MALANG, KOMPAS.com - Evan Dimas menjadikan laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023, derbi Jawa Timur antara Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam sebagai pembuktian seorang profesional seutuhnya.
Meskipun asli kelahiran Surabaya, namun ia tegaskan tidak akan setengah-setengah untuk Arema FC.
“Saya profesional. Saya berjuang mati-matian untuk klub yang saya bela,” ujar pemain bernomor punggung 6 itu tanpa keraguan.
Baca juga: Sebuah Tanda dan Panggilan Pak Ketum dari Shin Tae-yong
“Yang namanya kita lahir misal ada di Sumatra, di Surabaya, tapi ketika kami bela klub di suatu tempat lain ya harus kita berjuang mati-matian untuk klub itu,” imbuhnya.
Evan Dimas merupakan produk klub internal Persebaya, yakni Mitra Surabaya.
Potensi yang dimiliki kemudian menarik atensi dari legenda Persebaya Mursyid Effendi yang dipercaya menangani Persebaya Junior.
Di bawah tangan dingin profesional, potensinya pun semakin terarah hingga rutin mewakili Timnas Indonesia kelompok usia saat masih berusia 15 tahun pada 2010 silam.
Namanya semakin melejit bersama Timnas U19 Indonesia saat menjuarai Piala AFF U19 2013 bersama pemain kelas wahid saat ini seperti Hansamu Yama, Zulfiandi, Yabes Roni, Dimas Drajad, dll.
Dengan prestasi itu mudah untuk naik ke tim senior Persebaya. Namun saat akan memulai kariernya, Persebaya mengalami perpecahan.
Kendati demikian karier profesionalnya tetap cemerlang bersama dengan Selangor FC, Barito Putera, Persija Jakarta, Bhayangkara FC dan kini Arema FC.
Sikapnya pun juga mendapatkan dukungan dari keluarga yang tetap berdomisili di Kota Pahlawan.
Kedua orang tuanya tidak keberatan Evan Dimas mengambil jalan yang menantang. Meskipun penuh dengan konsekuensi namun dukungan dari kedua orang tua tidak pernah putus.
“Keluarga saya selalu mensupport saya dimana pun saya berada karena orang tua dan keluarga saya tau saya sebagai pemain profesional ya harus bekerja secara profesional,” beber pemain berusia 27 tahun.
“Dalam artian profesional itu bekerja membela klub itu ya kita harus 100 persen bahkan 1000 persen. Tidak bisa kita setengah-setengah.”
“Contohnya saya lahir di Surabaya terus saya lawan Persebaya saya main setengah, tidak bisa seperti itu. Saya asli Surabaya saya main di Arema ya jiwa saya harus Arema bermain untuk Arema,” tegasnya.
Soal tekanan menjelang pertandingan, ia mengaku merasakan. Namun ia mempertegas bahwa tekanan bukanlah hal yang baru. Ia memastikan tekanan tersebut tidak akan mengganggu konsentrasinya.
“Paling penting kita harus menikmati pertandingan, happy kita harus senang menikmati pertandingan. kalau kita sudah memikirkan yang aneh-aneh dalam pertandingan sudah susah mau mengembangkan permainn kita,” terang Evan Dimas.
“Paling penting buat saya ketika masuk lapangan kita happy kita seneng anggap aja tekanan itu sebagai motivasi. ya insyaallah kita bisa melewati dan bermain bagus di kandang dan bisa memperoleh 3 poin,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.