Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Persoalan di Balik Tragedi Kanjuruhan Menurut Pengamat Sepak Bola

Kompas.com - 03/10/2022, 11:08 WIB
Benediktus Agya Pradipta,
Sem Bagaskara

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, menjadi topik luar biasa mengingat banyaknya jumlah korban jiwa yang berjatuhan.

Korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan yang terjadi seusai laga Liga 1 Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam WIB, itu dilaporkan mencapai 125 orang.

Jumlah tersebut diketahui berdasarkan rilis resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Malang yang diverifikasi pihak Polri hingga Minggu (2/10/2022) malam.

Banyaknya korban jiwa dalam tragedi Stadion Kanjuruhan mengundang kerprihatinan, tidak hanya di Indonesia melainkan dunia.

Baca juga: Kerusuhan di Kanjuruhan: Ketika Sepak Bola Dunia Mengheningkan Cipta untuk Indonesia...

FIFA selaku pemegang otoritas tertinggi dalam dunia sepak bola juga telah mengucapkan belasungkawa atas gugurnya ratusan suporter.

"Dunia sepak bola dalam keadaan terpukul menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia setelah laga Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan," kata Presiden FIFA Giannni Infantino, Minggu (2/10/2022).

"Ini adalah hari kelam bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia sepak bola, sebuah tragedi di luar pemahaman," ucapnya menambahkan.

"Saya menyampaikan belasungkawa terdalam kepada keluarga, rekan-rekan korban yang kehilangan nyawa setelah kejadian tragis ini," ujar Giannni Infantino.

Baca juga: Dari Hillsborough untuk Kanjuruhan: Jangan Ada Lagi yang Pergi Tanpa Kembali...

Di tengah suasana duka yang melanda, publik tanah air tak lupa mengawal persoalan di balik tragedi Stadion Kanjuruhan.

Para pengamat sepak bola pun menilai bahwa insiden Stadion Kanjuruhan tidak hanya terjadi karena satu persoalan.

Setidaknya terdapat lima persolan yang menjadi fokus utama hingga saat ini.

1. Gas Air Mata

Penggunaan gas air mata oleh pihak polisi adalah tindakan yang paling mengundang kritik dalam insiden Stadion Kanjuruhan.

Banyak pihak mengecam tindakan tersebut karena melanggar aturan FIFA dan dinilai menjadi penyebab kepanikan di stadion.

Ketua Save Our Soccer Akmal Marhali menilai polisi tidak menjalankan tugas sesuai prosedur yang seharusnya.

Di samping itu, Akmal Marhali juga menyebut adanya kelalaian PSSI yang ia nilai tidak menyampaikan prosedur terkait kepada pihak keamanan.

"Pihak kepolisian yang melaksanan tugas atau pengamanan tidak sesuai prosedural dan melanggar FIFA Stadium Safety and Security pasal 19 poin b, di mana senjata api dan gas air mata tidak boleh masuk ke sepak bola," kata Akmal dalam keterangan kepada KOMPAS.com, Minggu (2/10/2022).

"Ini juga kelalaian PSSI. Ketika melakukan kerja sama dengan pihak kepolisian, tidak menyampaikan prosedur ini bahwa pengamanan sepak bola itu berbeda dengan pengamanan demo," ujar Akmal.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: Tangis Duka Sepak Bola Indonesia dalam Kepulan Gas Air Mata

2. Pertandingan Malam

Selain gas air mata, pertandingan yang digelar pada malam hari juga menjadi persoalan.

Akmal menilai waktu pertandingan pada malam hari turut berkontribusi dalam terjadinya tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan.

"Pertandingan digelar larut malam. PT LIB (Liga Indonesia Baru) harus merevisi ulang jadwal sepak bola yang larut malam karena ini sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ucap Akmal.

"Terbukti, sebelum kejadian ini ada enam suporter yang meninggal dunia, termasuk salah satunya Aremania dan Bonek, karena kelelahan, kecelakaan lalu lintas, akibat jam main yang larut malam," ujar Akmal memberikan contoh dampak pertandingan malam.

Persoalan serupa juga disampaikan oleh pengamat sepak bola lainnya, yakni Anton Sanjoyo.

"Sekarang sudah mulai bisnis sehingga kemudian kasus yang terjadi di Kanjuruhan tidak akan terjadi sefatal ini kalau pertandingannya terjadi pada siang hari," ucap Anton Sanjoyo kepada KOMPAS.com melalui sambungan telepon, Minggu (2/10/2022).

"Mereka bisa menggeser pertandingan Persib dan Persija dari jam 20.00 ke jam 16.00, tetapi kenapa dengan ini (Arema FC vs Persebaya) yang juga punya historis atau sejarah rusuh tidak mereka majukan?" tutur Anton Sanjoyo mempertanyakan. 

Baca juga: Bendera Anggota FIFA Berkibar Setengah Tiang, Wujud Empati Tragedi Kanjuruhan

3. Penjualan Tiket

Dalam keterangannya kepada KOMPAS.com, Akmal juga mempersoalkan jumlah tiket yang dijual melebihi kapasitas stadion.

"Polisi sudah menyampaikan bahwa hanya boleh mencetak 25.000 tiket, tapi kemudian panpel Arema mencetak sampai 45.000 tiket untuk pertandingan derbi Jawa Timur ini," kata Akmal.

"Ini over capacity sehingga kemudian jumlah penonton tidak sebanding dengan kapasitas stadion, sehingga ada yang berjubel dan berdasak-desakan dan ini pelanggaran prosedural yang sangat fatal," tuturnya lagi.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD, juga mengungkapkan informasi serupa soal tiket, meski ada perbedaan angka.

