Apakah video tersebut mengandung makna bahwa Pep Guardiola pantas dijadikan pelatih terbaik sepanjang masa? Pertanyaan ini mengandung sisi problematik tiada akhir.
Barney Ronay, kepala penulis olahraga untuk media kiri Inggris, The Guardian, memuji Pep Guardiola dalam artikel “Guardiola the GOAT? Beyond the billions he has changed world football” (09/06/23).
Ia menulis, “Istanbul adalah The New Cool. Atau setidaknya itu [julukan Istanbul] menurut iklan terbaru kota tersebut, kumpulan anak muda yang membosankan parkir di jalan-jalan Binzantiun, bermain-main di istana Ottoman…Hmmm. Istanbul: temui Pep.”
Istanbul bukan hanya kota ikonik final Liga Champions melainkan Guardiola menjadi magnet kota penuh bersejarah itu. Artikel Ronay pun dilengkapi gambar editan Pep Guardiola menatap tajam trofi Liga Champions.
Dengan demikian, Apakah ia layak disebut “GOAT”? Seperti makna di balik bayang-bayang yang terbang ketika langit menjadi biru?
Opta Analyst memberikan prediksi pada Final Liga Champions di Istanbul, Turki. Manchester City keluar sebagai kandidat juara dengan perolehan 64,6 persen, sedangkan Inter Milan 16,4 persen.
Kemudian menjelang malam final di Atatürk Olympic Stadium, Istanbul, City mendominasi 74.1 persen untuk mengangkat trofi.
“Semua prediksi mengarah ke kemenangan Manchester City. Mereka adalah tim terbaik di planet ini dan mereka telah menunjukan bahwa pada dasarnya tidak mungkin bagi tim mana pun untuk bersaing dengan model sepak bola yang mereka miliki. Satu-satunya harapan bagi Inter adalah City tidak dalam kondisi terbaik mereka atau terjadi kesalahan di area yang berbahaya. Jika City memainkan gaya yang mereka miliki, semuanya akan berakhir pada sebuah prosesi [kemenangan]” Tulis Opta (10/06/23).
Para pengamat sepak bola juga mayoritas mendukung Manchester City sebagai juara. Gareth Bale memberikan skor tanpa ampun, 5-0 untuk City.
Prediksi Bale, legenda Real Madrid yang mencetak gol indah pada final Liga Champions melawan Liverpool pada 2018, ibarat analogi yang mengatakan bahwa Dunia Sepak Bola berpihak pada Manchester City; langit akan berubah dari putih (Real Madrid juara 2022) menjadi biru-kebiruan seperti julukan City, “The Sky Blues”.
Prediksi hanyalah angka yang akan terwujud dalam hitungan waktu di Istanbul. Sebab hampir semua pilihan berpihak pada kemenangan Manchester City di negara The Sick Man of Europe, julukan Turki yang pernah mengalami kemerosotan ekonomi di bawah sistem bobrok dan korup kekaisaran Turki Ottoman pada abad 19.
Di bawah 75.000 penonton dan gema sorak-sorai kedua kubu di Atatürk Olympic Stadium-Istanbul, Manchester City menahbiskan diri sebagai raja baru sepak bola Eropa setelah menang 1-0 atas Inter Milan.
Gol semata wayang Rodrigo pada menit ke 68 menjadi kunci kemenangan tipis The Citizens atas Il Nerazzurri.
Halaman resmi UEFA merilis statistik setelah pertarungan sengit laga final. Manchester City mendominasi permainan dengan penguasaan bola 57 persen, sedangkan Inter Milan 43 persen; akurasi operan 87 persen untuk City dan 83 persen untuk Inter; jumlah operan 513 untuk City dan 401 untuk Inter.
Akan tetapi, Inter memberikan perlawanan sengit dengan mendominasi 14 tembakan ke gawang City, dengan 5 tembakan on target. Sedangkan City hanya melakukan 7 tembakan dengan 4 on target ke gawang Inter.