Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syarat dari Menpora, Urgensi atau Utopia?

Kompas.com - 05/03/2016, 19:38 WIB


KOMPAS.com
- Insan sepak bola di Tanah Air kembali diliputi optimisme ketika Presiden Joko Widodo meminta Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengkaji pencabutan sanksi pembekuan PSSI.

Langkah itu diharapkan mengakhiri derita pengucilan Indonesia oleh FIFA, yang berjalan hampir setahun terakhir.

Namun, dalam perkembangannya, pencabutan sanksi itu masih jauh panggang dari api. Debat ”kusir” antara Ketua Tim ”Ad Hoc” Reformasi PSSI Agum Gumelar dan Nahrawi serta pejabat Kemenpora, tentang tafsir perintah Jokowi, menjadi berita seksi di media-media daring.

Bagi publik, tafsir atas perintah itu sekaligus menjadi ”misteri” yang hanya bisa dijawab pihak Istana.

Perdebatan terus meluas dan kian memanas di akar rumput. Perbedaan sudut pandang soal penanganan PSSI, bahkan diwarnai ”adu tinju”, cekcok, dan perkelahian setelah sebuah acara diskusi tersohor di sebuah stasiun televisi swasta di republik ini, Selasa (1/3) malam lalu.

Sepak bola kembali memecah silaturahim dan persaudaraan, sebuah realita yang bertolak belakang dari semangat pendirian PSSI oleh Ir Soeratin, hampir 87 tahun silam.

Sepak bola yang pada era Soeratin menjadi alat perjuangan bahkan persatuan, kini tanpa disadari justru menjadi pemecah belah anak bangsa.

Itu semua terjadi karena arogansi dan paham ”saya yang paling benar dan suci” dari sebagian komponen bangsa ini, terutama para pemangku kepentingan. Secara psikologis, paham megalomania itu akan senantiasa berkorelasi dengan ”gengsi” dan egoisme.

Reformasi keniscayaan

Semua anak bangsa di negeri ini pasti tidak ada yang memungkiri, PSSI harus direformasi. Pengurus PSSI tidak lagi bisa duduk di ”menara gading” dan menafikkan berbagai tuntutan pembenahan, dengan berlindung pada ”kitab suci” bernama Statuta FIFA. Apalagi ”UUD” sepak bola itu baru saja diamandemen oleh FIFA.

KOMPAS / AGUS SUSANTO Pintu gerbang Kantor PSSI di Senayan, Jakarta, disegel dengan rantai besi oleh massa dari Pecinta Sepakbola Indonesia, Minggu (19/4/2015). Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menjatuhkan sanksi administratif kepada PSSI yang isinya memutuskan pemerintah tidak mengakui seluruh kegiatan PSSI, termasuk hasil KLB di Surabaya yang memilih kepengurusan periode 2015-2019.

Pertanyaan terpentingnya kini, bagaimana cara paling tepat mereformasi PSSI? Pemerintah, khususnya Menpora Imam Nahrawi, telah berkali-kali memberi kesan, reformasi paling tepat yaitu mengganti pengurus PSSI, dalam hal ini ketua umum terpilih La Nyalla Mattalitti.

Sembilan syarat pun ikut menyertai jika sanksi pembekuan PSSI ingin dicabut. Tak tanggung-tanggung, syarat-syarat itu mencantumkan jaminan timnas sepak bola untuk menjadi juara di sejumlah ajang seperti Piala AFF 2016, SEA Games 2017, lolos Pra-Kualifikasi Piala Dunia 2018, dan Asian Games 2018.

Syarat-syarat ini ibarat target atau kontrak kerja yang diminta seorang kepala negara kepada menterinya. Padahal, yang tidak boleh dilupakan, hubungan PSSI (federasi sepak bola) dengan pemerintah bukanlah subordinasi, ibarat atasan dengan bawahan. Hubungan itu, seperti diatur di Lex Sportivo (hukum olahraga) dan Statuta FIFA, adalah partnership atau kerja sama.