Mahfud membeberkan, aparat keamanan telah meminta agar jumlah tiket disesuaikan dengan kapasitas Stadion Kanjuruhan, yakni 38.000 orang, tetapi tiket yang dicetak mencapai 42.000.

"Pertandingan tetap dilangsungkan malam, dan tiket yang dicetak jumlahnya 42.000,” tulis Mahfud di akun Instagram pribadinya.

Baca juga: Instruksi Presiden Arema FC Seusai Tragedi Stadion Kanjuruhan

4. Fanatisme Sempit

Selanjutnya, Akmal menilai tragedi Stadion Kanjuruhan juga terjadi karena fanatisme sempit para oknum suporter.

Sebab, berdasarkan pernyataan Akmal, tidak ada suporter tandang yang hadir ke Stadion Kanjuruhan ketika laga Arema FC vs Persebaya Surabaya digelar.

"Kasus ini sudah disepakati dan disampaikan oleh polisi bahwa tidak boleh ada pertandingan yang dihadiri oleh suporter Bonek atau Persebaya, dan keputusan itu sudah dilakukan. Tidak ada suporter Persebaya yang hadir ke lapangan," tutur Akmal.

"Artinya, tragedi di Stadion Kanjuruhan bukan soal rivalitas, tapi soal fanatisme sempit yang kebablasan, yang membuat banyak korban meninggal," ucap Akmal.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Saat Kerusuhan Berujung ke Pangkuan Tuhan..

5. Minim Edukasi Suporter

Anton Sanjoyo mengatakan bahwa berdasarkan penglihatannya, kejadian serupa terus berulang sejak 1994, ketika pertama kalinya Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi Liga Pro.

Sejak saat itu, dia menilai induk sepak bola tanah air tidak pernah memerhatikan hal-hal terkait keamanan sepak bola, salah satunya edukasi suporter.

"PSSI tidak pernah mendidik suporter untuk menerima kekalahan, tidak pernah ada usaha-usaha yang cukup dari PSSI untuk membuat sepak bola ini tumbuh dari akar rumput hingga ke liga profesional itu dengan upaya mendidik," ucap Anton Sanjoyo.

Anton Sanjoyo mengatakan bahwa PSSI harus bisa menemukan solusi strategis sebelum kompetisi kembali bergulir.

"Saya juga minta ke Presiden Jokowi untuk menghentikan, moratorium dulu lah sepak bola nasional sampe ada solusi yang strategis dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan oleh pengelola sepak bola, utamanya PSSI, dan pihak keamanan, dan tentu saja pemerintah supaya sepak bola ke depan bisa lebih aman, itu saja," tutur Anton Sanjoyo menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Piala Asia U23 2024: Irak Mata-matai Timnas Indonesia, Waspada Pemain dari Eropa

Piala Asia U23 2024: Irak Mata-matai Timnas Indonesia, Waspada Pemain dari Eropa

Timnas Indonesia
Kemenangan Dortmund Kunci 5 Slot Bundesliga di Liga Champions Musim Depan

Kemenangan Dortmund Kunci 5 Slot Bundesliga di Liga Champions Musim Depan

Bundesliga
Hasil Dortmund Vs PSG 1-0: Gol Fullkrug Bawa BVB Menang

Hasil Dortmund Vs PSG 1-0: Gol Fullkrug Bawa BVB Menang

Liga Champions
Parma Kembali ke Serie A, Jay Idzes Cetak 2 Gol tetapi Venezia Kalah

Parma Kembali ke Serie A, Jay Idzes Cetak 2 Gol tetapi Venezia Kalah

Liga Italia
Borneo FC Singgung Wasit, Alarm Bahaya Jelang Babak Championship Series

Borneo FC Singgung Wasit, Alarm Bahaya Jelang Babak Championship Series

Liga Indonesia
Perbasi DKI Jakarta Terus Lakukan Perbaikan demi Prestasi

Perbasi DKI Jakarta Terus Lakukan Perbaikan demi Prestasi

Sports
Bali United Harap Jadwal Pasti Championship Series untuk Lawan Persib

Bali United Harap Jadwal Pasti Championship Series untuk Lawan Persib

Liga Indonesia
Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23 2024

Jadwal Siaran Langsung Timnas Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Eksklusif UFC 301: Drakkar Klose Siap Vs Joaquim Silva, Bertarung demi Keluarga

Eksklusif UFC 301: Drakkar Klose Siap Vs Joaquim Silva, Bertarung demi Keluarga

Sports
Hasil Piala Thomas 2024: Leo/Daniel Menang, Indonesia Jadi Juara Grup C

Hasil Piala Thomas 2024: Leo/Daniel Menang, Indonesia Jadi Juara Grup C

Badminton
Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Bawa Indonesia Balik Unggul 2-1 atas India

Hasil Piala Thomas 2024: Jonatan Bawa Indonesia Balik Unggul 2-1 atas India

Badminton
Indonesia Vs Irak, Ketika STY Minta AFC Hormati Semua Tim dan Pemain

Indonesia Vs Irak, Ketika STY Minta AFC Hormati Semua Tim dan Pemain

Timnas Indonesia
Evaluasi Febri Hariyadi, Mulai Dapat Kesempatan Lagi di Persib

Evaluasi Febri Hariyadi, Mulai Dapat Kesempatan Lagi di Persib

Liga Indonesia
Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Balas Kekalahan Ginting, Indonesia 1-1 India

Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Balas Kekalahan Ginting, Indonesia 1-1 India

Badminton
Irak Vs Indonesia, Alasan Shin Tae-yong Fokus Fisik dan Mental Garuda

Irak Vs Indonesia, Alasan Shin Tae-yong Fokus Fisik dan Mental Garuda

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com