Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Erick Thohir dan Sepak Bola Kita

Kompas.com - 16/01/2023, 15:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 1980-an, klub sepak bola Sari Bumi Raya pindah dari Bandung ke Yogyakarta. Pertandingan awal digelar di Stadion Kridosono melawan Tunas Inti dari Jakarta.

Itulah pertama kali saya melihat langsung pertandingan sepak bola antarklub di Indonesia. Bagi saya, pertandingan itu luar biasa dan akan saya kenang seumur hidup.

Saya waktu itu masih SD. Diajak kakek nonton langsung pertandingan sepak bola tanpa ada kekhawatiran timbul keonaran dan tindak kekerasan.

Padahal Stadion Kridosono begitu sederhana. Hanya seperempat stadion yang menyediakan tempat duduk. Sisanya, mayoritas penonton berdiri.

Antara penonton berdiri dengan lapangan bola nyaris tidak ada jarak. Hanya menyisakan sedikit ruang untuk penjaga garis agar bisa berlarian menjaga batas lapangan yang menjadi tanggungjawabnya.

Penonton dari jarak sangat dekat bisa melihat para pemain menggiring bola. Bahkan bila ada muntahan bola bisa langsung mengenai tubuh penonton.

Inilah kelebihan sepak bola Indonesia masa lalu. Semua yang terlibat dalam pertandingan, mulai dari pelatih, pemain, wasit dan penonton berdisiplin tinggi.

Keonaran dan kekerasan meminggir, berganti menjadi permainan penuh sportivitas. Sepak bola menjadi hiburan keluarga.

Berpuluh tahun kemudian terjadi pembalikan radikal menyoal sepak bola Indonesia. Pertandingan sepak bola digelar, artinya teror segera muncul.

Para suporter yang mendatangi stadion sudah menunjukkan wajah penuh teror. Pun ketika pertandingan berlangsung. Baku hantam bisa terjadi antara pemain, pelatih, dan wasit.

Belum ditambahi ulah suporter yang lebih sering kalap ketimbang duduk manis mengapresiasi pertandingan.

Pascapertandingan juga menyisakan persoalan tersendiri. Terlebih apabila tuan rumah mengalami kekalahan.

Ulah suporter begitu buruk dengan merusaki berbagai fasilitas umum, maupun berkelahi dengan penduduk setempat.

Sepak bola pada masa lalu yang menjadi hiburan keluarga berubah menjadi arena keonaran yang tidak mencerdaskan.

Mengapa sepak bola masa lalu bisa menjadi hiburan keluarga sehingga saya ketika itu yang masih duduk di SD berani datang ke stadion tanpa ada rasa was-was?

Justru sekarang ketika stadion-stadion dibangun dengan sangat megah dan terjadi jarak lebar antara penonton dan pemain, pertandingan sepak bola malah lebih sering bikin onar ketimbang mengajarkan nilai-nilai sportivitas?

Panjang jawabannya. Walaupun panjang, tetap terbuka lebar untuk mencari jalan keluarnya. Salah satu jalan keluar dan menjadi jangka pendek untuk dilakukan adalah dimulai dari pengurusnya. Dalam hal ini pengurus PSSI.

Membenahi organisasi PSSI tak lain membenahi inti karut marut persepakbolaan nasional. Jika organisasi PSSI profesional dengan satu kepentingan; memajukan sepak bola untuk kebanggaan negara, tak ayal berbagai masalah yang kini mendera persepakbolaan nasional akan terpinggirkan dengan sendirinya.

Saat ini merupakan momen paling tepat untuk membenahi organisasi. Pemilihan ketua umum PSSI yang sebentar lagi dihelat merupakan pertaruhan untuk memajukan persepakbolaan Indonesia.

Ketua umum sebagai pemimpin tertinggi merupakan nahkhoda utama kemana layar PSSI dibawa mengarungi lautan kompetisi lokal, nasional, regional, dan global.

Ada empat kriteria utama yang harus dimiliki calon ketua umum PSSI. Kriteria pertama adalah kapabilitas. Inti dari kapabilitas adalah keterampilan kepemimpinan dan manajerial.

Keterampilan kepemimpinan lebih pada mengelola manusia (SDM). Sebagai pemimpin dia akan memimpin pengurus inti yang akan menjalankan organisasi sehari-hari.

Selanjutnya memimpin para pengelola klub, baik dari liga satu hingga liga antarkecamatan yang klubnya ada di bawah naungan PSSI.

Keterampilan manajerial fokus pada kecakapan dalam mengelola organisasi. Dalam hal ini adalah kecakapan pemimpin dalam membuat perencanaan, melakukan eksekusi, dan mengevaluasi.

Yang dikelola pemimpin adalah semua hal yang berhubungan dengan aset, keuangan dan berbagai perkakas lainnya untuk menggerakkan organisasi.

Kriteria kedua, konsisten dalam membuat keputusan. Tanggung jawab pemimpin, kata guru manajemen kontemporer Ram Charan, adalah membuat keputusan.

Pemimpin dengan kapabilitas yang mumpuni dan didukung dengan integritas yang tidak dipertanyakan pasti akan membuat keputusan yang berorientasi pada kemajuan organisasi.

