KOMPAS.com - Mr Arsenal, demikian julukan kepada Tony Adams saking identiknya sang pemain belakang dengan klub asal London tersebut.
Total 19 tahun dihabiskan sosok kelahiran Romford itu bersama Arsenal. Tak ada klub lain dalam curriculum vitae Adams sebagai pesepak bola profesional.
Jangan lupakan pula, sebanyak empat gelar Premier League, kasta pertama Liga Inggris, diraih Arsenal di bawah kepemimpinan Adams sebagai kapten. Dia bahkan mengungguli koleksi tiga trofi liga milik Arsene Wenger selama 21 tahun menukangi klub.
Sepeninggalan Adams, tim beralias The Gunners seolah kesulitan mencari sosok kapten abadi. Sejak 2002 atau dalam lima belas tahun terakhir, Wenger sudah menunjuk delapan nama untuk mengemban tugas sebagai pemimpin.
Mereka adalah Patrick Vieira, Thierry Henry, William Gallas, Cesc Fabregas, Robin van Persie, Thomas Vermaelen, Mikel Arteta, dan Per Mertesacker.
Dari delapan nama tersebut, tidak satu pun menjabat kapten lebih dari tiga tahun. Durasi paling lama adalah Patrick Vieira dan Cesc Fabregas.
Baca: Demi Lacazette, Arsenal Harus Pecahkan Rekor Transfer
Kebanyakan dari mereka justru kabur ke klub lain setelah diberikan kepercayaan oleh Wenger, ambil contoh Vieira, Henry, dan Vermaelen. Van Persie malah lebih parah karena menyeberang ke Manchester United yang notabene berstatus rival.
Terakhir, Mertesacker mengumumkan dirinya bakal pensiun dan mengurus akademi klub setelah musim 2017-2018 habis.
"Inilah awal dari babak baru yang menarik buat saya. Saya merasa senang bisa menjadi bagian dari keluarga Arsenal," tutur Mertesacker di situs resmi klub.
Per @Mertesacker will be our new academy manager in a year's time - and here's why pic.twitter.com/NhgqCxO8rj
— Arsenal FC (@Arsenal) July 7, 2017
Artinya, rutinitas Arsenal mengganti kapten dua atau tiga tahun sekali kembali berlanjut. Tradisi bisa semakin panjang karena calon suksesor adalah Laurent Koscielny, yang kini berstatus sebagai deputi.
Perlu diingat bahwa usia pemilik nama terakhir sudah 31 tahun. Dengan umur kepala tiga, Koscielny dikhawatirkan mundur dua atau tiga tahun setelah dirinya menjabat sebagai kapten.
Durasi pendek seorang kapten juga dianggap sebagai salah satu "mudarat" di Arsenal. Karena sang pemimpin kurang berpengaruh, Wenger terlampau berkuasa.
"Ada minimnya kepemimpinan di Arsenal. Tak seorang pun mampu mengambil keputusan. Siapa yang mengambil keputusan? Cuma Wenger. Dia bisa mengambil keputusan apa yang diinginkan," tutur Ian Wright.
Padahal, pada era Adams, Wenger sempat terbungkam. Dia nekat menerapkan formasi 4-4-2 saat Arsenal kalah dari Borussia Moenchengladbach pada partai Piala UEFA, 24 September 1996.