JAKARTA, KOMPAS.com - Problem sepak bola Indonesia saat ini sudah sangat kompleks. Baik dari permasalahan pengurus maupun keterlibatan pihak-pihak yang bertikai saat ini dinilai sudah tidak jelas lagi arahnya. Harus dibutuhkan kalangan profesional yang baru agar sepak bola Indonesia bisa menuju ke arah yang lebih baik.
Hal itu dikemukakan pengamat sepak bola, Anton Sanjoyo, menanggapi Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada 17 Maret mendatang. Ia berharap ke depannya nanti sepak bola Indonesia bisa diurus seorang profesional yang dengan tulus membangun sepak bola.
"Baik PSSI maupun KPSI ini diisi oleh orang-orang yang tidak punya niat sama sekali membangun sepak bola Indonesia, kecuali jika mereka mendapatkan keuntungan baik materil maupun non-materil dari sepak bola. Jadi, tidak bisa lagi sepak bola kita itu diurus oleh petualang-petualang PSSI maupun KPSI. Harus orang-orang profesional yang mempunyai niat tulus untuk membangun sepak bola," ujar Anton kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (15/3/2013).
Konflik sepak bola Indonesia sudah berlangsung hampir tiga tahun lamanya. Meski telah memutuskan untuk duduk bersama beberapa waktu lalu, langkah PSSI dan KPSI tersebut dinilai hanya sebagai cara agar sepak bola Indonesia keluar dari bayang-bayang sanksi FIFA.
Bahkan, menjelang KLB yang akan diselenggarakan di Hotel Borobudur, Jakarta, sejumlah masalah masih saja terus datang. Dari persoalan saling klaim mengenai masalah peserta yang sah untuk mengikuti kongres hingga tentang agenda kongres yang juga masih dipertanyakan.
Di tengah berbagai masalah itu, Anton berharap agar PSSI bisa menyelesaikan persoalan utama yaitu membenahi masalah kompetisi sepak bola tanah air dalam kongres tersebut. Ia mengatakan, pengurus-pengurus tersebut harus benar-benar serius agar persoalan tersebut bisa segera diselesaikan.
"Kita sekarang ini memang seperti masuk ke mulut buaya keluar ke mulut beruang. Kalau saya, sih, jujur lebih baik orang-orang seperti mereka itu di blacklist seumur hidup berkecimpung di dunia sepak bola. Kita cari orang-orang yang terbaik," kata Anton.
"Cuma memang problemnya kalau seperti itu adalah pemilik suara yang jumlahnya ratusan itu juga dulu lahir dari sebuah era yang rusak. Jadi, ya, kalau mau membenahinya sampai tuntas itu ya harus ke akar-akarnya," tegasnya kemudian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.