Bagi PSSI, mencari figur pemimpin yang tegas dan lugas dalam membuat keputusan menjadi tidak terbantahkan. Terlebih lagi apabila sang pemimpin konsisten dalam mengawal keputusan untuk dijalankan.

Kriteria ketiga, paham bisnis. Paham bisnis tidak mesti menjadi pelaku bisnis. Paham bisnis untuk konteks sekarang menemukan relevansi.

Sepak bola di negara-negara yang maju sepak bolanya telah berubah menjadi industri. Klub-klub sepak bola dikelola dengan sangat profesional seperti layaknya mengelola perusahaan.

Para pemain sejahtera. Pengelola klub ikutan sejahtera. Bahkan klub-klub ini memberi pemasukan positif bagi kota/daerah di mana mereka tinggal. Bergulirnya kompetisi akan ikut memutar ekonomi daerah.

Kriteria keempat, kapasitas. Arti dari kapasitas adalah pribadinya yang diterima mayoritas (syukur-syukur semua) pemangku kepentingan.

Sosok ketua umum PSSI diterima oleh pengelola klub, didukung oleh pemerintah daerah-pusat, dan diapresiasi pemilik usaha yang ingin menjadi sponsor pertandingan.

Menjadi nilai tambah apabila kapasitas ini tidak sekadar bermain pada wilayah nasional, namun juga global. Organisasi PSSI pada tingkat global menginduk pada FIFA. Mau tidak mau, pemimpin PSSI juga harus diterima oleh FIFA.

Kompetisi sepak bola lokal apabila ingin menjadi berkelas internasional, maka semua hal yang berhubungan dengan kompetisi harus berstandar internasional.

Orang yang pernah mengelola klub sepak bola internasional memiliki rekam jejak untuk membuat kompetisi sepak bola nasional bercita-rasa internasional.

Siapa sosok calon ketua umum PSSI yang memiliki empat kriteria ini; kapabilitas tinggi, konsisten dalam membuat keputusan, paham bisnis, dan kapasitas internasional? Erick Thohir.

Ya, mantan pemilik klub Inter Milan dan hari ini pemilik klub liga satu Inggris Oxford United, memiliki empat keutamaan pemimpin sehingga layak menjadi ketua umum PSSI baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BWF Rilis Daftar Atlet Lolos Olimpiade Paris, Indonesia Punya 6 Wakil

BWF Rilis Daftar Atlet Lolos Olimpiade Paris, Indonesia Punya 6 Wakil

Badminton
Rafael Struick Terpilih Jadi 'Future Star' Piala Asia U23 2024

Rafael Struick Terpilih Jadi "Future Star" Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Jadwal Liga Inggris, Man United Vs Arsenal Besok Malam

Jadwal Liga Inggris, Man United Vs Arsenal Besok Malam

Liga Inggris
Hasil Frosinone Vs Inter Milan, Nerazzurri Pesta 5 Gol

Hasil Frosinone Vs Inter Milan, Nerazzurri Pesta 5 Gol

Liga Italia
Pernyataan Resmi Kylian Mbappe, Umumkan Kepergian dari PSG

Pernyataan Resmi Kylian Mbappe, Umumkan Kepergian dari PSG

Liga Lain
Timnas Brasil Tetapkan 23 Nama untuk Skuad Copa America 2024

Timnas Brasil Tetapkan 23 Nama untuk Skuad Copa America 2024

Internasional
Faisal Halim Penyerang Timnas Malaysia yang Disiram Air Keras Sukses Jalani Operasi Ketiga

Faisal Halim Penyerang Timnas Malaysia yang Disiram Air Keras Sukses Jalani Operasi Ketiga

Sports
Kurniawan DY Kutuk Keras Serangan Rasial kepada Guinea, Coreng Wajah Indonesia

Kurniawan DY Kutuk Keras Serangan Rasial kepada Guinea, Coreng Wajah Indonesia

Timnas Indonesia
Man United Vs Arsenal, Setan Merah Akan Dilibas di Old Trafford

Man United Vs Arsenal, Setan Merah Akan Dilibas di Old Trafford

Liga Inggris
Strategi demi Wujudkan Mimpi Timnas Indonesia ke Olimpiade

Strategi demi Wujudkan Mimpi Timnas Indonesia ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia di Tournoi Maurice Revello 2024

Jadwal Timnas Indonesia di Tournoi Maurice Revello 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea, Respons PSSI soal Shin Tae-yong Kena Kartu Merah

Indonesia Vs Guinea, Respons PSSI soal Shin Tae-yong Kena Kartu Merah

Timnas Indonesia
Gia Cedera, Jakarta Pertamina Enduro Akhiri Kontrak

Gia Cedera, Jakarta Pertamina Enduro Akhiri Kontrak

Sports
VAR Mobile Meluncur Ke Arena Championship Series, Teknologi Baru Liga 1

VAR Mobile Meluncur Ke Arena Championship Series, Teknologi Baru Liga 1

Liga Indonesia
Noda Rasialisme Indonesia Vs Guinea: PSSI Wajib Edukasi Fan, Beri Pemahaman

Noda Rasialisme Indonesia Vs Guinea: PSSI Wajib Edukasi Fan, Beri Pemahaman

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com