Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Erick Thohir dan Sepak Bola Kita

Itulah pertama kali saya melihat langsung pertandingan sepak bola antarklub di Indonesia. Bagi saya, pertandingan itu luar biasa dan akan saya kenang seumur hidup.

Saya waktu itu masih SD. Diajak kakek nonton langsung pertandingan sepak bola tanpa ada kekhawatiran timbul keonaran dan tindak kekerasan.

Padahal Stadion Kridosono begitu sederhana. Hanya seperempat stadion yang menyediakan tempat duduk. Sisanya, mayoritas penonton berdiri.

Antara penonton berdiri dengan lapangan bola nyaris tidak ada jarak. Hanya menyisakan sedikit ruang untuk penjaga garis agar bisa berlarian menjaga batas lapangan yang menjadi tanggungjawabnya.

Penonton dari jarak sangat dekat bisa melihat para pemain menggiring bola. Bahkan bila ada muntahan bola bisa langsung mengenai tubuh penonton.

Inilah kelebihan sepak bola Indonesia masa lalu. Semua yang terlibat dalam pertandingan, mulai dari pelatih, pemain, wasit dan penonton berdisiplin tinggi.

Keonaran dan kekerasan meminggir, berganti menjadi permainan penuh sportivitas. Sepak bola menjadi hiburan keluarga.

Berpuluh tahun kemudian terjadi pembalikan radikal menyoal sepak bola Indonesia. Pertandingan sepak bola digelar, artinya teror segera muncul.

Para suporter yang mendatangi stadion sudah menunjukkan wajah penuh teror. Pun ketika pertandingan berlangsung. Baku hantam bisa terjadi antara pemain, pelatih, dan wasit.

Belum ditambahi ulah suporter yang lebih sering kalap ketimbang duduk manis mengapresiasi pertandingan.

Pascapertandingan juga menyisakan persoalan tersendiri. Terlebih apabila tuan rumah mengalami kekalahan.

Ulah suporter begitu buruk dengan merusaki berbagai fasilitas umum, maupun berkelahi dengan penduduk setempat.

Sepak bola pada masa lalu yang menjadi hiburan keluarga berubah menjadi arena keonaran yang tidak mencerdaskan.

Mengapa sepak bola masa lalu bisa menjadi hiburan keluarga sehingga saya ketika itu yang masih duduk di SD berani datang ke stadion tanpa ada rasa was-was?

Justru sekarang ketika stadion-stadion dibangun dengan sangat megah dan terjadi jarak lebar antara penonton dan pemain, pertandingan sepak bola malah lebih sering bikin onar ketimbang mengajarkan nilai-nilai sportivitas?

Panjang jawabannya. Walaupun panjang, tetap terbuka lebar untuk mencari jalan keluarnya. Salah satu jalan keluar dan menjadi jangka pendek untuk dilakukan adalah dimulai dari pengurusnya. Dalam hal ini pengurus PSSI.

Membenahi organisasi PSSI tak lain membenahi inti karut marut persepakbolaan nasional. Jika organisasi PSSI profesional dengan satu kepentingan; memajukan sepak bola untuk kebanggaan negara, tak ayal berbagai masalah yang kini mendera persepakbolaan nasional akan terpinggirkan dengan sendirinya.

Saat ini merupakan momen paling tepat untuk membenahi organisasi. Pemilihan ketua umum PSSI yang sebentar lagi dihelat merupakan pertaruhan untuk memajukan persepakbolaan Indonesia.

Ketua umum sebagai pemimpin tertinggi merupakan nahkhoda utama kemana layar PSSI dibawa mengarungi lautan kompetisi lokal, nasional, regional, dan global.

Ada empat kriteria utama yang harus dimiliki calon ketua umum PSSI. Kriteria pertama adalah kapabilitas. Inti dari kapabilitas adalah keterampilan kepemimpinan dan manajerial.

Keterampilan kepemimpinan lebih pada mengelola manusia (SDM). Sebagai pemimpin dia akan memimpin pengurus inti yang akan menjalankan organisasi sehari-hari.

Selanjutnya memimpin para pengelola klub, baik dari liga satu hingga liga antarkecamatan yang klubnya ada di bawah naungan PSSI.

Keterampilan manajerial fokus pada kecakapan dalam mengelola organisasi. Dalam hal ini adalah kecakapan pemimpin dalam membuat perencanaan, melakukan eksekusi, dan mengevaluasi.

