Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rossi Rahardjo
Dosen

Peneliti Nusakom Pratama Institute, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr Soetomo Surabaya, Kandidat Doktor Ilmu Sosial Universitas Airlangga Surabaya

Single Seat

Kompas.com - 26/05/2022, 05:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUATU hari di semester dua tahun 2018, saya dan dua orang teman, Ivan Garda dan Inyo Rohi, datang ke stadion Gelora Ratu Pamelingan Pamekasan untuk menonton laga Liga 1 yang mempertandingkan Madura United. Tapi saya benar-benar lupa saat itu melawan siapa.

Saat itu kami memang sengaja merencanakan 'reuni' sepulang dari menonton perhelatan FIFA World Cup Rusia, pada Juni-Juli 2018.

Berkat kebaikan Pak Achsanul Qosasi (Presiden Klub Madura United) yang memberikan kami tiket secara gratis pertandingan FIFA World Cup, kami bisa merasakan langsung atmosfer laga bintang sepak bola dunia dari tribun.

Selain saya, Ivan dan Inyo, saat di Rusia ada juga teman kami Jojo dan anaknya Einzel.

Salah satu pertandingan yang kami tonton adalah laga Brasil vs Serbia di Stadion Spartak Moskow.

Ada Alisson Becker, Neymar, Roberto Firmino, Phillipe Coutinho, Thiago Silva, Aleksandar Kolarov, Marko Grujic, Aleksandar Mitrovic, dan pemain-pemain lain.

Di tiket pertandingan itu tercantum tribun sektor mana lengkap dengan nomor kursi tempat duduknya. Nama penonton juga tercantum dalam tiket tersebut.

Tiket yang saya pegang tertulis nama Micah Mercer yang entah berasal dari negara mana.

Yang saya ingat, tiket teman-teman saya juga atas nama orang lain. Ada nama Kim (yang kemungkinan orang Korea) dan satu lagi seperti nama orang Eropa Timur yang berakhiran huruf C.

Saat masuk stadion, kami diarahkan oleh petugas untuk menuju sektor sesuai tiket yang kami punya. Di dalam, ada petugas lagi yang mengarahkan di kursi mana kami harus duduk.

Karena satu tiket milik Inyo berada di kursi yang tidak sederet, dia harus memisah. Awalnya Inyo mencoba duduk di kursi samping Ivan. Tapi tak lama kemudian 'si pemilik kursi' datang dan dia meminta Inyo untuk pindah.

Saat berada di Madura, tiket VIP yang kami pegang juga mencantumkan nomor kursi tempat duduk. Tapi kursi itu rupanya sudah diduduki orang lain.

Saat itu aura Rusia masih terbawa. Kami dengan sopan meminta agar orang itu berpindah sesuai nomor kursinya.

"Ah kan sama saja. Sama-sama VIP-nya. Sampeyan (Anda) duduk saja di sana. Itu masih banyak kursi yang kosong!" jawab si Bapak.

Kami pun harus mengalah dan duduk di kursi lain yang kosong meski tidak sesuai nomor di tiket. Kami lupa kalau sudah berada di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com