Menurut Conte, permasalahan Tottenham sudah begitu mengakar.
“Mereka tidak mau bermain di bawah tekanan, mereka tak mau bermain dengan merasakan stres. Inilah kisah Tottenham,” tutur Conte.
Kultur juara memang seperti hilang di tubuh Tottenham. Kali terakhir kubu London Utara itu meraih trofi adalah pada 2008, kala meraih titel Piala Liga Inggris bareng pelatih asal Spanyol, Juande Ramos.
Bahkan, harus mundur sampai tahun 1961 untuk melihat terakhir kali Spurs menjuarai kompetisi kasta teratas Liga Inggis.
Baca juga: Drama Saling Sindir Richarlison dan Antonio Conte di Tottenham
Setelah 2008, pelatih-pelatih hebat berdatangan ke Tottenham semodel Mauricio Pochettino dan Jose Mourinho. Namun, tak satu pun dari mereka sukses memutus puasa gelar Tottenam.
Keberadaan Conte sejak 2021 juga tak banyak mengubah situasi. Sang pelatih Italia pun dengan berani menyerang sang bos, Daniel Levy, yang memimpin Tottenham sejak 2001.
“Dua puluh tahun ada pemilik klub dan mereka tak pernah memenangi apa pun, tapi kenapa? Kesalahan hanya dilimpahkan kepada klub, atau kepada setiap pelatih yang ada di sini,” ujar Conte dilansir dari Sky Sports.
“Anda berisiko mengganggu figur seorang pelatih dan melindungi situasi yang lain dalam setiap momen.”
“Sampai sekarang, saya berusaha menyembunyikan situasi ini, tapi sekarang, tidak, sebab saya ulangi saya tidak ingin menyaksikan apa yang saya lihat hari ini, karena ini tak bisa diterima, juga tak bisa diterima untuk para fan,” ujar Conte tegas.
“Mereka mengikuti kami, membayar tiket dan menonton tim lagi-lagi menunjukkan performa semacam ini yang tak bisa diterima. Kami harus banyak memikirkan tentang ini,” kata Conte yang juga sempat bersitegang dengan petinggi Inter Milan usai meraih gelar juara Liga Italia pada 2020-2021.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.