Kolaborasi Ancelotti dan Pintus terlihat nyata di lapangan via upaya pantang menyerah Karim Benzema dkk yang tak kenal lelah.
Marca mencatat, pada laga perempat final leg kedua versus Chelsea, Real Madrid mengungguli sang lawan dalam dua aspek atletik kunci, yakni rata-rata kecepatan lari dan kecepatan sprint.
Real Madrid pada laga itu mencatat rata-rata kecepatan 21 km/jam berbanding "cuma" 14 km/jam milik personel Chelsea.
Kecepatan sprint Benzema dkk (24 km/jam) juga ada di atas sang tamu asal Inggris (21 km/jam).
Baca juga: 4 Fakta Madrid Vs Man City, Sejarah Ancelotti Iringi Langkah Los Blancos ke Final Liga Champions
Ancelotti juga layak diberikan kredit atas kejeliannya membaca permainan. Pergantian pemain jitu Ancelotti memungkinkan Madrid mencatat comeback atas Chelsea dan Man City.
Eduardo Camavinga dan Rodrygo lagi-lagi muncul sebagai sinar terang ketika Real Madrid menemui jalan gelap.
Camavinga dan Rodrygo yang sejatinya bukan penghuni reguler starter Real Madrid, bisa tampil mati-matian karena mereka merasa bermain untuk sang teman.
Carlo Ancelotti explains to Movistar: “No, I don't smoke cigars! It was only a photo with my friends. Yes, these players are my friends”. ?????? #UCL pic.twitter.com/rKq30KTHQK
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) May 4, 2022
Ya, bagi pemain-pemain Real Madrid Ancelotti bukan hanya sosok pelatih yang mereka hormati, tapi juga teman yang bisa berpose asyik sembari menghisap cerutu.
“Sebab, pemain adalah teman saya,” kata Ancelotti kala ditanya soal selebrasi menghisap cerutu pada pesta Real Madrid menjuarai Liga Spanyol akhir pekan lalu.
Ketika pelatih lain menjangkau kepala pemain dengan taktik dan strategi, pendekatan hangat Ancelotti sukses menyentuh hati.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.