KOMPAS.com - Minggu 1 Oktober 2023 akan menjadi peringatan satu tahun Tragedi Kanjuruhan.
Tragedi yang tidak lepas dari cerita mencekam Gate 13 Stadion Kanjuruhan. Lokasi ini menjadi yang paling mematikan selama Tragedi Kanjuruhan.
Pintu penghubung tribune selatan itu terkunci saat penembakan gas air mata terjadi.
Banyak suporter yang menumpuk berdesak-desakan di balik pintu itu untuk mencari cara bisa keluar. Sementara itu tangga turunan yang curam membuat suporter jatuh dan terinjak-injak.
Titik ini menjadi saksi bisu kengerian yang terjadi, lengkap dengan sisa-sisa kepanikan manusia yang terperangkap saat berusaha melarikan diri dari kepungan asap gas air mata.
Baca juga: Arema FC Vs PSS, Tekad Kuat Singo Edan dalam Peringatan Tragedi Kanjuruhan
Empat hari setelah kejadian Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Stadion Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, tepatnya Kamis (5/10/2022) silam.
Ia mendatanginya guna mendapatkan gambaran langsung terkait tragedi yang menewaskan 135 suporter itu.
Dari pengamatannya ia meminta Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) memasukkan arsitektur akses Stadion Kanjuruhan dalam daftar perhatian.
"Itu nanti tim gabungan yang harus melihat secara detail, tetapi sebagai gambaran saya melihat masalahnya ada di pintu yang terkunci dan juga tangga yang terlalu tajam ditambah kepanikan yang ada," ujar Joko Widodo saat itu.
"Tapi itu saya hanya melihat lapangan. Nanti semuanya akan disimpulkan oleh tim gabungan. Sekali lagi, paling penting seluruh bangunan stadion akan diaudit oleh Kementerian PU," imbuhnya.
Kengerian Tragedi Kanjuruhan membuat Jokowi menginstruksikan adanya evaluasi dan audit kembali kelayakan stadion-stadion di Indonesia supaya hal yang sama tidak terulang kembali.
Selama masa berkabung, Gate 13 menjadi lokasi sakral. Banyak peziarah yang melakukan tabur bunga dan juga melakukan doa di depannya.
Baca juga: Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Pelatih Persib: Sepak Bola untuk Bersama
Benda-benda memorial seperti foto, syal, sepatu, jersey, dll juga diletakan di depannya untuk mengenang para korban yang tewas dalam malam naas itu.
Selama satu bulan doa terus bersambung baik dilakukan peziarah maupun masyarakat Malang Raya yang melakukan tahlil dan kirim doa bersama.
Karena penting dan sakral, keluarga korban dan Aremania mendesak supaya lokasi ini dijadikan semacam tempat memorial demi mengenang para korban, serta mengabadikannya sebagai sejarah kelam sepak bola Indonesia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.