/11/2015, 11:00 WIB


Oleh: Gita Suwondo (beIN SPORTS Football Expert) 

KOMPAS.com - Sebagai pemula dalam sebuah atmosfer selalu menjadi ajang belajar bagi seorang profesional.  Ada masa indah, tentunya juga masa tidak menyenangkan bagi siapa pun yang memulai petualangan di tempat baru.  Demikian juga bagi seorang pelatih, sesukses apapun dia sebelumnya.    

Ini yang dialami oleh Louis van Gaal pada musim perdananya bersama Manchester United musim lalu. Atmosfer keras strata tertinggi sepak bola Inggris bernama Premier League seperti ingin mengatakan bahwa semua prestasi sang meneer hanya semacam tulisan indah statistik di CV-nya. 

Minggu perdana, Swansea City mengalahkan United untuk pertama kalinya dalam sejarah Premier lLague mereka.  Minggu kedua giliran Sunderland menahan imbang Setan Merah di Stadium of LIght dan pekan berikutnya, tim promosi Burnley menahan imbang tanpa gol di Turf Moor.

Usai international break, Wayne Rooney dkk menghancurkan QPR dengan empat gol tanpa balas. Namun, pada pekan kelima Van Gaal kembali dipaksa menapak bumi. 

Tandang menghadapi tim promosi lainnya, Leicester City yang dilatih Nigel Pearson, keunggulan 3-1 United pada sisa waktu 30 menit gagal dipertahankan.  Leonardo Ulloa, David Nugent, Esteban Cambiasso, dan Jamie Vardy bermain all-out melesakkan empat gol yang menyesakkan United.

Leicester tampil luar biasa pada musim lalu, terutama pada pengujung musim.  Leicester seolah menganggap sembilan laga terakhir musim lalu seperti laga melawan United, menggila dengan hanya kalah dari Chelsea dan selamat dari ancaman degradasi.  

Bayangkan 7 kemenangan, satu kali hasil imbang dan 1 kali kalah membuat The Foxes menutup musim kompetisi 2014 -15 dengan rasa percaya diri tinggi. 

Dua pahlawan permainan Leicester saat itu adalah Jamie Vardy dan Leonardo Ulloa.  Tidak heran jika rasa percaya diri Jamie Vardy semakin menggila pada musim berjalan ini.  Dia mengemas 13 gol, dan membukukan gol pada 10 laga berturut turut  menyamai rekor legenda Manchester United, Ruud van Nistelrooy.

Polesan tangan dingin Claudio Ranieri dengan tambahan Riyad Mahrez dan N’Golo Kante di lini tengah semakin membuat The Foxes tidak terbendung untuk merangsek naik ke puncak klasemen.

Semakin menarik lantaran lawan mereka saat berada di puncak ini adalah Manchester United asuhan Luis van Gaal. 

Ada motivasi khusus dari  Pearson usai kalah dari Tottenham Hotspur di minggu ke 29 musim lalu. Bermainlah seperti ketika kita mengalahkan Manchester United di King Power Stadium.” ucapnya saat itu.

Motivasi itu terus menghunjam sanubari dan pikiran para pemain Leicester City. Mereka  bermain lepas dan fokus hingga masa inury time babak kedua berakhir.  Hasilnya adalah gelontoran 28 gol, 20 gol di antaranya terjadi pada 45 menit babak kedua dan  8 gol terjadi pada 15 menit terakhir. 

Tercatat 5 kali Wes Morgan dkk harus mengatasi ketertinggalan dan bahkan 3 di antaranya dalam margin 2 gol. Itu adalah gambaran bagaimana  permainan anak asuhan The Tinker Man ini begitu habis-habisan. The Tinker Man juga akhirnya sukes mendapat gelar The Pizza Man dua kali sesuai janjinya pada pasukannya jika berhasil clean-sheet dalam sebuah laga. 

Bermain sebagai sebuah tim adalah filosofi Ranieri yang sukses diterapkan pasukannya sejauh ini.  Kendala memang pada lini belakang. Mereka sudah kebobolan 20 gol dan gawang Kasper Schmeichel baru 2 kali clean sheet.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com