Masih aktif mengikuti perkembangan Persib?
Ya, tentu. Paling tidak saya selalu membaca beritanya di media massa.
Sebagai mantan pemain, Anda punya jawaban kenapa Persib selalu mendapat dukungan penonton?
Bagi masyarakat Jawa Barat, Persib seolah menjadi perwakilan mereka dan sudah menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Tapi, jangan salah, saya pernah mengalami bagaimana suasana tak enak di stadion karena pendukung Persib nyaris tak berhenti mencemooh tim sendiri. Mereka begitu karena merasa Persib adalah bagian dari mereka.
Apa perbedaan Persib era Anda dan Persib saat ini?
Bila melihat komposisi pemain, jelas berbeda. Persib saat ini sangat terbuka bagi pemain di luar Jawa Barat. Saya melihat Persib saat ini dikelola dengan baik oleh manajemen yang profesional. Sepertinya, komando berada dalam satu pintu, tidak banyak pihak yang ikut campur mengurusi tim. Begitu pula tim pemasaran. Saya geleng-geleng kepala melihat sponsor yang berhasil didatangkan untuk mendukung Persib. Apalagi, manajemen juga berhasil membawa gelar juara LSI 2014.
Kenapa kini Persib sulit memiliki playmaker sekelas Yusuf Bachtiar, Adjat Sudradjat, hingga Yaris Riyadi?
Iya, situasi ini juga menjadi pertanyaan saya. Mungkin karena pemain muda yang dimiliki Persib kurang mendapat kesempatan untuk memperlihatkan kemampuannya. Tuntutan agar Persib menjadi klub yang terbaik membuat pelatih harus memiliki pemain yang kuat dalam mengendalikan tim. Pilihan mungkin terbatas, jadi pesepak bola luar didatangkan sehingga menutup peluang pemain muda yang dibina.
Pendapat Anda tentang situasi panas yang kerap terjadi antara pendukung Persib dan Persija?
Saya tidak mengerti kenapa permusuhan antara dua suporter ini terjadi. Padahal, sesama pemain sering tidak memperlihatkan konflik. Di era saya, pemain Persib dan Persija berteman walau di lapangan harus menjadi lawan demi meraih kemenangan. Pertarungan antarpemain tak boleh melebar ke luar lapangan karena hanya berdampak buruk bagi tim dan sepak bola Indonesia.
Pemain salah apa sehingga pertandingan harus dihentikan atau tak mendapat izin dari pihak keamanan?
Yang rugi sepak bola kita karena berita yang muncul di media massa adalah sisi negatif dari Liga Indonesia.
Sebesar apa dampak rivalitas kedua suporter bagi para pemain?
Besar. Saya masih ingat situasi ketika Persib datang ke markas Persija. Teror suporter itu merugikan kualitas permainan. Mana mungkin para pemain bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya bila tidak merasakan kenyamanan selama berada di kota lawan. Bukan hanya soal menang atau kalah, penonton di stadion maupun yang menyaksikan lewat layar televisi jelas kecewa karena kualitas pertandingan jauh dari yang mereka harapkan. Sulit bagi pemain yang mendapatkan teror dan ancaman dari suporter tuan rumah untuk tampil sesuai kemampuan terbaik mereka. Para pemain seolah ingin segera mengakhiri pertandingan, tak lagi berpikir bagaimana tampil dengan baik untuk mencari kemenangan sekaligus menyajikan hiburan bermutu kepada penonton.
Artikel ini sudah tayang di Harian BOLA edisi Senin (23/3/2015).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.