PANGGUNG sepak bola Indonesia seolah tak berhenti dihentak oleh pemberitaan, terlebih sejak era kepengurusan Erick Thohir. Berbagai kejutan dan pujian muncul ke permukaan walau sindiran dan kritikan juga mengikuti sepak terjang Menteri BUMN Republik Indonesia ini dalam menakhodai PSSI.
Membangun sepak bola Indonesia yang bersih dan berprestasi menjadi janji yang terucap saat kampanye Erick Thohir menuju Ketua Umum PSSI. Sambil menunggu aksi bersih-bersih sebagai bukti "nyali" yang dikumandangkan Sang Ketum, berbagai kejutan muncul pada era kepemimpinan Erick yang boleh disebut baru seumur jagung.
Dari perubahan komposisi wakil ketua umum, publik sebenarnya juga menanti komposisi kesekjenan dan pembagian kerja Exco PSSI. Publik terkejut, kritikan, dan sindiran bermunculan, tetapi organisasi jalan terus. Dua sosok yang kerap muncul di media massa dalam menyampaikan kebijakan dan informasi adalah Ketum dan anggota Komite Eksekutif PSSI.
Gejolak akibat kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 diredam dengan berita kedatangan tim juara dunia, Argentina, ke Indonesia untuk melakoni laga resmi dalam kalender FIFA. Sebelumnya, publik dibuat tersenyum setelah sanksi ringan FIFA untuk PSSI akibat situasi terkini di Indonesia dengan ramainya penolakan terhadap keikutsertaan Israel di PD U20.
Baca juga: Klarifikasi PSSI soal Timnas Indonesia Lawan Portugal
Strategi marketing PSSI bergerak lincah, tiket laga Indonesia vs Argentina diburu masyarakat seolah inilah kesempatan sekali seumur hidup menyaksikan langsung tim yang baru saja menjuarai ajang Piala Dunia di Qatar berlaga di Tanah Air.
Awalnya, status juara dunia tersebut identik dengan wajah Lionel Messi dalam kampanye kegiatan. Ketika Lionel Messi berbelok dari Beijing ke Barcelona dan membuyarkan impian publik di Indonesia melihat aksinya di Gelora Bung Karno, penampilan memikat tim nasional asuhan Shin Tae-yong seperti membayar ketiadaan Messi di laga ini.
Bukan kekalahan 0-2 yang ramai dibahas publik sepak bola Indonesia, melainkan permainan Tim Garuda dan performa beberapa pemain dianggap memperlihatkan peningkatan yang diharapkan. Penampilan serius pemain-pemain Argentina dalam laga persahabatan resmi di GBK juga ikut mengobati ketidakhadiran Messi.
Ya, inilah tim dengan status juara dunia yang tak mudah menjebol pertahanan tim nasional yang dalam sejarahnya belum berhasil menjadi juara Piala AFF, turnamen tertinggi tim nasional Asia Tenggara.
Kini, hentakan pemberitaan dari PSSI adalah penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U17 2023. Indonesia menggantikan Peru yang dianggap FIFA tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan sebagai tuan rumah.
Sebagian pihak menyambut gembira keputusan FIFA dan memuji kemampuan pengurus PSSI saat ini. Namun, sebagian lagi kelompok pemerhati sepak bola di Tanah Air tersenyum-senyum datar karena (mengaku) sudah membaca dan memprediksi skenario ini.
Ada yang menyebut mendapatkan bocoran dari sumber tepercaya di Istana, ada yang tidak mau membuka sumber informasinya, tetapi dengan kisah dan narasi yang tak jauh berbeda: lobi-lobi antara Piala Dunia U20 dan Piala Dunia U17.
Baik, kita tidak usah terjebak dalam skenario dan strategi marketing PSSI. Kepercayaan pada Indonesia sebagai tuan rumah kejuaraan dunia kelompok usia muda adalah sesuatu yang berharga. Harus diikuti dengan persiapan yang baik sebagai tuan rumah dan tentu berharap tim asuhan Bima Sakti mampu bersaing dengan peserta lain yang lolos lewat perjuangan kualifikasi.
Baca juga: Indonesia Tuan Rumah, Kapan Drawing Piala Dunia U17 2023?
Status Indonesia sebagai peserta PD U17 2023 memang seperti hadiah. Oktober 2022, tim Garuda Muda yang dilatih Bima Sakti gagal menuju putaran final Piala Asia U17 alias 2023 AFC U17 Asian Cup di Thailand akibat kekalahan telak 1-5 dari Malaysia di laga terakhir Grup B Kualifikasi Piala Asia U17.
Untuk menjadi peserta PD U17 2023, Indonesia harus menembus babak semifinal Piala Asia U17 2023 yang berlangsung Juni-Juli 2023. Bagaimana mau mencapai semifinal bila tidak berhasil lolos? Adalah wajar bila bisik-bisik tetangga menyebut Indonesia sebagai "anak kesayangan" FIFA di era kepemimpinan Gianni Infantino.
FIFA bak Santa Claus yang memberi hadiah berupa sanksi ringan akibat kerusuhan dan kegagalan Indonesia menggelar Piala Dunia U20. Lalu, memberikan kado tuan rumah Piala Dunia U 17 pada tahun yang sama.