Bagaimana menentukan juara dalam pertandingan yang berakhir seri menjadi kesulitan tersendiri. Semula wasit memutuskan sang juara dengan mengundi mata uang. Hal itu terjadi pada pertandingan semifinal Italia melawan Uni Soviet pada tahun 1968.
Ketika itu, setelah perpanjangan waktu, belum satu gol pun tercipta dari kedua tim. Skor masih 0-0. Akhirnya wasit Kurt Tschenscher dari Jerman memutuskan untuk mengundi dengan koin.
”Saya keluar lapangan bersama kapten Uni Soviet. Kami turun ke ruang ganti, ditemani dua administrator dari dua tim. Wasit mengeluarkan sekeping uang logam tua, dan saya melihat bagian bawah uang logam. Saya merasa beruntung dan Italia melaju ke final,” kata Faccheti, pemain Italia. Sebanyak 70.000 penonton yang menyaksikan pertandingan di stadion itu menunggu untuk mendengar siapa pemenangnya.
Selain melempar koin, wasit juga memiliki pilihan lain untuk menentukan juara dalam laga dengan hasil seri, yaitu melalui pertandingan ulang.
Italia kemudian menghadapi situasi yang sama saat bertemu Yugoslavia di final ketika skor akhir 1-1. Yugoslavia berhasil mencetak gol pada menit ke-39 lewat tendangan Dragan D?zajicc. Pada menit ke-80, Angelo Domenghini membalas ketertinggalan Italia dengan gol yang akhirnya menyamakan kedudukan.
Namun, kali ini diputuskan untuk mengadakan pertandingan ulang dua hari kemudian. Akhirnya Italia keluar sebagai juara dengan mengalahkan Yugoslavia, 2-0, berkat gol Luigi Riva pada menit ke-12 dan Pietro Anastasi pada menit ke-31.
Kontroversi
Penentuan juara dengan mengundi mata uang pun mengundang kontroversi karena dinilai sangat untung-untungan. Maka beberapa pihak mengusulkan untuk mengadakan adu penalti dalam menentukan juara saat laga berakhir seri.
Pada Piala Eropa tahun 1976, laga di final kembali berakhir seri dengan skor 2-2 antara Cekoslowakia dan Jerman Barat. Kali ini, sebenarnya Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) memutuskan untuk mengadakan pertandingan final ulang. Akan tetapi, kedua tim meminta untuk adu penalti saja. Cekoslowakia pun keluar sebagai juara setelah unggul 5-3 atas Jerman Barat.
Hasil adu penalti betul-betul dipertimbangkan dengan alasan statistik, untuk dipisahkan dari hasil pertandingan yang sebenarnya. Pada pertandingan tunggal yang berakhir seri, walaupun ada tambahan angka dari adu penalti, hasil yang diakui tetap seri. Hal itu berbeda dengan kemenangan yang didapat melalui perpanjangan waktu, yakni skor akhir dari pertandingan normal ikut dikalkulasi.
Sebagai cara untuk menentukan juara dalam laga sepak bola, adu penalti banyak dianggap sebagai klimaks yang tidak memuaskan. Hasilnya sering kali dipandang sebagai lotre, bukan uji kemampuan. Tidak hanya masalah teknik, adu penalti juga banyak dipengaruhi faktor psikologis. Metode ini juga dipandang lebih menguji kemampuan individual.
Berbagai ketidakpuasan terus bergulir hingga kini dan cara yang paling tepat untuk menentukan juara pada laga dengan hasil imbang masih terus dicari. Ada usul?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.