Mungkin pemerintah juga lupa, timnas Indonesia tidak bisa tampil di pra-kualifikasi Piala Dunia yang dimulai tahun lalu. Penyebabnya tidak lain skorsing dari FIFA akibat kisruh Menpora-PSSI.

Menjadi juara dalam waktu singkat, setelah timnas vakum dan diliputi berbagai masalah di dalam negeri, tidak lebih adalah sebuah utopia. Brunei, negara yang baru-baru ini terbebas dari skorsing FIFA dan memiliki federasi baru, juga tidaklah serta-merta bisa menjadi ”macan” Asia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Indonesia Vs Guinea: Apa Pun, Tetap Dukung Garuda Muda

Indonesia Vs Guinea: Apa Pun, Tetap Dukung Garuda Muda

Timnas Indonesia
Kemenpora-Bappenas Dorong Pemuda Berjejaring demi Keberlanjutan Kebijakan SDM

Kemenpora-Bappenas Dorong Pemuda Berjejaring demi Keberlanjutan Kebijakan SDM

Sports
Pernyataan Selangor FC soal Faisal Halim Pensiun Dini Usai Disiram Air Keras

Pernyataan Selangor FC soal Faisal Halim Pensiun Dini Usai Disiram Air Keras

Liga Lain
RCTI Premium Sports, Diikuti Persija-PSIS dan 2 Klub Malaysia

RCTI Premium Sports, Diikuti Persija-PSIS dan 2 Klub Malaysia

Sports
Dampak Penyiraman Air Keras kepada Pemain Timnas Malaysia Faisal Halim

Dampak Penyiraman Air Keras kepada Pemain Timnas Malaysia Faisal Halim

Internasional
Madrid Vs Bayern, Alasan Los Blancos Tunda Pesta Juara Liga Spanyol

Madrid Vs Bayern, Alasan Los Blancos Tunda Pesta Juara Liga Spanyol

Liga Champions
Suara Prihatin soal Insiden Air Keras terhadap Striker Malaysia Faisal Halim

Suara Prihatin soal Insiden Air Keras terhadap Striker Malaysia Faisal Halim

Internasional
Jadwal Timnas Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U17 Putri 2024

Jadwal Timnas Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U17 Putri 2024

Timnas Indonesia
Timnas U17 Putri Indonesia Vs Korea Selatan: Garuda Pertiwi Matangkan Komunikasi

Timnas U17 Putri Indonesia Vs Korea Selatan: Garuda Pertiwi Matangkan Komunikasi

Timnas Indonesia
Sinyal Persebaya Surabaya Lakukan Perombakan Tim

Sinyal Persebaya Surabaya Lakukan Perombakan Tim

Liga Indonesia
Indonesia Vs Korsel: Peningkatan Kecepatan Pemain Jadi Fokus Latihan

Indonesia Vs Korsel: Peningkatan Kecepatan Pemain Jadi Fokus Latihan

Timnas Indonesia
Pebalap Muda Indonesia Avila Bahar Juara Round 1 Malaysia Series

Pebalap Muda Indonesia Avila Bahar Juara Round 1 Malaysia Series

Sports
Indonesia Vs Guinea, Kaba Diawara Mengagumi Michael Jordan di Olimpiade

Indonesia Vs Guinea, Kaba Diawara Mengagumi Michael Jordan di Olimpiade

Timnas Indonesia
Daftar Skuad Guinea Saat Lawan Timnas U23 Indonesia

Daftar Skuad Guinea Saat Lawan Timnas U23 Indonesia

Liga Indonesia
Real Madrid Vs Bayern: Carvajal Kejar Gelar Ke-15 Liga Champions

Real Madrid Vs Bayern: Carvajal Kejar Gelar Ke-15 Liga Champions

Liga Champions
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com