Selanjutnya, Akmal menilai tragedi Stadion Kanjuruhan juga terjadi karena fanatisme sempit para oknum suporter.
Sebab, berdasarkan pernyataan Akmal, tidak ada suporter tandang yang hadir ke Stadion Kanjuruhan ketika laga Arema FC vs Persebaya Surabaya digelar.
"Kasus ini sudah disepakati dan disampaikan oleh polisi bahwa tidak boleh ada pertandingan yang dihadiri oleh suporter Bonek atau Persebaya, dan keputusan itu sudah dilakukan. Tidak ada suporter Persebaya yang hadir ke lapangan," tutur Akmal.
"Artinya, tragedi di Stadion Kanjuruhan bukan soal rivalitas, tapi soal fanatisme sempit yang kebablasan, yang membuat banyak korban meninggal," ucap Akmal.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Saat Kerusuhan Berujung ke Pangkuan Tuhan..
Anton Sanjoyo mengatakan bahwa berdasarkan penglihatannya, kejadian serupa terus berulang sejak 1994, ketika pertama kalinya Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi Liga Pro.
Sejak saat itu, dia menilai induk sepak bola tanah air tidak pernah memerhatikan hal-hal terkait keamanan sepak bola, salah satunya edukasi suporter.
"PSSI tidak pernah mendidik suporter untuk menerima kekalahan, tidak pernah ada usaha-usaha yang cukup dari PSSI untuk membuat sepak bola ini tumbuh dari akar rumput hingga ke liga profesional itu dengan upaya mendidik," ucap Anton Sanjoyo.
Anton Sanjoyo mengatakan bahwa PSSI harus bisa menemukan solusi strategis sebelum kompetisi kembali bergulir.
"Saya juga minta ke Presiden Jokowi untuk menghentikan, moratorium dulu lah sepak bola nasional sampe ada solusi yang strategis dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan oleh pengelola sepak bola, utamanya PSSI, dan pihak keamanan, dan tentu saja pemerintah supaya sepak bola ke depan bisa lebih aman, itu saja," tutur Anton Sanjoyo menegaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.