Yang dikelola pemimpin adalah semua hal yang berhubungan dengan aset, keuangan dan berbagai perkakas lainnya untuk menggerakkan organisasi.

Kriteria kedua, konsisten dalam membuat keputusan. Tanggung jawab pemimpin, kata guru manajemen kontemporer Ram Charan, adalah membuat keputusan.

Pemimpin dengan kapabilitas yang mumpuni dan didukung dengan integritas yang tidak dipertanyakan pasti akan membuat keputusan yang berorientasi pada kemajuan organisasi.

Bagi PSSI, mencari figur pemimpin yang tegas dan lugas dalam membuat keputusan menjadi tidak terbantahkan. Terlebih lagi apabila sang pemimpin konsisten dalam mengawal keputusan untuk dijalankan.

Kriteria ketiga, paham bisnis. Paham bisnis tidak mesti menjadi pelaku bisnis. Paham bisnis untuk konteks sekarang menemukan relevansi.

Sepak bola di negara-negara yang maju sepak bolanya telah berubah menjadi industri. Klub-klub sepak bola dikelola dengan sangat profesional seperti layaknya mengelola perusahaan.

Para pemain sejahtera. Pengelola klub ikutan sejahtera. Bahkan klub-klub ini memberi pemasukan positif bagi kota/daerah di mana mereka tinggal. Bergulirnya kompetisi akan ikut memutar ekonomi daerah.

Kriteria keempat, kapasitas. Arti dari kapasitas adalah pribadinya yang diterima mayoritas (syukur-syukur semua) pemangku kepentingan.

Sosok ketua umum PSSI diterima oleh pengelola klub, didukung oleh pemerintah daerah-pusat, dan diapresiasi pemilik usaha yang ingin menjadi sponsor pertandingan.

Menjadi nilai tambah apabila kapasitas ini tidak sekadar bermain pada wilayah nasional, namun juga global. Organisasi PSSI pada tingkat global menginduk pada FIFA. Mau tidak mau, pemimpin PSSI juga harus diterima oleh FIFA.

Kompetisi sepak bola lokal apabila ingin menjadi berkelas internasional, maka semua hal yang berhubungan dengan kompetisi harus berstandar internasional.

Orang yang pernah mengelola klub sepak bola internasional memiliki rekam jejak untuk membuat kompetisi sepak bola nasional bercita-rasa internasional.

Siapa sosok calon ketua umum PSSI yang memiliki empat kriteria ini; kapabilitas tinggi, konsisten dalam membuat keputusan, paham bisnis, dan kapasitas internasional? Erick Thohir.

Ya, mantan pemilik klub Inter Milan dan hari ini pemilik klub liga satu Inggris Oxford United, memiliki empat keutamaan pemimpin sehingga layak menjadi ketua umum PSSI baru.

https://bola.kompas.com/read/2023/01/16/15495898/erick-thohir-dan-sepak-bola-kita

Terkini Lainnya

Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Liga Indonesia
Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Timnas Indonesia
Xabi Alonso Ucap 'Roma, Roma, Roma', De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Xabi Alonso Ucap "Roma, Roma, Roma", De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Liga Lain
Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia
Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung 'Disidang' Ultras di Olimpico

Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung "Disidang" Ultras di Olimpico

Liga Lain
Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Liga Indonesia
5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

Timnas Indonesia
Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Timnas Indonesia
STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

Timnas Indonesia
Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Liga Lain
Berkat Atalanta, Liga Italia Resmi Punya 5 Wakil di Liga Champions 2024-2025

Berkat Atalanta, Liga Italia Resmi Punya 5 Wakil di Liga Champions 2024-2025

Liga Champions
12 Pemain Basket USA di Olimpiade Paris 2024, LeBron James dan Durant Kembali

12 Pemain Basket USA di Olimpiade Paris 2024, LeBron James dan Durant Kembali

Internasional
Reaksi dan Target Pelatih Persib Setelah Pastikan Tiket Championship

Reaksi dan Target Pelatih Persib Setelah Pastikan Tiket Championship

Liga Indonesia
Klopp: Liverpool Kalah dari Atalanta karena Perbedaan Kecepatan

Klopp: Liverpool Kalah dari Atalanta karena Perbedaan Kecepatan

Liga Lain
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke