Para pesepak bola dunia itu seperti memiliki talenta yang sulit dideskripsikan. Selain terlatih, mereka juga memiliki insting yang luar biasa.

Namun, bagaimana seorang pemain menyundul bola, menembakkan bola ke gawang, dan bagaimana kiper bisa dengan tepat menangkap bola, sebenarnya dapat dijelaskan dengan pengetahuan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Pengajar Psikologi Kognitif Fakultas Psikologi Universitas Sheffield, Inggris, dalam artikelnya yang dimuat di BBC, menjelaskan, teori memori otot dapat menjelaskan hal itu. Memori otot merupakan keterampilan motorik yang tersimpan di otak, tetapi seolah-olah seperti ramuan ajaib di dalam otot.

Wayne Rooney, striker Inggris, pada 2012 menggambarkan apa yang dia rasakan ketika tiba di kotak penalti. ”Saya bertanya kepada diri sendiri banyak pertanyaan. Apakah saya menangkap bola di dada, lalu menendangnya, atau langsung menyundulnya. Kalau ada pemain belakang, saya harus menghindarinya dan menembak bola pada kesempatan pertama. Jika dia menjauh, saya punya lebih banyak ruang. Setelah itu, saya harus mengeksekusi,” ujar Rooney. Semua itu dipikirkan dan dilakukan hanya dalam waktu setengah detik.

Contoh lain, mantan pemain Belanda, Dennis Bergkamp, yang mencetak gol pada Piala Dunia 1998 saat lawan Argentina di perempat final. Bergkamp menggambarkan dengan detail semua faktor yang akhirnya membuat dia menghasilkan gol menawan. Faktor itu mulai dari kontak mata dengan pemain belakang yang akan merebut bola sampai kalkulasi tentang bagaimana mengontrol bola. Dia bahkan membiarkan otaknya mencari tahu tentang arah angin.

Pemikiran ini tidak hanya berasal dari insting tak sadar, tetapi insting yang dikombinasikan dengan pikiran sadar. Semuanya berjalan bersamaan.

Para atlet kelas dunia itu telah dilatih bertahun-tahun dengan teknik tinggi dan perencanaan matang. Melalui latihan, jaringan otak terus berkembang, memungkinkan setiap gerakan yang dilakukan membutuhkan usaha yang lebih sedikit, tetapi dengan kontrol yang lebih besar. Area di otak yang bekerja dalam mengontrol gerakan tubuh berkembang. Demikian pula area otak yang berhubungan dengan perencanaan dan penalaran.

Setiap keterampilan baru disimpan di otak hingga gerakan itu menjadi otomatis. Bergkamp, misalnya, tak harus berpikir tentang kakinya ketika dia ingin mengontrol bola. Dia berpikir tentang arah angin, posisi pemain bertahan, dan waktu yang tepat untuk mengontrol bola.

Untuk teknik yang lebih tinggi, pemain harus berpikir lebih minimal tentang aksi, tetapi berpikir total bagaimana mencapai target.

Keterampilan pemain itu tidak jauh berbeda dengan kegiatan sehari-hari, seperti berjalan, berlari, atau menyetir mobil, di mana kita tidak lagi perlu memikirkan bagaimana melakukannya. Namun, para pemain bola itu telah menunjukkan kemampuan intelegensi mereka ketika melibatkan pertimbangan sadar untuk beraksi seoptimal mungkin, dalam waktu yang sangat singkat. (BBC.com/UTI)