Tiga tantangan ini merepresentasikan kondisi ekosistem olahraga di Indonesia. Masih ada waktu 22 tahun untuk mencapai Indonesia Emas 2045.
Terlebih, saat ini Indonesia sedang menuju bonus demografi. Olahraga menjadi salah satu pilar penyokong dan simbol kemajuan sebuah negara.
Kepemimpinan olahraga perlu mengambil sikap aktif dan merumuskan kebijakan yang holistik serta praktis agar olahraga Indonesia bisa terus berkembang. Ada tiga strategi yang bisa dilakukan oleh pemimpin olahraga.
Strategi pertama adalah memadukan olahraga dan hiburan. Cara ini sedang tren di Indonesia berkat inisiatif para influencer dan artis Indonesia dalam menggaungkan semangat olahraga.
Misalnya Vindes Media telah menggelar dua event olahraga, yaitu Tiba-tiba Tenis, Tepok Bulu, dan Bahkan Voli. Ketiga event ini berjalan sukses dan mampu mencuri perhatian masyarakat Indonesia.
Selain Vindes, Rans Entertainment juga menggelar hal serupa. Bekerja sama dengan SCTV, Rans Entertainment menggelar Turnamen Olahraga Selebritis Indonesia.
Program ini juga sukses meraih atensi rakyat Indonesia. Tidak hanya itu, Rans Entertainment juga menggelar Lagi-lagi Tenis yang mendapat dukungan dari Pertamina. Event tersebut melibatkan legenda tenis Indonesia, Yayuk Basuki dan Angelique Widjaja.
Dengan atensi yang didapatkan dari event tersebut, sportainment berhasil menggiring masyarakat untuk lebih menyukai olahraga. Terbukti dari penjualan tiket yang laku keras.
Event sportainment ini juga bisa menjadi ajang agar atlet-atlet Indonesia lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Strategi kedua adalah dengan mengintegrasikan sport science dalam pengembangan talenta. Sport science bisa mengarahkan pengembangan talenta kita berdasarkan data psikologis, medis, gizi, dan lain sebagainya.
Ketua Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia, Hasrul Benny Harahap, menegaskan bahwa sport science sangat dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi olahraga.
Peran banyak stakeholder menjadi urgen untuk bisa menerapkan sport science. Misalnya universitas bisa mendidik generasi muda di bidang ini agar bisa berkontribusi di bidang olahraga.
Ini pun sudah dilakukan oleh Universitas Negeri Surabaya, di mana mereka mengembangkan Sport and Exercise Research Center (SERC) beserta program Sentra Pembinaan Olahraga Pelajar (SPOP).
Tidak hanya universitas, federasi olahraga juga ikut mengembangkan sport science. PSSI mempersiapkan training camp dan sport science agar sepakbola Indonesia lebih maju.
Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) membantu menggelontorkan dana sebesar 7,3 juta dollar AS yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan lapangan sepakbola, lapangan sepakbola pantai, dan lapangan futsal. Lapangan-lapangan tersebut akan terintegrasi dengan penerapan sport science.
Strategi ketiga adalah melakukan pengembangan talenta secara berkelanjutan. Pemerintah harus menjadi leading sector bagi manajemen talenta dari hulu ke hilir.
Ia bisa mengawasi bibit muda sejak dari sekolah dasar. Dari situ, dengan dikombinasikan sport science, pemimpin olahraga dapat menarik talenta muda yang memenuhi kriteria yang diperhitungkan.
Kita bisa ambil pelajaran bagaimana Spanyol mengembangkan talenta sepakbolanya. Menurut Spesialis Senior dalam Pengembangan Olahraga LaLiga, Carlos Casal, kuncinya terletak pada kemitraan antara klub lokal dengan sekolah.
Setelah menguatkan kemitraan, kemudian pemimpin olahraga membangun jaringan internasional untuk mengetahui best practices di liga-liga besar.
Namun ia juga menegaskan bahwa berbeda negara, kebijakannya juga berbeda. Ketika ia terlibat dalam pengembangan talenta di Tiongkok, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan. Artinya, olahraga menjadi bagian penting bagi pendidikan Tiongkok.
Tiga strategi ini bisa kita lakukan apabila pemimpin olahraga kita mampu membuat ekosistem olahraga yang sistemik.
Indonesia memiliki 66,2 juta jiwa penduduk berusia 0-14 tahun dan 22,16 juta jiwa yang berusia 15-19 tahun. Ada banyak potensi atlet-atlet di dalam jumlah tersebut yang bisa kita latih hingga menjadi atlet profesional di kancah dunia.
Pemerintah tidak bisa sendiri dan harus mengajak berbagai stakeholder. Artinya, setiap stakeholder harus berkolaborasi menciptakan ekosistem talenta olahraga Indonesia.