KOMPAS.com – Pengamat sepak bola Tanah Air, Kesit Budi Handoyo, menyoroti kinerja wasit saat penyerang Persebaya, Bruno Moreira, ditendang pemain PSS Sleman, Wahyudi Hamisi.
Bruno Moreira mengalami insiden kurang menyenangkan ketika membela Persebaya dalam duel kontra Persebaya di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) pada Minggu (3/3/2024).
Saat itu, Bruno Moreira tengah meringis kesakitan di lapangan. Selanjutnya, bola bergerak ke arah kepala Bruno.
Wahyudi Hamisi datang mencoba untuk membuang bola, tetapi kakinya terlihat menendang kepala Bruno.
Baca juga: Wahyudi Hamisi Tendang Kepala Bruno, Kebiasaan Buruk, PSSI Harus Bertindak
Wasit Ginanjar Rahman Latief hanya memberikan kartu kuning kepada Wahyudi, kendati tindakan pemain 26 tahun itu bisa membahayakan Bruno.
Persebaya Surabaya menilai, aksi Wahyudi Hamisi berpotensi besar dapat membuat Bruno mengalami cedera di kepala.
Kesit Budi Handoyo lantas menyoroti kinerja wasit. Ia menilai, seharusnya Ginanjar dapat memberikan keputusan tegas kepada Wahyudi.
Pasalnya, pria yang akrab disapa Bung Kesit itu mengatakan, niat Wahyudi Hamisi menendang kepala Bruno tidak bisa dianggap enteng.
Baca juga: Wahyudi Hamisi Akui Tidak Sengaja Tendang Kepala Bruno Moreira
“Harusnya wasit tidak perlu ada kompromi lagi karena niat Wahyudi sudah tidak bagus,” kata Bung Kesit kepada Kompas.com pada Selasa (5/3/2024).
"Kasar tanpa sengaja saja, orang bisa mendapatkan kartu kuning. Kalau ini sudah jelas, lawan jatuh, tiba-tiba ada bola dekat di situ, dia masih mau ambil juga dan mengenai kepala," ujarnya.
"Jika misalnya pemain itu (Bruno) gegar otak bagaimana?" ungkap pria yang juga berprofesi sebagai komentator sepak bola Indonesia itu.
Sementara itu, Bung Kesit juga menjelaskan bahwa insiden-insiden serupa di Liga Indonesia bisa terjadi karena tak ada hukuman yang jelas dari wasit di lapangan.
Oleh sebab itu, Bung Kesit tak menyangkal insiden yang membahayakan pemain terus terjadi di sepak bola Indonesia.
Baca juga: Hasil Persebaya Vs PSS: Gol Kilat Iqbal dan Panenka Bruno, Bajul Ijo Berjaya
"Hukumannya tidak jalan. Menurut saya, tindakan dari pengadil di lapangan menjadi filter pertama untuk penegakan aturan," ungkap dia.
"Jadi, kalau di lapangan tindakan buruk seperti itu sering diabaikan kecenderungannya akan terjadi terus-menerus," katanya.